Kisah Yaman ke Piala Asia 2019: Diguncang Perang, Pemain Diculik

Kisah Yaman ke Piala Asia 2019: Diguncang Perang, Pemain Diculik

Yanu Arifin - Sepakbola
Senin, 07 Jan 2019 15:53 WIB
Pemain Timnas Yaman berlatih jelang berlaga di Piala Asia 2019 di Abu Dhabi. (Foto: KARIM SAHIB / AFP)
Jakarta - Yaman menjadi salah satu debutan di Piala Asia 2019. Mereka rupanya punya persiapan sulit; negaranya hancur karena perang hingga para pemainnya diculik.

Yaman, bersama Kirgistan dan Filipina, menjadi debutan di Piala Asia 2019. Tim asuhan Jan Kocian itu akan mengawali debutnya dengan menghadapi Iran di Mohammed Bin Zayed Stadium, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (7/1/2019).

Menuju ke kompetisi tertinggi di Asia itu, Yemen rupanya harus berdarah-darah mempersiapkan timnya. Di antaranya negara hancur karena perang, hingga para pemainnya diculik.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konflik Pemerintahan

Dilansir BBC, sepakbola Yaman terhenti sejak 2015. Penyebabnya tak lain karena perang meletus antara pemerintah Abd Mansur Hadi yang diakui Internasional dengan kelompok pemberontak Houthi.

Imbas dari konflik itu menghancurkan Yaman secara keseluruhan, termasuk sepakbolanya. Liga disetop, infrastruktur hancur menjadi puing-puing akibat perang.

Kendati negaranya hancur, para pemain Yaman masih berusaha bertahan. Di antara dari mereka ada yang beruntung bisa bermain ke Qatar, namun tak sedikit yang terjebak di negara sendiri.

Situasinya cukup memprihatinkan. Dalam sebuah video yang beredar, pertandingan sepakbolanya bahkan dilangsungkan saat rudal-rudal perang berseliweran di langit Yaman.

Maka dari itu, Piala Asia 2019 akan menjadi debut pertandingan internasional beberapa pemainnya dalam kurun empat tahun terakhir.


Sekelompok anak-anak kecil Yaman bermain sepakbola di daerah Mokha.Sekelompok anak-anak kecil Yaman bermain sepakbola di daerah Mokha. Foto: Saleh Al-Obeidi/AFP


Pemain Kerja Serabutan Hingga Diculik

Beberapa pemain yang masih bertahan dengan sepakbola Yaman, mau tak mau harus menyambung hidup dengan berbagai cara. Banyak dari mereka menyambi juga sebagai supir taksi, bahkan mau tak mau ikutan menjadi tentara.

"Saya harus berpikir untuk melakukan sesuatu yang lain untuk mendapatkan uang. Mungkin saya akan bergabung dengan tentara," kata Ammad Amr Talal.

Situasi kian sulit ketika para pemain juga harus pakai ongkos sendiri untuk pergi ke Arab Saudi guna mengikuti pemusatan latihan Yemen untuk Piala Asia.

Embargo perjalanan udara membuat beberapa pemain Yaman harus melewati perjalanan darat ke Arab Saudi. Mereka harus melewati perbatasan yang masih terbuka atau berlayar dengan kapal yang mengangkat ternak.

Akibatnya, ada beberapa pemain yang diculik oleh kelompok-kelompok ekstrimis karena perjalanan darat itu. "Saya dibiarkan melakukan perjalanan darat selama 48 jam melalui beberapa wilayah paling berbahaya di negara ini," kata pemain yang enggan disebut namanya itu.

Pada awal Desember, politik di Arab Saudi membuat mereka memblokir timnas Yaman untuk pergi ke Qatar untuk memusatkan latihan dan menggelar beberapa laga ujicoba. Sebagai gantinya, mereka mengirimnya ke Malaysia.

Menggantung Harapan di Piala Asia 2019


Anak-anak kecil Yaman bermain sepakbola di kawasan Sanaa.Anak-anak kecil Yaman bermain sepakbola di kawasan Sanaa. Foto: Mohammed Huwais/AFP


Jan Kocian sadar betul dirinya mengemban tugas sepakbola paling berat di dunia. Ia harus memimpin negara yang sedang berdarah-darah dalam arti sebenarnya.

"Situasi politik memunculkan beberapa kondisi yang tidak biasa untuk melatih tim nasional. Untuk satu hal, saya tidak akan memasuki negaranya, itu ada dalam kontrakku. Tapi sebuah kehormatan bisa memimpin tim ini," kata Kocian, yang pernah melatih gelandang serang Napoli Marek Hamsik itu.

Kocian, yang menangani Yemen sejak November lalu, menilai Piala Asia 2019 menjadi salah satu motivasi bagi Yaman sendiri. Dengan tampil di level internasional, mereka berharap dilirik klub di negara lain.

"Impian mereka adalah mendapatkan kontrak profesional di luar negeri," kata Kocian.

Adapun para pemain Yaman diklaim akan ngotot saat menghadapi Iran, yang notabenenya negara itu mendukung pemberontak Houthi--salah satu penyebab hancurnya Yaman. Dengan sepakbola, para pemain itu akan berusaha melawan ketertindasannya.


(yna/din)

Hide Ads