Rusia Mau Gelar Piala Dunia Tandingan? Diikuti Tim yang Gagal Lolos

Rusia Mau Gelar Piala Dunia Tandingan? Diikuti Tim yang Gagal Lolos

Bayu Baskoro - Sepakbola
Sabtu, 22 Nov 2025 11:00 WIB
Rusia tampilkan permainan gemilang saat melawan Mesir, Rabu (20/06/2018). Kemenangan itu membawa suporter Rusia merayakannya secara meriah di setiap sudut kota.
Fans Rusia saat Piala Dunia 2018. (Foto: Dok)
Jakarta -

Rusia kabarnya mau menggelar Piala Dunia tandingan. Negeri Beruang Merah mau mengundang negara-negara yang gagal lolos ke Piala Dunia 2026 untuk berpartisipasi.

Rusia telah dilarang bermain di semua kompetisi FIFA dan UEFA sejak Februari 2022. Sanksi ini menyusul invasi militer Rusia ke Ukraina.

Akibatnya sanksi tersebut, Rusia hanya bisa bermain di laga-laga uji coba melawa tim-tim di luar Eropa. Pasukan Valery Karpin sudah bermain 21 pertandingan persahabatan tanpa kekalahan melawan tim-tim dari Amerika Latin, Afrika, dan Asia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menukil World Soccer Talk, Persatuan Sepakbola Rusia (RFU) kabarnya menyodorkan konsep provokatif. RFU ingin menggelar turnamen internasional paralel yang akan diselenggarakan di Rusia selama Piala Dunia 2026.

ADVERTISEMENT

Turnamen ini hanya mengikutsertakan tim-tim nasional yang gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Turnamen Piala Dunia tandingan ini bakal diisi 8-12 tim dan bermain di 4 stadion yang pernah digunakan pada Piala Dunia 2018 ketika Rusia jadi tuan rumah.

Meskipun rencana ini masih belum resmi dan dikonfirmasi RFU, tapi spekulasi telah beredar di media sosial. Beberapa tim yang disebutkan masuk daftar calon kontestan yakni Serbia, Yunani, Chile, Peru, Venezuela, Nigeria, Kamerun, China, dan Armenia.

Gagasan utama turnamen tandingan Piala Dunia ini sebagian bersifat olahraga dan sebagian lagi simbolis. Turnamen ini bakal membantu Rusia mempertahankan visibilitasnya di panggung global, serta menunjukkan kemampuan mereka menggelar event kelas dunia.

Meski demikian, Piala Dunia tandingan yang digagas Rusia bisa memicu konflik dengan FIFA. Legitimasi turnamen ini pun dipertanyakan, sehingga belum ada jaminan negara-negara yang diundang akan bersedia berpartisipasi.




(bay/yna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads