Park Ji Sung Si Pemilik '3 Paru-paru', Pemain Tersukses dari Asia

Park Ji Sung Si Pemilik '3 Paru-paru', Pemain Tersukses dari Asia

- Sepakbola
Rabu, 14 Mei 2014 17:27 WIB
Park Ji Sung Si Pemilik 3 Paru-paru, Pemain Tersukses dari Asia
Getty Images
Jakarta - Invasi pemain-pemain Asia ke liga-liga di Eropa telah dimulai sejak dua dekade lalu. Untuk menyebut siapa yang paling sukses, Park Ji Sung adalah figur istimewa itu.

Merujuk sejumlah pionir sebelumnya, Asia boleh berterima kasih pada Kazuyoshi Miura, Hidetoshi Nakata, Ali Daei, Ahn Jung Hwan atau Shunsuke Nakamura atas keberhasilan mereka menembus Eropa, dan sekaligus mengangkat pamor (pesepakbola) benua kuning.

Tapi dalam hal jumlah trofi, Park Ji Sung adalah yang terbaik. Bersama PSV Eindhoven dan Manchester United, gelandang Korea Selatan itu mengoleksi total 14 piala. Di antara itu, ia memiliki medali Liga Champions, yang mana dia adalah pemain Asia pertama yang bermain di pertandingan final kompetisi tersebut -- dan kemudian memenanginya (bersama MU di tahun 2008).

Tak pelak, Park adalah sebuah magnet besar dari Asia di Eropa. Ia tak sekadar mesin "pencetak merchandise" klubnya, tapi juga sebuah mesin penggerak permainan timnya. Manajer sebesar Sir Alex Ferguson pun sampai menjadikan dia salah satu pemain yang sangat ia sukai. Dia sangat disiplin, memiliki pergerakan tanpa bola yang menawan, mampu mencetak gol, cepat, dan bertenaga kuda, seakan-akan tak pernah kehabisan tenaga – hal mana ia dijuluki "Three-Lung Park" alias Park yang Punya 3 Paru-paru".

Hari ini (14/5) ia berpamitan pada dunia untuk meninggalkan dunia sepakbola. Setelah pensiun dari timnas di tahun 2011, Park memutuskan gantung sepatu karena merasa kemampuannya sulit kembali ke level tertinggi, setelah terus diganggu cedera dalam dua tahun terakhir.

Berikut ini sejumlah fakta unik Park Ji Sung, sang pahlawan Asia di dunia sepakbola:




Getty Images

1. <I>From Zero to Hero</I>

Park Ji Sung lahir di Seoul, 25 Februari 1981. Tapi dia besar di Suwon, kota pinggiran Seoul.

"Bicara finansial, saya berasal dari keluarga yang tidak berada," kata ayah Park, Park Sung Jong seperti dikutip Guardian.

Pertemuan dengan ibunda Park, Myung Ja terjadi ketika dia masih bekerja di salah satu pabrik baja Korea. "Saya tak bisa makan teratur. Mungkin itu alasan dia ingin mendukung para pemain sepakbola muda," kata Myung Ja.

Namun, keluarga Park kini sudah jauh dari masa lalu itu. Park, putra mereka, sudah menjadi pesepakbola sohor dengan sederet pencapaian pribadi serta di tim, baik bersama klub ataupun timnas. Satu rumah besar dibangun di area Gyeonggi.

"Seiring berjalannya waktu, Park menjadi ikon atlet Korea Selatan dan mungkin olahragawan paling popular," kata Davide Grasso, wakil presiden Nike di area Asia-Pascific, 2009 lalu.

Dalam pidato sata mengumumkan pensiun, Park juga tak percaya dengan pencapaiannya sendiri. "Saya menikmati sepakbola. Apa yang saya dapatkan melebihi dugaan saya," ucap Park.

1. <I>From Zero to Hero</I>

Park Ji Sung lahir di Seoul, 25 Februari 1981. Tapi dia besar di Suwon, kota pinggiran Seoul.

"Bicara finansial, saya berasal dari keluarga yang tidak berada," kata ayah Park, Park Sung Jong seperti dikutip Guardian.

Pertemuan dengan ibunda Park, Myung Ja terjadi ketika dia masih bekerja di salah satu pabrik baja Korea. "Saya tak bisa makan teratur. Mungkin itu alasan dia ingin mendukung para pemain sepakbola muda," kata Myung Ja.

