Diprediksi akan melemah setelah cuci gudang, di awal musim ini Southampton bahkan sedang bertengger di peringkat kedua klasemen Liga Inggris.
Nama-nama seperti Adam Lallana, Rickie Lambert, Calum Chambers, Luke Shaw, dan Dejan Lovren, yang menjadi pilar Southampton di musim lalu, sudah hengkang dari St Mary's di musim panas kemarin. Mereka pindah ke klub-klub yang lebih besar: Arsenal, Liverpool, dan Manchester United.
Tak cuma pemain, manajer yang mengatrol performa mereka di lapangan sejak paruh kedua musim 2012/2013, Mauricio Pochettino, juga hijrah ke tempat lain, yaitu Tottenham Hotspur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi rupanya prediksi dan prasangka tersebut belum terbukti. Walaupun kalah di pertandingan pertama dan cuma seri di laga kedua di musim ini, tahu-tahu posisi The Saints setelah kompetisi memasuki lima pekan adalah urutan kedua. Mereka memenangi 3 partai berikutnya berturut-turut, dan dari situ menghasilkan 10 poin. Soton hanya berjarak 3 angka dari Chelsea yang berstatus pemuncak klasemen sementara. Dalam 26 tahun terakhir, itulah posisi tertinggi yang pernah dicapai Southampton di Premiership.
Apa kuncinya?
Tidak logis jika tidak menyebut Ronald Koeman. Pemain top Belanda di era 80 sampai 90-an itu adalah penerima tongkat estafet kepelatihan dari Pochettino. Ia direkrut pada Juni lalu, dengan durasi kontrak tiga tahun.
Sebagai pemain, Koeman adalah salah satu defender terbaik yang pernah dimiliki Belanda. Ia adalah anggota skuat Oranye saat menjuarai Piala Eropa 1988, memiliki empat medali gelar Eredivisie bersama Ajax dan PSV Eindhoven, serta segudang titel juara bersama Barcelona.
Mantan bek tengah yang juga piawai bermain sebagai gelandang bertahan itu juga seorang spesialis tendangan bebas/penalti. Salah satu catatan spesialnya adalah adalah sukses mengeksekusi tendangan penalti 25 kali berturut-turut, dan itu adalah rekor di La Liga.
Koeman mengoleksi 193 gol dari 533 pertandingan liga, dan merupakan top skorer di kalangan defender dalam sejarah sepakbola.
Menjadi pelatih pun Koeman berbakat. Ia memulainya sebagai asisten pelatih timnas Belanda (1997-1998) dan Barcelona (1998-200), sebelum mulai menjadi pelatih kepala di tahun 2000, bersama Vitesse.
Setelah itu ia menukangi tim-tim besar: Ajax, Benfica, PSV, Valencia, AZ Alkmaar, dan terakhir Feyenoord. Ajax dua kali dibawanya jadi juara Liga Belanda, sedangkan PSV satu kali. Kepada tim-tim lainnya ia juga menyumbangkan piala, kecuali Feyenoord.

Saat didekati, Koeman mensyaratkan Southampton mengizinkan dia membawa dua orang: Erwin Koeman dan Jan Kluitenberg. Erwin adalah kakak kandungnya yang juga punya reputasi tinggi sebagai pemain internasional, serta cukup sukses sebagai pelatih. Dia pernah membesut PSV, Utrecht, timnas Hongaria, dan terakhir RKC Waalwijk. Oleh Ronald, sang abang dijadikan sebagai asisten manajer, sehingga terjadilah kolaborasi adik-kakak itu untuk pertama kalinya di jajaran kepelatihan satu tim.
Sedangkan Kluitenberg diposisikan sebagai assistant first team coach/physical coach. Ia selalu jadi kepercayaan Koeman di Vitesse, Benfica, AZ Alkmaar, dan Feyenoord.
Koeman menerima pinangan Southampton karena sesuai dengan "kegilaan" dia untuk mengembangkan talenta-talenta muda. Seperti diketahui, akademi Southampton adalah salah satu yang terbaik di Inggris dan Eropa. Untuk menyebut sedikit contoh lagi adalah Alan Shearer, Matthew Le Tisser, Gareth Bale, Theo Walcott, dan Alex Oxlade-Chamberlain.
Maka ketika Lallana dkk. hengkang, Koeman tidak merasa Southampton kehabisan pemain bagus. Justru dialah yang akan menciptakan pemain-pemain bagus itu. Untuk mengisi kekosongan tempat, digaetlah Fraser Forster, Ryan Bertrand, Dusan Tadic, Shane Long, dan Graziano Pelle.
Pada tim pertama The Saints, hanya dua pemain yang usianya sudah kepala tiga: kiper/kapten Kelvin Davies (37) dan center back Jose Fonte (30). Usia rata-rata pemain Southampton adalah 26,28 tahun.
"Kegilaan" (dan keberhasilan) Koeman dalam mengasah pemain-pemain muda pernah diumumkan oleh Louis van Gaal. Saat memimpin timnas Belanda di Piala Dunia lalu di Brasil, 7 pemainnya adalah hasil didikan Koeman.
"Dia sangat tahu bagaimana mengembangkan pemain, secara individu. Saya sangat senang dengan semua pemain di tim Belanda yang dia latih," ucap Van Gaal sebelum ia kemudian direkrut Manchester United.
Sosok Koeman dan Southampton sejauh ini memang berjodoh, karena sama-sama berorientasi pada (pengembangan) pemain muda. Hal itu diakui pula oleh Arsene Wenger dari Arsenal.
"Di Southampton, mereka adalah pekerja-pekerja ajaib. Kalau kita lihat talenta-talenta yang mereka jual selama ini, semestinya mereka bisa jadi penantang juara Premier League karena mereka kehilangan Oxlade-Chamberlain, Walcott, Bale, dan semua pemain mereka di musim lalu, plus semua pemain yang mereka miliki saat ini.
"Mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa di Southampton. Mereka layak mendapat banyak pujian. Semua orang menduga mereka akan kolaps (musim ini). Mereka kehilangan tulang punggung tim dan juga manajernya, tapi mereka bangkit dengan sangat baik," tutur Wenger, dikutip situs ESPNFC.
Koeman sendiri tidak lekas "geer". Ia tahu, apa yang dia lakukan belum seberapa. Musim masih panjang, pembuktian hasil kerjanya baru akan terlihat setelah beberapa bulan ke depan, bahkan sampai akhir musim.

"Ini start liga yang luar biasa, dan mungkin tidak ada yang menyangka. Tapi kami percaya pada ambisi dan semangat kami. Terkadang kita harus sedikit beruntung untuk bisa sampai ke posisi di klasemen saat ini, tapi itu tidaklah mudah. Kami harus terus berjuang setiap hari untuk mencapai hasil-hasil terbaik," ucapnya setelah Southampton mengalahkan Swansea 1-0 akhir pekan lalu.
"Di musim panas lalu saya sedikit kaget ketika kami harus membuat banyak perubahan di tim ini. Sewajarnya pula Anda butuh waktu untuk membangun sebuah tim yang kuat lagi.
"Tapi sejak awal tim ini bermain dengan organisasi, semangat, dan ambisi yang baik. Kami bermain dengan positif, dan saya pikir sangatlah penting untuk menjaga filosofi tim dan klub ini, dan sejauh ini semua berjalan sangat baik."
Kita tunggu saja sampai di mana Southampton nanti di akhir musim. Sementara itu, biarkanlah Koeman menikmati pengalaman pertamanya bekerja di tanah Inggris.
(a2s/roz)











































