Nakata, Bentley, dan Schurrle Korban Kejamnya Industri Sepakbola

Nakata, Bentley, dan Schurrle Korban Kejamnya Industri Sepakbola

Putra Rusdi K - Sepakbola
Sabtu, 18 Jul 2020 07:00 WIB
LONDON, ENGLAND - FEBRUARY 06:  Andre Schurrle of Fulham Wins the Carling Goal of the Month Award for January on February 06, 2019 in London, England. (Photo by Christopher Lee/Getty Images for Premier League)
Andre Schurrle baru saja memutuskan pensiun (Foto: Getty Images for Premier League/Christopher Lee)
Jakarta -

Andre Schurrle memutuskan pensiun di usia 29 tahun. Sepakbola membuatnya tak bahagia. Keputusannya ini bak repetisi kisah David Bentley dan Hidetoshi Nakata.

Schurrle mengejutkan banyak pihak dengan mengumumkan pensiun lewat akun Instagram-nya. Ia memutuskan pensiun sepekan setelah sepakat memutuskan kontraknya dengan Borussia Dortmund yang masih tersisa satu tahun lagi.

Dengan CV yang mentereng yaitu pemenang Piala Dunia 2014 dan pernah bermain di Chelsea, Schurrle seharusnya tak kesulitan mencari klub baru. Namun, ia memilih gantung sepatu di usia yang matang yaitu 29 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Schurrle memutuskan pensiun karena sudah tak punya hasrat di sepakbola. Ia mengaku kerap kali merasa kesepian terutama saat kariernya tengah meredup.

"Industri sepakbola tidak mengizinkan untuk menunjukkan perasaanku yang sebenarnya," ujar Schurrle dikutip dari Spiegel.

ADVERTISEMENT

"Anda selalu harus menjalankan peran untuk bertahan dalam bisnis ini. Jika tidak, Anda akan kehilangan pekerjaan dan Anda tidak akan mendapatkan penggantinya," jelasnya.

Perputaran uang yang begitu besar di sepakbola menghadirkan tekanan yang tidak semua pemain bisa menghadapinya. Schurrle menjadi korban terbaru dari kerasnya industri sepakbola.

Apa yang dialami pemuda kelahiran Ludwigshafen ini bak repetisi dari kisah Bentley dan Nakata yang terjadi sebelumnya. Kedua pemain ini juga harus kehilangan cinta di sepakbola sebelum memutuskan pensiun di usia 29 tahun.

Nakata dan Bentley Juga Kehilangan Cinta di Usia 29 Tahun

2 Mar 2000: Hidetoshi Nakata of Roma in action during the UEFA Cup fourth round first leg against Leeds United at the Stadio Olympico in Rome, Italy.  The match was drawn 0-0.  Mandatory Credit: Michael Steele /AllsportHidetoshi Nakata saat masih membela AS Roma (Credit: Michael Steele /Allsport) Foto: Getty Images/Michael Steele

Nakata dianggap bintang Asia paling bersinar di Negeri Pizza di era awal 2000an. Ia memulai kiprahnya di Serie A bersama Perugia pada 1998-2000.

Nakata kemudian berpetualang dengan membela tiga klub papan atas di Italia kala itu AS Roma, Parma dan Fiorentina.

Ia juga sempat merasakan dipinjamkan ke Bologna dan Bolton Wanderers. Bolton menjadi klub terakhirnya sebelum pensiun di usia 29 tahun pada 2006.

Pria kelahiran Kofu sempat menutup rapat alasannya pensiun sebelum buka suara pada 2014. Ia mengaku sudah tak menemukan kesenangan di sepakbola karena semua tim berorientasi ke uang.

"Hari demi hari saya menyadari bahwa sepakbola baru saja menjadi bisnis besar. Saya bisa merasakan bahwa tim bermain hanya untuk uang dan bukan demi bersenang-senang," ungkap Nakata dikutip dari TMW Magazine.

"Saya selalu merasa bahwa sebuah tim seperti keluarga besar, tetapi berhenti sejak berubah seperti itu. Saya sedih, itu sebabnya saya berhenti di usia 29 tahun."

KRAKOW, POLAND - OCTOBER 19:  David Bentley of Blackburn Rovers celebrates after scoring a goal during the UEFA Cup match between Wisla Krakow and Blackburn Rovers at Wisly stadium on October 19, 2006 in Krakow, Poland.  (Photo by Ian Walton/Getty Images)David Bentley merayakan golnya bersama Blackburn Rovers (Photo by Ian Walton/Getty Images) Foto: Getty Images/Ian Walton

Kisah serupa juga dialami Bentley. Pria asal Inggris ini merupakan jebolan dari akademi Arsenal. Di waktu muda, ia dijuluki The Next David Beckham karena kemampuannya melepas umpan silang dari sisi sayap.

Kalah bersaing di Arsenal, Bentley hengkang ke Blackburn Rovers pada 2006. Ia mencapai puncak kariernya di sana sebelum di beli Tottenham Hotspur pada 2008.

Bentley tampaknya mulai kehilangan hasratnya di sepakbola saat membela Spurs. Ia kemudian menutup kariernya pada 2013 setelah dipinjamkan ke beberapa klub seperti Birmingham City, West Ham United, Blackburn hingga klub Rusia, FC Rostov.

"Sekarang semuanya seperti robot mulai dari sisi media sosial hingga uang yang dihasilkan di pertandingan. Saya benci mengatakannya, tapi itu membuatnya membosankan dan mudah diprediksi. Untuk bermain tiga atau empat tahun lagi bukan pilihan tepat bagi saya," ujar Bentley saat pensiun dikutip dari Guardians.

Meski begitu, keputusan Nakata dan Bentley untuk meninggalkan dunia sepakbola terbilang tepat. Mereka justru kemudian meraih kesuksesan di bidang lain.

Nakata menjadi model yang cukup sukses. Ia juga mendirikan perusahaan sake bernama Japan Craft Sake Company.

Sementara, Bentley sukses menjadi pengusaha restoran dan bar. Restoran miliknya kebanyakan berada di wilayah pesisir Spanyol.

Semoga nantinya Schurrle juga menemukan jalan kesuksesan lainnya layaknya Nakata dan Bentley. Danke, Schurrle!


Hide Ads