Namun, keluarga Park kini sudah jauh dari masa lalu itu. Park, putra mereka, sudah menjadi pesepakbola sohor dengan sederet pencapaian pribadi serta di tim, baik bersama klub ataupun timnas. Satu rumah besar dibangun di area Gyeonggi.

"Seiring berjalannya waktu, Park menjadi ikon atlet Korea Selatan dan mungkin olahragawan paling popular," kata Davide Grasso, wakil presiden Nike di area Asia-Pascific, 2009 lalu.

Dalam pidato sata mengumumkan pensiun, Park juga tak percaya dengan pencapaiannya sendiri. "Saya menikmati sepakbola. Apa yang saya dapatkan melebihi dugaan saya," ucap Park.

2. Jus kodok dan darah kambing

Mempunyai kemampuan passing sangat baik, selalu bergerak dan mempunyai pemahaman positioning yang oke. Itulah sederet keunggulan Park Ji Sung yang diungkapkan Sir Alex Ferguson.

Segalanya itu terangkum dalam postur dengan tinggi 175 centimeter. Tapi rupanya ayahnya, Park Sung Jong sempat khawatir putranya tak bisa punya postur tinggi dan badan yang kuat. Sebuah minuman khusus pun disodorkan setiap hari kepada Park saat memasuki umur 14 tahun.

"Jus kodok? Sejatinya itu benar-benar menjijikkan!" kata Park seperti dikutip The National.

"Ayah saya yang menangkap kodok-kodok itu. Waktu saya kermepeng dan lemah. Saya saya mendengar kalau jus itu bisa membuat saya lebih berisi dan kuat, sungguh tidak enak... tapi saya harus meminumnya karena saya ingin jadi pemain sepakbola dan semua orang bilang kalau saya harus lebih besar dan lebih kuat," ucap dia.

2. Jus kodok dan darah kambing

Mempunyai kemampuan passing sangat baik, selalu bergerak dan mempunyai pemahaman positioning yang oke. Itulah sederet keunggulan Park Ji Sung yang diungkapkan Sir Alex Ferguson.

Segalanya itu terangkum dalam postur dengan tinggi 175 centimeter. Tapi rupanya ayahnya, Park Sung Jong sempat khawatir putranya tak bisa punya postur tinggi dan badan yang kuat. Sebuah minuman khusus pun disodorkan setiap hari kepada Park saat memasuki umur 14 tahun.

"Jus kodok? Sejatinya itu benar-benar menjijikkan!" kata Park seperti dikutip The National.

"Ayah saya yang menangkap kodok-kodok itu. Waktu saya kermepeng dan lemah. Saya saya mendengar kalau jus itu bisa membuat saya lebih berisi dan kuat, sungguh tidak enak... tapi saya harus meminumnya karena saya ingin jadi pemain sepakbola dan semua orang bilang kalau saya harus lebih besar dan lebih kuat," ucap dia.

3. Jadi Nama Jalan

Pada suatu Minggu malam di awla musim kompetisi 2008/2009 waktu Korea, jutaan penduduk menghidupkan televisi dan radio. Mereka merayakan hasil Manchester United dan Chelsea 1-1.

Bukan perkara kalah menang dalam laga itu. Bagi orang Korea, satu pemain MU dengan warna kluit, mata sipit dan berkomunikasi dengan bahasa Korea, bikin gol. Dia juga jadi man of the match dalam pertandingan di Old Trafford tersebut. Dia Park Ji Sung.

Dalam perjalanannya bersama "Setan Merah" Ji Sung membuat sederet sejarah. Dia pemain Asia pertama yang menggapai final Liga Champions dan sekaligus mengangkat trofi juara.

Bersama timnas Korea, Park menjadi pemain Asia pertama yang bikin tiga gol beruntun di Piala Dunia. Tak mengherankan dia menjadi "megastar" di negaranya.

Popularitas itu dinahbiskan menjadi nama jalan di Suwon, kota mas akecilnya. Ada jalan Park di sana. Di kota itu pula Park membangun Park Ji Sung Football Centre, tempat pelatihan anak-anak 5-12 tahun yang berkapasitas 600 anak.

3. Jadi Nama Jalan

Pada suatu Minggu malam di awla musim kompetisi 2008/2009 waktu Korea, jutaan penduduk menghidupkan televisi dan radio. Mereka merayakan hasil Manchester United dan Chelsea 1-1.

Bukan perkara kalah menang dalam laga itu. Bagi orang Korea, satu pemain MU dengan warna kluit, mata sipit dan berkomunikasi dengan bahasa Korea, bikin gol. Dia juga jadi man of the match dalam pertandingan di Old Trafford tersebut. Dia Park Ji Sung.

Dalam perjalanannya bersama "Setan Merah" Ji Sung membuat sederet sejarah. Dia pemain Asia pertama yang menggapai final Liga Champions dan sekaligus mengangkat trofi juara.

Bersama timnas Korea, Park menjadi pemain Asia pertama yang bikin tiga gol beruntun di Piala Dunia. Tak mengherankan dia menjadi "megastar" di negaranya.

Popularitas itu dinahbiskan menjadi nama jalan di Suwon, kota mas akecilnya. Ada jalan Park di sana. Di kota itu pula Park membangun Park Ji Sung Football Centre, tempat pelatihan anak-anak 5-12 tahun yang berkapasitas 600 anak.

4. Rajin Belajar Bahasa Inggris

Setelah memutuskan hijrah ke Manchester United dari PSV Eindhoven, Park pun belajar bahasa Inggris. "Dia mempunyai guru privat bahasa Inggris," kata ayahnya.

Paling tidak, Park tidak kesulitan ketika harus berkomunikasi dengan rekan satu tim dan manajer. Patrice Evra dan Carlos Tevez adalah di antara teman dekatnya di MU, walaupun yang terakhir tidak fasih berbahasa Inggris (karena malas belajar).

4. Rajin Belajar Bahasa Inggris

Setelah memutuskan hijrah ke Manchester United dari PSV Eindhoven, Park pun belajar bahasa Inggris. "Dia mempunyai guru privat bahasa Inggris," kata ayahnya.

Paling tidak, Park tidak kesulitan ketika harus berkomunikasi dengan rekan satu tim dan manajer. Patrice Evra dan Carlos Tevez adalah di antara teman dekatnya di MU, walaupun yang terakhir tidak fasih berbahasa Inggris (karena malas belajar).

5. Mickey Mouse, Kentang Manis sampai Pemain dengan Tiga Paru-paru

Park Ji Sung mendapatkan julukan yang terlalu imut: "Mickey Mouse" dan "Sweet Potato" (Kentang Manis). Guardians melansir julukan itu diberikan orang Korea Selatan sendiri yang menilai Park sebagai orang yang punya postur oke.

Tapi Park disukai oleh para fans dia karena kerja keras dan sikap rendah hati. Para suporter pun disebut sebagai pemain dengan tiga paru-paru.

"Keahlian dia? Dia tak pernah merasa capai. Dia bisa bermain 90 menit, dia cerdas dan sangat berbeda," kata Guus Hiddink, pelatih yang pernah menangani Park di timnas Korea Selatan dan PSV.

5. Mickey Mouse, Kentang Manis sampai Pemain dengan Tiga Paru-paru

Park Ji Sung mendapatkan julukan yang terlalu imut: "Mickey Mouse" dan "Sweet Potato" (Kentang Manis). Guardians melansir julukan itu diberikan orang Korea Selatan sendiri yang menilai Park sebagai orang yang punya postur oke.

Tapi Park disukai oleh para fans dia karena kerja keras dan sikap rendah hati. Para suporter pun disebut sebagai pemain dengan tiga paru-paru.

"Keahlian dia? Dia tak pernah merasa capai. Dia bisa bermain 90 menit, dia cerdas dan sangat berbeda," kata Guus Hiddink, pelatih yang pernah menangani Park di timnas Korea Selatan dan PSV.

Halaman 2 dari 12
Park Ji Sung lahir di Seoul, 25 Februari 1981. Tapi dia besar di Suwon, kota pinggiran Seoul.

"Bicara finansial, saya berasal dari keluarga yang tidak berada," kata ayah Park, Park Sung Jong seperti dikutip Guardian.

Pertemuan dengan ibunda Park, Myung Ja terjadi ketika dia masih bekerja di salah satu pabrik baja Korea. "Saya tak bisa makan teratur. Mungkin itu alasan dia ingin mendukung para pemain sepakbola muda," kata Myung Ja.

