Seleksi menjadi jalan yang harus ditempuh pesepakbola muda untuk menunjukkan kepantasannya bermain di level tertentu. Mantan striker timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, punya tips buat para pemain muda cara tampil maksimal dalam sebuah seleksi.
"Saya selalu mengingat satu kalimat dari pelatih saya menjelang seleksi, 'seleksi itu bukan ujian. Jika dianggap ujian, itu akan membebani dan saat terbebani kita malah tak akan bisa menunjukkan kemampuan dengan maksimal. Semua harus dilakukan dengan rileks'," kata Kurniawan di sela-sela tugas sebagai pemandu bakat Clear Ayo! Indonesia Bisa Academy.
"Kalaupun gagal harus berani mengulang. Ingat saja kalau seleksi ini adalah sebuah pertunjukkan hasil latihan. Bukan hanya teknik tapi juga karakter."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prinsipnya, anggap saja latihan itu harus lebih capai, lebih mati-matian," imbuh dia.
Kurniawan punya banyak pengalaman soal seleksi-seleksi yang sudah dia lakukan sejak masih bocah. Dari level akademi, klub sampai tim nasional sudah dia lakukan. Termasuk di luar negeri.
Kurniawan punya pengalaman unik karena memulai karier level senior dari Eropa. Dia bergabung dengan FC Luzern yang bermain di Liga Swiss. Tempat di Luzern tak didapatkan dengan tiba-tiba. Dia sudah terbiasa mengikuti rangkaian seleksi di antara pemain se-Indonesia sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
"Saya sudah mengikuti seleksi sejak kelas 3 SMP di Magelang. Waktu itu untuk masuk diklat Salatiga. Setelah lulus SMP saya lolos ke SMA Ragunan. Dari SMA Ragunan ada seleksi untuk pemilihan pemain ke Primavera. Dari puluhan pemain, saya lolos dan menjalani pelatnas di Italia."
"Di level junior selesai, saya naik kelas ke senior. seleksi pertama di tahun 1995. Kala itu, untuk menembus ke FC Luzern di Swiss. Saya juga lolos," kisahnya.
(fem/din)