Mengalahkan Lelah, Mengalahkan Becek, Mengalahkan Diri Sendiri

Mengalahkan Lelah, Mengalahkan Becek, Mengalahkan Diri Sendiri

- Sepakbola
Selasa, 24 Mar 2015 14:58 WIB
Semarang -

Bertanding di atas lapangan sepakbola bukan cuma urusan mengalahkan lawan saja. Bertanding di atas lapangan terkadang juga berarti mengalahkan lelah, kondisi lapangan yang tidak selamanya mulus, dan juga mengalahkan diri sendiri.

Tak terkecuali di ajang CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015. Setelah dihelat di beberapa kota, pada Sabtu-Minggu (21-22 Maret) lalu, ajang pencarian bakat untuk level junior dari usia 16-17 tahun tersebut berlangsung di Semarang, Jawa Tengah.

Selama dua hari, tim-tim tersebut bertanding 2x30 menit dalam format knock-out. Jika skor imbang dalam waktu 2x30 menit, laga akan langsung dilanjutkan ke adu penalti. Nantinya akan ada juara, runner-up, dan tim penempat posisi tiga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski bukan bertanding di waktu normal layaknya sepakbola level senior, tetap saja ada kesulitan-kesulitan tersendiri di hadapi pemain-pemain setiap tim. Salah satunya adalah menyoal cuaca yang lumayan gerah dan kondisi lapangan yang tidak mulus.

Pada Jumat malam, misalnya, Semarang diguyur hujan yang cukup deras. Ini membuat lapangan Stadion Citarum, tempat turnamen diadakan, menjadi becek di beberapa bagian. Alhasil, baju kotor dan sepatu penuh tanah pun jadi pemandangan yang wajar selama perhelatan pada hari Sabtu.



Toh, yang namanya bertanding sepakbola, baju kotor dan sepatu penuh tanah adalah hal yang biasa. Yang menyulitkan paling-paling hanya ketika para pemain berusaha mengoper bola.

Contohnya pada laga antara SSB Puslat Jepara vs SSB Gama Semarang. Beberapa kali peluang yang didapat di depan gawang harus sirna lantaran bola tidak bergulir dengan sempurna di area depan gawang --yang kebetulan amat becek.

Namun, para pemain tidak kehabisan akal. Melepas operan panjang ke depan pun jadi opsi untuk mengakali lapangan yang tidak terlalu mulus.

Di luar itu, cuaca yang cukup terik dan gerah pada siang hari --meski semalam sebelumnya hujan-- juga menjadi tantangan. Tidak jarang, tiap kali meniup peluit tanda terjadinya pelanggaran, para pemain menghampiri garis tepi lapangan untuk mengambil minum. Pada saat yang sama, setiap pelatih biasanya memanfaatkan kesempatan dengan memberikan instruksi.



Di tengah cuaca yang panas dan terik seperti itulah para pemain juga harus menjaga fokusnya. Tidak jarang mereka saling mengingatkan antar-rekan agar tidak kehilangan fokus. Beberapa tim malah dengan sadar mengingatkan rekan sendiri untuk menjaga positioning masing-masing.

"Ayo! Ayo! Lihat bola! Lihat bola!" seru kiper SSB HRD Salatiga ketika hendak melakukan tendangan gawang. Dia mengingatkan rekan-rekannya supaya tidak memunggungi dirinya agar tahu ke mana arah bola datang.

Bagaimana dengan intensitas pertandingan? Jangan ditanya. Setidaknya ada dua laga pada hari Sabtu kemarin harus diakhiri dengan adu penalti dan pada kedua laga tersebut, lahir masing-masing satu kartu merah.



Wasit pada ajang CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015 memang tidak memberikan toleransi untuk pelanggaran keras. Satu pelanggaran keras akan membuat pemain langsung diberikan kartu kuning.

Kedua kartu merah yang disebutkan di atas lahir lantaran si pemain mendapatkan dua kali kartu kuning. Salah satunya didapat pemain dari SSB HRD Salatiga yang dilatih oleh eks penyerang PSIS Semarang, Tugiyo.

Dari pinggir lapangan, Tugiyo tidak henti-hentinya mengingatkan para pemain bertahan timnya untuk sabar. Di sinilah si pemain diminta untuk berjuang mengalahkan emosi sendiri. Mengalahkan diri sendiri.

"Jaga terus saja, sabar, jangan langsung diambil," serunya.

Ketika akhirnya ada satu anak asuhnya yang langsung mengganjal pemain lawan --dan berbuah kartu kuning kedua-- Tugiyo hanya bisa menepuk pundak si anak. "Sudah, sudah, tidak apa."

(roz/a2s)

Hide Ads