Kisah itu dialami oleh Helder Guedes, penyerang yang bermain untuk klub Portugal Rio Ave. Panenka gagal itu terjadi ketika Rio Ave menjamu Tondela di partai Liga Portugal, Selasa (17/4/2018) dini hari WIB.
Dalam keadaan unggul, Rio Ave mendapatkan sebuah tendangan penalti ketika laga memasuki menit ke-34. Wasit menilai ada pelanggaran di kotak penalti Tondela usai Guedes terjatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pembunuh Ampuh ala Panenka |
Pesepakbola 30 tahun itu kemudian bersikeras mengeksekusi penalti walaupun sebenarnya Rio Ave punya algojo lain dalam menghadapi situasi satu lawan satu dengan kiper.
Pada prosesnya, kengototan Guedes membuatnya berhasil dapat jatah mengambil penalti. Ia meletakkan si kulit bundar di titik putih, ambil ancang-ancang, dan berusaha mengecoh kiper dengan penalti lurus melambung ala Panenka.
Kiper Tondela sebenarnya sempat terlihat bakal tertipu karena sudah bergerak ke kanan. Tapi di saat terakhir, tangannya berhasil terangkat demi menepis bola ke atas gawangnya. Penalti Panenka dari Guedes gagal membuahkan hasil.
Situasi makin buruk untuk Guedes beberapa saat kemudian. Pelatih Rio Ave Miguel Cardozo kabarnya amat kesal dan langsung menarik keluar Guedes di menit ke-39. Pertandingannya tuntas saat itu juga, melewatkan kegagalan timnya mempertahankan keunggulan karena skor jadi 1-1 di babak kedua.
"Ini merupakan masalah internal, kita bisa terus maju... itu bukanlah sesuatu yang dapat kami bahas di sini. Kami akan membahasnya di dalam klub, ini bukanlah tempat untuk bicara mengenai perasaan saya," kata si pelatih seperti dikutip A Bola, ketika ditanya mengenai tindakan Guedes.
Baca juga: Pelopor Panenka Bukanlah yang Pertama |
Media Portugal itu juga menjelaskan alasan mengapa Guedes sedemikian bersikeras untuk mengeksekusi penalti. Yang pertama adalah bahwa itu merupakan penampilan ke-100 Guedes untuk Rio Ave.
Alasan kedua, yang lebih sentimental, Guedes ingin mencetak gol demi mengenang mendiang ayahnya. Jose Guedes, yang dulu juga merupakan seorang pesepakbola, menjadi salah satu korban tewas dalam perampokan bersenjata yang berbuntut kebakaran dan dikenal sebagai Tragedi Amarante. Insiden itu terjadi pada tanggal 16 April 1997, ketika Helder Guedes masih berumur 11 tahun.
(krs/nds)