Kasihan Mantan Pemain MU Ini, Dulu Sering Dihina Gigi Tonggos

Kasihan Mantan Pemain MU Ini, Dulu Sering Dihina Gigi Tonggos

Kris Fathoni W - Sepakbola
Kamis, 14 Mei 2020 14:15 WIB
4 Aug 2001:  Luke Chadwick of Manchester United in action during the Pre-season friendly match against Wrexham played at the Racecourse Ground in Wrexham, Wales.  The match ended n a 2 -  2 draw.  Mandatory Credit: Shaun Botterill /Allsport
Luke Chadwick, mantan pemain Manchester United yang dulu sering dihina gigi tonggos. (Foto: Getty Images/Shaun Botterill)
Jakarta -

Luke Chadwick adalah seorang mantan pemain di era jayanya Manchester United. Juara Premier League pun pernah. Tapi perkara gigi bikin dirinya dulu suka kena bully.

Pesepakbola lazim dapat sorotan publik, apalagi jika membela klub macam Manchester United. Malang buat Luke Chadwick, sorotan ke arahnya tak semata ke penampilan di lapangan tapi justru banyak soal penampilan fisik.

"Mereka mencaciku karena tampangku. Itu berat. Itu membuatku merasa sangat rendah diri," katanya dalam wawancara dengan SportBible.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku ingat orang-orang mengatakan aku jelek dan gigiku tonggos. Rasanya semua orang seperti sedang menertawakanmu. Itu bukan sekadar kelakar ringan biasa. Aku merasa orang-orang cuma membahas soal (gigi) itu saja."

ADVERTISEMENT
Luke Chadwick di laga Manchester United pada 8 Sep 2001 (Foto:Gary M Prior /Allsport)Luke Chadwick di laga Manchester United pada 8 Sep 2001 (Foto:Gary M Prior /Allsport)

Chadwick bermain untuk Man United era Sir Alex Ferguson, tepatnya di periode 1999-2004. Ia merupakan alumnus akademi The Red Devils yang berposisi sebagai gelandang.

Di tengah persaingan berebut tempat, apalagi lini tengah Setan Merah saat itu tak kekurangan pemain top, Chadwick pun banyak dipinjamkan ke klub lain. Tapi ia tetap layak dapat medali juara Premier League 2000/2001 usai tampil 16 kali musim itu.

Di sisi lain, cibiran fisik yang senantiasa diterima tetap bikin Luke Chadwick tidak pede. Terlebih ia mengaku acapkali jadi sasaran lelucon di acara komedi BBC, 'They Think It's All Over'. Guyonan fisik di luar lapangan sepakbola itulah yang berat.

"Aku ingat menantikan acara ini hari Jumat malam dan akan bergumam ke diri sendiri, 'Tolong jangan bicarakan hal-hal yang lain lagi.' Aku cuma ingin itu menghilang tapi setiap acara itu tayang, mereka pasti akan mengungkit-ungkit tampangku bagaimana pun caranya."

3 Sep 1999:  Luke Chadwick of England lines up prior to the England v Luxembourg European 2000 Under-21 Qualifying match at the Madejski Stadium, Reading, England. The match finished in a 5-0 win for England.  Mandatory Credit: Jamie McDonald /AllsportLuke Chadwick di laga timnas Inggris U-21 pada 3 Sep 1999. (Foto: Getty Images/Jamie McDonald)

"Kelihatannya memang komedi ringan, tapi setelah itu orang akan benar-benar memikirkan parasku. Aku kena cela di lapangan sepakbola dan aku masih bisa menerima hal itu karena bisa terjadi ke siapa saja, tapi yang paling mempengaruhiku adalah hal di luar lapangan," tutur Chadwick.

Chadwick, kini 39 tahun, mengaku menikmati masa-masanya semasa membela Manchester United sekalipun terus disorot. Bukan cuma tak menyimpan dendam ke pihak yang dulu suka mengkritiknya, ia malah menyebut ada sisi positif di balik hinaan ke fisiknya.

"Itu memainkan peran besar dalam hal bagaimana aku menilai diriku sendiri sebagai pemain. Aku percaya jika aku terlihat biasa-biasa saja, aku takkan diingat karena tampangku tidak berbeda dengan yang lainnya," kata pria yang juga pernah membela timnas Inggris U-18 dan U-21 itu.

"Memang aku saat itu jadi jarang pergi keluar. Aku penuh rasa cemas. Aku malu. Situasinya tidak mudah untuk dibicarakan ke orang lain. Aku juga orang yang pendiam, jarang bicara. Aku biasa cuma latihan, pulang, dan berdiam di dalam rumah. Saat usiaku bertambah, aku jadi lebih berani dan akan membalas lelucon yang diarahkan kepadaku, tapi aku masih tetap pendiam dan pemalu."




(krs/cas)

Hide Ads