Menyoal Wasit UEA Buat Partai Indonesia Vs Arab

Menyoal Wasit UEA Buat Partai Indonesia Vs Arab

- Sepakbola
Minggu, 15 Jul 2007 10:25 WIB
Jakarta - Keberadaan wasit asal Uni Emirat Arab yang memimpin pertandingan Indonesia versus Arab Saudi sangat pantas untuk dipertanyakan. Dari aspek psikologis saja sudah merugikan satu pihak.Yang dirugikan tentu Indonesia, yang pada pertandingan tadi malam, Sabtu (14/7/2007), harus menderita kekalahan dramatis 1-2, di mana gol penutup Arab lahir di menit ketiga injury time. Untuk menilai apakah keputusan seorang wasit fair atau tidak, cenderung memihak atau tidak, mungkin lebih alot untuk diperdebatkan karena menyangkut pula pengamatan subyektif. Tapi ada hal yang lebih obyektif untuk digarisbawahi.Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan pernyataan yang cukup arif dalam mengeluhkan kepemimpinan wasit Ali Hamad Madhad Saif Al Badwawi. Ia berpesan kepada Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) agar tepat memilih wasit sehingga tidak menimbulkan efek psikologis yang tidak baik.Efek psikologis yang dimaksud amat kentara. Sebagai sesama negara di kawasan Arab, paling tidak para pemain Arab Saudi dan wasit bisa sangat leluasa berbicara dengan bahasa yang sama.Celakanya, bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh orang Indonesia. Kalaulah tidak fasih berbicara Inggris, mereka sekurang-kurangnya mengerti maksud sebuah percakapan dalam bahasa Inggris.Tapi Bambang Pamungkas dkk tidak pernah tahu pembicaraan seperti apa saja yang terjadi di antara pemain Arab dan sang wasit selama di lapangan. Tanpa bermaksud suudzon, pemain kita tak tahu dengan kalimat apa, misalnya, pemain Arab memprotes wasit, mengejek lawan, atau kenapa mereka saling melempar senyum, dan sebagainya.Dari faktor itu saja telah terjadi ketidakseimbangan. Yang lebih fair adalah wasit konsisten memakai bahasa Inggris sepanjang pertandingan sehingga komunikasi dengan kedua tim lebih universal. Tapi, siapa yang "menempel" wasit selama 90 menit?Menyangkut subyektivitas keputusan teknis, sebagian besar fans Indonesia menganggap Ali Al Badwawi terlalu sering membuat keputusan yang tidak adil. Ia dirasa terlalu cepat merogoh sakunya dan mengeluarkan kartu kuning. Lima biji ia acungkan kepada lima pemain Indonesia, sedangkan Arab hanya satu."Saya ini pelatih. Bukan pekerjaan saya mengevaluasi wasit. Tapi saya memang merasa ada beberapa insiden yang sangat aneh," demikian komentar pelatih Indonesia Ivan Kolev. Tak heran pihak Indonesia langsung meradang -- mengeluhkan kualitas wasit adalah hal yang biasa terjadi di negeri ini. Ketua Umum PSSI Nurdin langsung menggelar rapat dengan jajarannya untuk melayangkan surat protes kepad AFC.Sekjen PSSI yang juga ketua panitia Piala Asia di Jakarta, Nugraha Besoes, malah tak kalah lantang. Ia menemui Mohammad bin Hammam dan mempertanyakan latar belakangan penunjukan ofisial UEA tersebut. Ia juga sempat meminta agar ofisial berasal dari Asia Timur seperti Jepang atau Korea. Namun orang nomor satu di AFC itu tidak memberi jawaban yang memuaskan, bahkan meminta agar urusan ini tidak diganggu gugat.Nugraha juga mengendus sebuah kemungkinan adanya "udang di balik batu". Sejauh ini sudah dua negara Timur Tengah nasibnya di ujung tanduk. Di Grup A, Oman terancam masuk kotak, di Grup B, Uni Emirat Arab, negaranya Ali Al Badwawi, bahkan telah tersingkir karena sudah dua kali kalah.Kasus yang dialami Indonesia ini seharusnya jadi masukan serius buat AFC menyangkut perwasitan. Soalnya, beberapa pelatih lain juga mengeluhkan kepemimpinan yang tidak oke dari korps pengadil lapangan dari benua ras kuning. (a2s/lom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads