"Ada konspirasi besar untuk menggagalkan Kongres," kata juru bicara KMPSK, Muchlis, saat menggelar keterangan pers kepada wartawan di lobi Hotel Grand Victoria, Jl Letjend S Parman, Samarinda, Minggu (22/5/2011) siang WITA.
Kongres PSSI yang tak menghasilkna apa-apa mengundang penyesalan mendalam sekaligus kecaman kalangan pemerhati sepakbola di Kalimantan Timur. Terlebih lagi, salah seorang pemilik suara kongres asal Kaltim yang tergabung dalam Kelompok 78 mengatasnamakan Kaltim dalam Kongres tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menginginkan perubahan sepakbola nasional, termasuk juga untuk Kaltim. Kami akan melawan kalau tetap saja ada pihak-pihak yang tidak menginginkan perubahan," lanjutnya lagi
"Sangat menyesalkan dari Kelompok 78 (K-78). Apa gunanya pembinaan sepakbola di daerah, di Kaltim, kalau diberi sanksi FIFA."
"Itu (Kelompok 78) melakukan pemaksaan kehendak. Sampai kapan pun, Indonesia harus percaya FIFA yang telah membentuk KN dan menunjuk Agum Gumelar untuk menormalisasi PSSI," tambahnya.
K-78 Siap Dituntut
Pada kesempatan yang sama, pemerhati sepakbola Kaltim lainnya, Khairul Usman, menegaskan apabila FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia sehingga mematikan industri sepakbola nasional, pemerhati sepakbola Kaltim akan menggugat Kelompok 78 mempertanggungjawabkan pemaksaan kehendak yang dilakukannya.
"Kalau FIFA beri sanksi, kami akan tuntut Kelompok 78 untuk bertanggungjawab apa yang telah mereka perbuat," sebut Khairul.
"Kita akan berkoordinasi dengan Adhyaksa Dault, menyusun gugatan itu. Kita bergabung dengan daerah lain untuk menggugat Kelompok 78," terang Khairul.
Untunk mematangkan rencana gugatan itu, Senin (23/5/2011) besok, KMPSK akan bertolak ke Jakarta, menemui Adhyaksa Dault, membulatkan tekad agar Indonesia terbebas dari sanksi FIFA.
"FIFA butuh garansi apakah pemilik suara PSSI bisa mengikuti aturan FIFA dan mempersilakan KN menggelar Kongres," tegas Khairul.
"Kalau KN yang dipimpin Agum Gumelar tidak bisa memberi garansi ke FIFA agar tidak jatuh sanksi, sepakbola Indonesia akan tamat. Itu harus kita cegah dan Agum Gumelar kami dukung untuk terus maju menormalisasi PSSI," tutup Khairul.
(roz/mrp)