Qatar Mejan, Jadi Bulan-bulanan
Performa Qatar pada pertandingan pertama benar-benar tak memenuhi ekspektasi publik tuan rumah. Sudah menjalani pemusatan lama di Spanyol, The Maroon gagal mengerahkan kemampuan terbaik saat melawan Ekuador.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, gawang tim asuhan Felix Sanchez sudah kebobolan pada menit ketiga. Enner Valencia menjebol gawang Qatar meski akhirnya dianulir. Ada peran teknologi Semi-Automated offside dalam pembatalan gol Ekuador itu.
Setelah itu, saya melihat dari tribune Qatar tak bisa bangkit dan selalu tertekan. Hasilnya, Enner Valencia bisa mengemas brace untuk membawa Ekuador menang dua gol tanpa balas dari Qatar.
Qatar bahkan membuat penjaga gawang Ekuador, Hernan Galindez, ongkang-ongkang dengan 0 shot on target di sepanjang pertandingan.
Menurut pendapat saya, boleh jadi Qatar terganggu dengan 'keributan' di luar lapangan. Saat konferensi pers sebelum laga, ada tudingan usaha menyuap Ekuador dari pihak Qatar. Felix Sanchez menyebut bahwa tuduhan itu berbahaya.
Stadion yang Dingin
Saya menyebut ada dua makna dingin di Al Bayt Stadium saat Qatar tumbang dari Ekuador. Dingin suhu di sana, dan dinginnya para pendukung tim tuan rumah saat menonton laga.
Bagi orang yang tinggal di Qatar, AC itu sangat krusial utamanya saat siang hari. Cuaca terik di luar harus distabilkan dengan pendingin ruangan agar kita tidak kegerahan.
Oleh karena itu, Qatar pun menambahkan AC di stadion-stadion Piala Dunia. Dalam pandangan mata saya, ada banyak blower besar yang disematkan di sekeliling atas stadion Al Bayt, rasanya seperti masuk mall.
Dengan penonton yang hadir di Stadion sekitar 60 ribu orang, tak ada rasa panas. Bahkan, penonton harus membawa jaket berjaga-jaga kalau malah kedinginan.
Sementara itu, atmosfer pertandingan malah kurang meriah menurut pendapat saya. Pendukung Ekuador yang kalah jumlah, bahkan lebih berisik dibandingkan dengan suporter tuan rumah.
Pendukung tuan rumah terdiam pada menit ke-16, Enner Valencia mencetak gol lewat titik putih. Suporter Ekuador kembali berteriak kencang, Enner Valencia mencetak gol keduanya pada menit ke-31. Dia pun mencetak sejarah dengan sudah membobol gawang lima kali di Piala Dunia.
Saya melihat tak ada reaksi yang berlebihan dari para pendukung Qatar. Mereka tetap datar, kendati timnya mendapat jalan terjal untuk memenangi pertandingan.
Tak ada ekspresi kekecewaan. Bahkan, dari seisi stadion, cuma dari susu utara atau kalau bahasa kerennya curva nord yang berisik. Sementara di sisi stadion lain, mereka seakan sedang menonton pertandingan tenis.
Usai babak pertama, Curva Nord tinggal setengah dalam pengamatan saya. Sementara saat menit ke-75, setengah kursi stadion sudah tampak sepi. Atmosfer pertandingan cukup dingin, berbanding 18 derajat kalau kita melihat Timnas Indonesia bermain, stadion penuh sesak.
Tekanan memang menjadi alasan utama Qatar gagal tampil bagus. Hal itu diungkapkan Felix Sanchez. "Kegugupan kami mengkhianati kami. Kami tak bisa melakukan umpan. Juga, ada banyak jarak pertahanan. Tim tak seimbang dan itu sangat melukai kami," kata dia mengenai kekalahan Qatar semalam.
(cas/rin)