Namun, keluarga Park kini sudah jauh dari masa lalu itu. Park, putra mereka, sudah menjadi pesepakbola sohor dengan sederet pencapaian pribadi serta di tim, baik bersama klub ataupun timnas. Satu rumah besar dibangun di area Gyeonggi.

"Seiring berjalannya waktu, Park menjadi ikon atlet Korea Selatan dan mungkin olahragawan paling popular," kata Davide Grasso, wakil presiden Nike di area Asia-Pascific, 2009 lalu.

Dalam pidato sata mengumumkan pensiun, Park juga tak percaya dengan pencapaiannya sendiri. "Saya menikmati sepakbola. Apa yang saya dapatkan melebihi dugaan saya," ucap Park.

Park Ji Sung lahir di Seoul, 25 Februari 1981. Tapi dia besar di Suwon, kota pinggiran Seoul.

"Bicara finansial, saya berasal dari keluarga yang tidak berada," kata ayah Park, Park Sung Jong seperti dikutip Guardian.

Pertemuan dengan ibunda Park, Myung Ja terjadi ketika dia masih bekerja di salah satu pabrik baja Korea. "Saya tak bisa makan teratur. Mungkin itu alasan dia ingin mendukung para pemain sepakbola muda," kata Myung Ja.

Namun, keluarga Park kini sudah jauh dari masa lalu itu. Park, putra mereka, sudah menjadi pesepakbola sohor dengan sederet pencapaian pribadi serta di tim, baik bersama klub ataupun timnas. Satu rumah besar dibangun di area Gyeonggi.

"Seiring berjalannya waktu, Park menjadi ikon atlet Korea Selatan dan mungkin olahragawan paling popular," kata Davide Grasso, wakil presiden Nike di area Asia-Pascific, 2009 lalu.

Dalam pidato sata mengumumkan pensiun, Park juga tak percaya dengan pencapaiannya sendiri. "Saya menikmati sepakbola. Apa yang saya dapatkan melebihi dugaan saya," ucap Park.

Mempunyai kemampuan passing sangat baik, selalu bergerak dan mempunyai pemahaman positioning yang oke. Itulah sederet keunggulan Park Ji Sung yang diungkapkan Sir Alex Ferguson.

Segalanya itu terangkum dalam postur dengan tinggi 175 centimeter. Tapi rupanya ayahnya, Park Sung Jong sempat khawatir putranya tak bisa punya postur tinggi dan badan yang kuat. Sebuah minuman khusus pun disodorkan setiap hari kepada Park saat memasuki umur 14 tahun.

"Jus kodok? Sejatinya itu benar-benar menjijikkan!" kata Park seperti dikutip The National.

"Ayah saya yang menangkap kodok-kodok itu. Waktu saya kermepeng dan lemah. Saya saya mendengar kalau jus itu bisa membuat saya lebih berisi dan kuat, sungguh tidak enak... tapi saya harus meminumnya karena saya ingin jadi pemain sepakbola dan semua orang bilang kalau saya harus lebih besar dan lebih kuat," ucap dia.

Mempunyai kemampuan passing sangat baik, selalu bergerak dan mempunyai pemahaman positioning yang oke. Itulah sederet keunggulan Park Ji Sung yang diungkapkan Sir Alex Ferguson.

Segalanya itu terangkum dalam postur dengan tinggi 175 centimeter. Tapi rupanya ayahnya, Park Sung Jong sempat khawatir putranya tak bisa punya postur tinggi dan badan yang kuat. Sebuah minuman khusus pun disodorkan setiap hari kepada Park saat memasuki umur 14 tahun.

"Jus kodok? Sejatinya itu benar-benar menjijikkan!" kata Park seperti dikutip The National.

"Ayah saya yang menangkap kodok-kodok itu. Waktu saya kermepeng dan lemah. Saya saya mendengar kalau jus itu bisa membuat saya lebih berisi dan kuat, sungguh tidak enak... tapi saya harus meminumnya karena saya ingin jadi pemain sepakbola dan semua orang bilang kalau saya harus lebih besar dan lebih kuat," ucap dia.

Pada suatu Minggu malam di awla musim kompetisi 2008/2009 waktu Korea, jutaan penduduk menghidupkan televisi dan radio. Mereka merayakan hasil Manchester United dan Chelsea 1-1.

Bukan perkara kalah menang dalam laga itu. Bagi orang Korea, satu pemain MU dengan warna kluit, mata sipit dan berkomunikasi dengan bahasa Korea, bikin gol. Dia juga jadi man of the match dalam pertandingan di Old Trafford tersebut. Dia Park Ji Sung.

Dalam perjalanannya bersama "Setan Merah" Ji Sung membuat sederet sejarah. Dia pemain Asia pertama yang menggapai final Liga Champions dan sekaligus mengangkat trofi juara.

Bersama timnas Korea, Park menjadi pemain Asia pertama yang bikin tiga gol beruntun di Piala Dunia. Tak mengherankan dia menjadi "megastar" di negaranya.

Popularitas itu dinahbiskan menjadi nama jalan di Suwon, kota mas akecilnya. Ada jalan Park di sana. Di kota itu pula Park membangun Park Ji Sung Football Centre, tempat pelatihan anak-anak 5-12 tahun yang berkapasitas 600 anak.

Pada suatu Minggu malam di awla musim kompetisi 2008/2009 waktu Korea, jutaan penduduk menghidupkan televisi dan radio. Mereka merayakan hasil Manchester United dan Chelsea 1-1.

Bukan perkara kalah menang dalam laga itu. Bagi orang Korea, satu pemain MU dengan warna kluit, mata sipit dan berkomunikasi dengan bahasa Korea, bikin gol. Dia juga jadi man of the match dalam pertandingan di Old Trafford tersebut. Dia Park Ji Sung.

Dalam perjalanannya bersama "Setan Merah" Ji Sung membuat sederet sejarah. Dia pemain Asia pertama yang menggapai final Liga Champions dan sekaligus mengangkat trofi juara.

Bersama timnas Korea, Park menjadi pemain Asia pertama yang bikin tiga gol beruntun di Piala Dunia. Tak mengherankan dia menjadi "megastar" di negaranya.

Popularitas itu dinahbiskan menjadi nama jalan di Suwon, kota mas akecilnya. Ada jalan Park di sana. Di kota itu pula Park membangun Park Ji Sung Football Centre, tempat pelatihan anak-anak 5-12 tahun yang berkapasitas 600 anak.

Setelah memutuskan hijrah ke Manchester United dari PSV Eindhoven, Park pun belajar bahasa Inggris. "Dia mempunyai guru privat bahasa Inggris," kata ayahnya.

Paling tidak, Park tidak kesulitan ketika harus berkomunikasi dengan rekan satu tim dan manajer. Patrice Evra dan Carlos Tevez adalah di antara teman dekatnya di MU, walaupun yang terakhir tidak fasih berbahasa Inggris (karena malas belajar).

Setelah memutuskan hijrah ke Manchester United dari PSV Eindhoven, Park pun belajar bahasa Inggris. "Dia mempunyai guru privat bahasa Inggris," kata ayahnya.

Paling tidak, Park tidak kesulitan ketika harus berkomunikasi dengan rekan satu tim dan manajer. Patrice Evra dan Carlos Tevez adalah di antara teman dekatnya di MU, walaupun yang terakhir tidak fasih berbahasa Inggris (karena malas belajar).

Park Ji Sung mendapatkan julukan yang terlalu imut: "Mickey Mouse" dan "Sweet Potato" (Kentang Manis). Guardians melansir julukan itu diberikan orang Korea Selatan sendiri yang menilai Park sebagai orang yang punya postur oke.

Tapi Park disukai oleh para fans dia karena kerja keras dan sikap rendah hati. Para suporter pun disebut sebagai pemain dengan tiga paru-paru.

"Keahlian dia? Dia tak pernah merasa capai. Dia bisa bermain 90 menit, dia cerdas dan sangat berbeda," kata Guus Hiddink, pelatih yang pernah menangani Park di timnas Korea Selatan dan PSV.

Park Ji Sung mendapatkan julukan yang terlalu imut: "Mickey Mouse" dan "Sweet Potato" (Kentang Manis). Guardians melansir julukan itu diberikan orang Korea Selatan sendiri yang menilai Park sebagai orang yang punya postur oke.

Tapi Park disukai oleh para fans dia karena kerja keras dan sikap rendah hati. Para suporter pun disebut sebagai pemain dengan tiga paru-paru.

"Keahlian dia? Dia tak pernah merasa capai. Dia bisa bermain 90 menit, dia cerdas dan sangat berbeda," kata Guus Hiddink, pelatih yang pernah menangani Park di timnas Korea Selatan dan PSV.

(fem/a2s)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads