Dejan Lovren Mengisahkan Hidupnya sebagai Pengungsi

Dejan Lovren Mengisahkan Hidupnya sebagai Pengungsi

Randy Prasatya - Sepakbola
Kamis, 09 Feb 2017 13:09 WIB
Foto: LiverpoolFC.com
Liverpool - Pemain Liverpool Dejan Lovren berkisah mengenai sulit da pahitnya hidup sebagai pengungsi, lewat sebuah video dokumenter yang dirilis klubnya.

Nasib pengungsi dunia tak absen dari perhatian Liverpool. Bentuk kepedulian itu di antaranya terwujud lewat dirilisnya video dokumenter Dejan Lovren, pemain Liverpool yang pernah mengalami pahitnya nasib sebagai pengungsi.

Tanah kelahiran Lovren, Bosnia-Herzegovina --sebelumnya jadi bagian Yugoslavia-- diselimuti perang antar etnis pada Maret 1992 sampai November 1995. Tak ada rasa aman di sana karena pasukan bersenjata Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia saling melepas tembakan dan bom. Sebanyak 104.732 nyawa terenggut, termasuk 36.700 warga sipil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu membuat pemain bertahan Liverpool kelahiran Zenica, Bosnia-Herzegovina, 5 Juli 1989, tersebut tak punya banyak kenangan indah semasa kecil. Yang ada hanyalah rasa takut untuk mencari tempat pengungsian.

Dejan Lovren Mengisahkan Hidupnya sebagai Pengungsi

"Saya berharap bisa menceritakan semuanya yang terjadi. Anda mendengar begitu banyak cerita, tapi tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya," ujar Lovren dalam film dokumenter bertajuk 'Lovren: My Life as a Refugee', yang dimuat oleh situs resmi Liverpool.

"Segalanya berubah di malam hari, orang-orang berperang melawan tiga etnis yang berbeda, kami hanya mendengar banyak cerita di radio dan televisi. Saya ingat ketika sirene berbunyi. Saya sangat takut karena saya pikir 'bom' atau sesuatu akan segera terjadi.

"Saya ingat ibu saya membawa kami pergi ke ruang bawah tanah. Saya tidak tahu berapa lama kami duduk di sana. Saya kira itu selama sirene berbunyi. Setelah itu saya ingat ibu, paman saya, istri paman saya, kami mengambil mobil, dan kemudian kami menuju Jerman," beber bek 27 tahun itu.

Apa yang pernah dirasakan Lovren tersebut saat ini juga sedang dirasakan oleh para pengungsi di seantero dunia, seiring dengan bergejolaknya sejumlah kawasan.

"Ketika saya melihat apa yang terjadi hari ini [dengan pengungsi], saya ingat hal-hal tentang saya, keluarga saya dan bagaimana orang tidak ingin saya di negara mereka," ujar Lovren.

"Saya mengerti bahwa orang ingin melindungi diri mereka sendiri, tapi orang-orang yang tak memiliki tempat tinggal itu bukan kesalahan mereka. Mereka berjuang untuk hidup mereka dan untuk menyelamatkan anak-anak mereka. Mereka ingin tempat yang aman untuk anak-anak dan masa depan mereka.

"Saya sudah pernah mengalami semua ini dan saya tahu apa yang akan beberapa keluarga lalui. Beri mereka kesempatan, beri mereka kesempatan. Anda bisa melihat siapa orang baik dan siapa yang bukan," tegasnya.


(krs/din)

Hide Ads