Di saat sadar sudah tak punya harapan bertahan di Piala Dunia 2022, Ghana berjuang keras mendorong Uruguay masuk "jurang". Hal tersebut diakui Daniel Amartey.
Uruguay sempat berada di atas angin saat mengungguli Ghana 2-0 pada babak pertama di matchday ketiga Grup H. Pada situasi itu, Le Celeste duduk di posisi kedua dengan 4 poin.
Situasi kemudian berbalik di penghujung laga. Hal itu terjadi setelah Korea Selatan memimpin 2-1 atas Portugal, yang membuat Uruguay harus menambah satu gol lagi demi bisa menempati posisi runner-up Grup H.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada situasi ini, Ghana juga sadar betul tidak bisa membalikkan keadaan. Terlebih, Uruguay menyerang dengan banyak pemain sampai para bek ada di pertahanan Ghana.
Amartey selaku pemain belakang Ghana kemudian meminta para rekannya untuk membantu perkuat pertahanan. Dia tak mau Uruguay menambah gol karena harus ikut tersingkir bersamaan.
Hal itu akhirnya terjadi. Uruguay tak bisa menambah gol dan skor 2-1 bertahan untuk kemenangan Korea Selatan atas Portugal.
"Saya memberi tahu rekan satu tim, bahwa kami membutuhkan gol sekarang tetapi mereka membutuhkan gol saat ini juga, kami harus mempertahankan diri kami sendiri sehingga jika kami tidak bisa lolos, mereka juga tidak lolos," kata Amartey kepada BBC.
"Itu sulit karena Anda bisa melihat bek tengah mereka, semua orang datang (menyerang)."
"Uruguay membutuhkan satu gol untuk lolos dan Anda dapat melihat kami bertahan empat lawan lima atau tiga lawan dua, tapi kami berhasil bertahan," tegasnya.
Ghana punya kenangan pahit melawan Uruguay pada perempatfinal Piala Dunia 2010. Uruguay menggagalkan upaya Ghana mencetak gol setelah Luis Suarez menepis bola tepat di mulut gawang.
Ghana mendapatkan hadiah penalti, namun Asamoah Gyan gagal mengeksekusinya. Laga lanjut ke adu penalti setelah skor 1-1 tak berubah dan Ghana kalah dalam tos-tosan.
Baca juga: Dear Fans Uruguay, Menangislah di Kamar! |
Saksikan juga Sosok minggu ini: Merawat Hingga Akhir