Terima Kasih Jojo dkk di Piala Thomas! Rindu Ini Terbayar Tuntas

Terima Kasih Jojo dkk di Piala Thomas! Rindu Ini Terbayar Tuntas

Femi Diah - Sepakbola
Senin, 18 Okt 2021 21:20 WIB
Players from Indonesia celebrates after winning the Thomas Cup mens team badminton tournament in Aarhus, Denmark, Sunday Oct. 17, 2021. (Claus Fisker/Ritzau Scanpix via AP)
Indonesia menjuarai Piala Thomas 2020, membalas tuntas kerinduan. (Foto: AP/Claus Fisker)

Ketidaktahuan Atas Kemampuan Jagoan Merah Putih dan Keteledoran

Sukses Jonatan Christie dkk di Piala Thomas di Aarhus, Denmark ternoda. Saat naik podium tertinggi, dikalungi medali emas, dan mengangkat trofi, serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, tidak ada bendera Merah-Putih yang dikibarkan. Yang ada bendera PBSI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu sebagai buntut sanksi Badan Anti Doping Dunia (WADA). Indonesia tak bisa memenuhi test doping plan (TDP) tahun 2020. Menpora beralasan target sampel doping tak bisa tercapai karena kegiatan olahraga terhenti saat pandemi Covid-19.

Indonesia juga belum memenuhi sampel TDP 2021. Pekan Olahraga Nasional (PON) yang menjadi salah satu bagian dari sampel tes doping baru bergulir awal Oktober.

ADVERTISEMENT

Dalam surat resmi pada 15 September 2021 itu WADA meminta Indonesia segera memberi bantahan atau klarifikasi. Tenggat waktu yang diberikan adalah 21 hari sejak surat pertama dilayangkan.

Namun, hingga batas waktu yang ditentukan kedaluwarsa tak ada balasan dari Indonesia. WADA pun mengirimkan surat ancaman sanksi untuk memberikan penjelasan terperinci.

Sebelumnya, Menpora Amali sempat menilai kasus itu sebagai kasus biasa saja. Tidak serius-serius amat katanya.

Menpora Zainudin Amali kemudian meralatnya. Dia juga meminta maaf kepada pemain dan masyarakat Indonesia.

Sejatinya, perkara itu menjadi amat serius sejak tim Merah Putih lolos semifinal. Dengan mencapai empat besar, seluruh pemain bakal naik podium dan di sanalah seharusnya bendera dikibarkan.

Indonesia's Anthony Sinisuka Ginting celebrates winning a mens single match in the Thomas Cup men's team final match between China and Indonesia, in Aarhus, Denmark, Sunday Oct. 17, 2021. (Claus Fisker/Ritzau Scanpix via AP)Anthony Sinsuka Ginting memenangi Piala Thomas 2020. Foto: AP/Claus Fisker

Soal kealpaan bendera ini bukan sekali saja terjadi. Setidaknya dalam tempo tiga tahun terakhir dan sama-sama terjadi di ajang dunia.

Ironi pertama itu terjadi saat Lalu Mohammad Zohri secara mengejutkan menjadi juara dunia junior lari 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Finlandia.

Momen itu menjadi pengalaman pertama Indonesia mengantarkan atletnya menjadi juara dunia atletik. Dan, terkesan tidak percaya kepada kemampuan si atlet, PB PASI tidak membawa bendera Merah Putih, yang biasa dikalungkan di bahu dalam selebrasi juara.

Dalam tayangan video perlombaan, yang kemudian menjadi viral, terlihat Zohri sempat mencari-cari bendera Indonesia hingga ada seorang wartawan menyerahkan bendera merah putih. Kemudian, diketahui bendera itu bendera putih merah milik Polandia.

Seharusnya, bagaimanapun, yakin atau tidak yakin dengan kemampuan si atlet, sudah semestinya bendera Merah Putih masuk dalam koper. Kalau toh tidak dikibarkan di tiang penghormatan, bendera Merah Putih bisa dimunculkan di tribune penonton. Itu bakal menjadi suntikan semangat berlipat ganda bagi mereka yang turun ke lapangan. Apalagi, mereka yang bertarung di negeri orang.

So, jangan lagi bendera Merah Putih tidak menjadi bekal. Jangan kalah dengan para pendaki gunung yang selalu menyelipkan bendera Merah Putih di dalam carrier yang rasanya tidak ringan itu. Para pendaki yang menjelajahi gunung tanpa meninggalkan negaranya.

Jangan lagi bendera Merah Putih alpa terpampang di negeri orang hanya karena keteledoran atau buah ketidakpercayaan. Yakin dan percayalah bahwa di dada mereka yang bertarung di gelanggang hanya ada satu keinginan. Menang. Membayar tuntas kerinduan.


(fem/cas)

Hide Ads