Ada banyak cara suporter bisa meluapkan amarahnya di jalur yang tepat. Misalnya bagaimana suporter mengkritisi PT Liga Indonesia Baru, yang kerap membuat jadwal seenak udel.
Suporter bisa kecam PT LIB, atau jika perlu klub, yang kerap mempekerjakan pemain secara rodi. Jangan sampai malamnya membela Timnas Indonesia, dan langsung bermain membela klub esok sorenya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suporter juga layak mengkritisi jadwal Shopee Liga 1, yang tentu akan berdampak pada penampilan pemain di Timnas Indonesia. Masalah stamina dan daya tarung pemain, menjadi salah satu yang disorot pelatih anyar Shin Tae-yong.
PSSI terakhir berjanji akan berusaha membuat jadwal Shopee Liga 1 tak molor. Hal itu bisa dikritisi suporter, demi melihat utopia sepakbola yang profesional.
Dan kalau perlu, masalah tiket yang masih menjadi perdebatan bisa saja kalian kritisi. Jika kalian tak mau terus-terusan jadi sapi perah klub untuk membeli tiket, ya bisa saja protes kalian lakukan. Tepat sasaran, kan?
Terakhir, jika memungkinkan, para suporter bisa bergerak ke arah yang lebih positif. Aktivisme suporter harus banyak digalakkan agar peranan suporter kepada masyarakat lebih terasa.
Beberapa suporter di Bandung, Jakarta, Bali, mulai aktif bersuara untuk masalah lingkungan dan politik. Saling membuat simpul dan jejaring membantu masyarakat yang terpinggirkan, akan menjadi nilai plus bagi suporter, khususnya pribadi masing-masing.
Well, menjadi suporter bukan berarti bersikap bebas tanpa arah. Sekalipun memilih menjadi suporter anarki, tetap harus punya tujuan yang jelas.
Di Jerman, ada sistem kepemilikan 50+1 agar fans bisa turut membangun klub. Banyak pula sejumlah suporter membuat klub guna menyaingi klub idolanya, yang hingga kini klub-klub buatan suporter terus tumbuh untuk mengadang penetrasi kapital di sepakbola.
Tulisan di atas bukan semata-mata menggurui, cuma berharap suporter Liga 1 tak keblinger lagi, yang cuma tahu perkara menang kalah dan debat kusir soal tim idolanya. Ada banyak cara suporter bergerak dengan cara yang positif, yang lebih manusiawi.
Sebab jika bukan bergerak dari diri sendiri, kepada siapa kita berharap sepakbola bisa lebih baik? Federasi?
===
Penulis merupakan wartawan detikSport, biasa beredar di Twitter dengan akun @arifinyanu.
Baca juga: Kapten Persela Ingin Ulangi Kenangan Manis Saat Hadapi Persib
(yna/cas)