Saga Transfer (Batal) De Gea

Kaleidoskop Sepakbola 2015 (September)

Saga Transfer (Batal) De Gea

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Kamis, 31 Des 2015 13:43 WIB
Dean Mouhtaropoulos/Getty Images
Jakarta - Kegagalan transfer David De Gea jadi berita besar di awal bulan September. Hal yang mana membuat dua klub besar, Real Madrid dan Manchester United, saling menyalahkan satu sama lain.

Saga transfer De Gea boleh dibilang mencapai puncaknya di ujung bursa transfer musim panas yang ditutup secara resmi pada tanggal 1 September. Orang-orang tahu bahwa De Gea akhirnya bakal berseragam El Real seperti yang sudah diramalkan.

Biaya transfer sebesar 40 juta euero sudah disepakati antara kedua klub yakni Manchester United dan Madrid. Pesta penyambutan De Gea di Santiago Bernabeu sudah dipersiapkan, Keylor Navas sebagai alat tukar pun sedang mengurus dokumen kepindahannya ke Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, gara-gara masalah administrasi yakni dokumen-dokumen transfer De Gea yang telat masuk ke Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF), kiper 25 tahun itu gagal pindah. Ini membuat kubu MU dan Madrid saling menyalahkan atas kegagalan transfer De Gea tersebut. Meski pada akhirnya kedua kubu sama-sama move on, De Gea perpanjang kontraknya bersama MU, sementara Madrid mempercayakan Navas di bawah mistar.

Cerita De Gea tersebut bak menutup cerita-cerita yang terjadi sepanjang bursa transfer musim panas lalu. Di penghujung bursa transfer pun terjadi beberapa kepindahan di lima liga besar Eropa. Khususnya di Italia, di mana Inter Milan sibuk mendatangkan sejumlah pemain seperti Alex Telles, Adem Ljajic, Felipe Melo, dan Adem Ljajic.



Sementara khusus untuk bursa transfer, Premier League masih jadi liga dengan pengeluaran terbanyak di mana klub-klubnya mencatatkan total Rp 18 T, dua kali lipat dari total transfer Serie A dan La Liga. Anthony Martial jadi pembelian yang terbilang mengejutkan dari kubu MU mengingat uang 36,5 juta poundsterling harus dikeluarkan demi menebus pemain muda itu dari AS Monaco.

Selain soal penutupan bursa transfer, liga-liga Eropa juga menjalani pekan-pekan awal. Chelsea sebagai juara bertahan punya start yang kurang oke, demikian halnya dengan Liverpool. Khusus untuk Liverpool, start buruk tersebut membuat posisi Rodgers mulai digoyang kencang sepanjang bulan September. Inter di Serie A mencatatkan start oke dengan memenangi lima laga pembukanya yang membuat mereka memuncaki klasemen.

Di Jerman, Lucien Favre jadi pelatih pertama yang mundur musim ini setelah hasil buruk yang dituai Borussia Moenchengladbach. Gladbach, yang finis posisi ketiga musim lalu, selalu menelan kekalahan di lima laga awalnya.

Liga Champions musim 2015/2016 resmi dimulai di mana tim-tim akan berlomba mengambil trofi ‘Si Kuping Besar’ yang musim lalu jadi milik Barcelona. Sejumlah klub besar mengawali dengan mulus kecuali Arsenal yang dikejutkan dengan dua kekalahan beruntun, dari Dinamo Zagreb dan Olympiakos.

Dari kualifikasi Piala Eropa 2016, beberapa negara memastikan lolos ke Prancis seperti Austria, Inggris, Republik Ceko, dan Islandia. Kepastian Islandia dan Ceko lolos itu serta merta memperkecil kans Belanda lolos mengingat keduanya mengungguli Belanda dalam hal poin dan rekor head-to-head.



Beralih ke sepakbola dalam negeri, “mati suri”-nya kompetisi lokal karena sanksi FIFA dan pembekuan PSSI membuat Pemerintah berinisiatif menggelar turnamen bertajuk Piala Presiden, yang diikuti sejumlah klub papan atas Indonesia. Turnamen sebelumnya, Piala Kemerdekaan, yang digelar tim Transisi meninggalkan masalah klasik perihal pencairan duit juara yang harusnya diterima PSMS Medan.

(mrp/din)

Hide Ads