Christophe Galtier resmi menjadi pelatih baru Paris Saint-Germain. Galtier diperingatkan tentang sulitnya mengatur ego Kylian Mbappe, Neymar, dan Lionel Messi.
Entraineur berusia 55 tahun itu menggantikan posisi Mauricio Pochettino, yang dipecat PSG. Pelatih Argentina itu dianggap gagal meskipun sukses mengantar Les Parisiens ke tangga juara Ligue 1 dengan performa dominan.
Akan tetapi, Pochettino tetap diberhentikan karena tak mampu memaksimalkan trisula MNM, yang berkontribusi pada hasil mengecewakan PSG dengan kandas di babak 16 besar Liga Champions.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gatlier menangani PSG dengan modal rekor bagus bersama Lille dan Nice. Sebelum mendarat di Parc des Prince, Galtier pernah memimpin Lille merebut gelar juara Ligue 1 2020/2021, kemudian semusim berikutnya mengantar Nice finis kelima serta mencapai final Coupe d France. Di klub barunya, Galtier akan dituntut memperoleh hasil bagus di atas lapangan, juga mengendalikan ruang ganti yang berisikan pemain-pemain top PSG termasuk Messi, Neymar, Mbappe.
Mantan pemain Premier League Gabriel Agbonlahor memahami kesulitan Pochettino di PSG. Menurut dia, Gatlier pun memungkinkan akan menghadapi situasi serupa.
''Terus terang seja, itu adalah sebuah pekerjaan yang saya rasa tidak diinginkan siapapun. Sungguh," sebut Agbonlahor kepada talkSPORT. "Pekerjaannya, besarnya ego yang ada di sana, ada Neymar, Mbappe, dan Messi. Itu tidak akan pernah berhasil."
"Itu tidak berhasil dengan Thomas Tuchel, yang menurut saya, itu seorang manajer yang lebih baik ketimbang Mauricio Pochettino," sambung mantan pemain Aston Villa itu.
"Terus terang, saya prihatin untuk Galtier karena dia tidak tahu dia terlibat untuk apa. Messi, Neymar, dan Mbappe memimpin klub itu, mereka memimpin ruang ganti. Mereka itu manajernya. Sesederhana itu. Anda tidak bisa mengganti salah satu dari mereka karena mereka akan ngambek," sembur Agbonlahor.
(rin/krs)