Gareth Southgate terus dicecar soal sikap Timnas Inggris pada Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022. Manajer The Three Lions angkat suara.
Sorotan tertuju ke Qatar, selaku tuan rumah Piala Dunia 2022. Negara teluk itu dituding banyak melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Sebelumnya, banyak laporan Qatar memperlakukan pekerja migran, yang kebanyakan kuli pembangunan stadion Piala Dunia, dengan tidak layak. Bahkan, ada laporan banyak pekerja yang meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Qatar dinilai negara yang tidak inklusif pada keberagaman. Qatar masih melarang keberadaan LGBTQ+ [Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer dan lain-lain], yang memunculkan kekhawatiran banyak suporter LGBTQ+ tak bisa datang.
Beberapa pihak menyerukan agar Piala Dunia 2022 di Qatar diboikot saja. Sementara banyak juga yang tetap mendukung penyelenggaraan.
Kondisi itu membuat banyak negara peserta Piala Dunia 2022, yang dipercaya menjunjung tinggi HAM dan keberagaman, dipertanyakan sikapnya. Termasuk Timnas Inggris, tim yang ditangani Southgate.
Timnas Inggris sendiri sudah membahas secara internal masalah ini. Pekan ini, skuad sudah menggelar pertemuan usai kapten harry Kane menyerukan kapten negara lain ikut membahas masalah Qatar.
Manajer berusia 51 tahun itu menegaskan, timnya masih bingung soal sikap yang akan diambil. Sebab, ia menilai ada banyak hal yang harus dipikirkan.
"Saya tak tahu sama sekali apa yang akan dicapai dari itu [boikot]? Ini jelas akan menjadi cerita besar, tapi turnamen ini tetap akan berjalan," kata Gareth Southgate, dilansir ESPN.
"Faktanya, sayangnya, masalah besar yang mungkin bukan soal agama atau kebudayaan adalah apa yang terjadi pada pembangunan stadion. Tak ada yang bisa kami lakukan."
"Saya pikir, segera setelah kami memasuki turnamen, itulah poin yang akan kami putuskan. Kami tahu ini selama empat hingga delapan tahun sebelumnya bahwa ini akan terjadi di Qatar. Apakah penentangan terhadap Qatar ini dalam hal negara?" tanyanya.
Southgate menjelaskan, memprotes Qatar berarti harus memikirkan berbagai dampaknya, termasuk ekonomi. Sama seperti Rusia, yang diboikot karena perang ke Ukraina, Qatar juga sudah merasuk ke berbagai sendi-sendi ekonomi Inggris.
"Apakah pertanyaan yang anda ajukan adalah memprotes Qatar sebagai negara? Kami terkait, seperti halnya Rusia, dengan segala macam investasi di negara kita. Sainsbury [supermarket yang sahamnya mayoritas dimiliki Qatar], apakah kita akan berhenti belanja di sana? The Shard [gedung tertinggi di London]? ada banyak investasi bangunan."
"Kita berada di dunia kesepakatan yang begitu kompleks. Seperti yang terlihat pada Arab Saudi baru-baru ini. Di satu sisi, orang-orang bicara soal investasi di Newcastle. Di sisi lain, kami meminta mereka menurunkan harga minyak jadi kita bisa membeli bensin dengan murah. Kita semua melihat hal-hal seperti ini, semua dalam keadaan yang kompleks."
"Itulah yang saya katakan sebelum Natal. Ini rumit. Saya tahu masalahnya sendiri tidak rumit, tetapi semua akibatnya, hubungan diplomatik, berurusan dengan negara lain dan organisasi lain sangat rumit, saya pikir seperti itu," katanya.
(yna/mrp)