Setahun Pembekuan PSSI, Menpora Dinilai Kebingungan

Setahun Pembekuan PSSI, Menpora Dinilai Kebingungan

Andi Abdullah Sururi - Sepakbola
Rabu, 06 Apr 2016 08:29 WIB
detikSport/Rengga Sancaya
Jakarta -

Hampir satu tahun sejak PSSI dibekukan oleh negara, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dianggap kebingungan dalam mengambil langkah kongkret untuk membenahi tata kelola sepakbola di tanah air.

Demikian dikatakan pengamat komunikasi politik dari lembaga survei Kelompok Diskusi Kajian Opini Indonesia (kedaiKOPI), Hendri Satrio, menyoal belum adanya tanda-tanda kapan federasi sepakbola Indonesia kembali eksis dan diakui oleh FIFA. Faktanya, sejak Imam membekukan PSSI pada 17 April 2015, dan kemudian FIFA menjatuhkan skorsing pada PSSI sebulan kemudian, hingga kini permasalahan tersebut tak kunjung tersolusikan.

"Kemenpora melakukan kebijakan tepat dengan membekukan PSSI, tapi setelah itu tampak kebingungan dengan program lanjutan yang harus dilakukan. Akibatnya, tidak ada program berkesinambungan yang dikerjakan," ujar Hendri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tim Transisi yang dibentuk Menpora bekerja dengan sangat buruk dan tidak menghasilkan implementasi apapun untuk perbaikan sepakbola di Indonesia. Bahkan hingga saat ini belum ada kepastian kapan pembekuan FIFA akan berakhir," tambahnya.

Diterangkan Hendri, dari tiga polling yang pernah dilakukan kedaiKOPI mengenai sepakbola (dan kinerja Kemenpora), hanya satu yang mendapat respons positif dari masyarakat, yaitu saat Imam membekukan PSSI. Namun, pada dua polling terkait isu reshuffle kabinet Joko Widodo, pada tengah dan akhir 2015, nama Imam selalu masuk dalam daftar menteri yang mendapat kinerja tak cukup baik dari publik.

"Analisis kami, dua polling yang terakhir mengisyaratkan bahwa rapor menpora amat dipengaruhi dari kinerjanya dalam mengurusi sepakbola, yang mana sampai saat ini memang belum jelas. Reputasi Imam naik ketika berani melawan PSSI, tapi turun juga karena urusan ini, yang mana setelah itu tak melakukan apa-apa. Masyarakat mulai lelah menanti kepastian itu," papar Hendri.

Imam sendiri mengakui lemahnya Tim Transisi. Namun begitu ia tetap optimistis tata kelola sepakbola yang lebih baik akan segera terwujud, yang dimulai dengan akan segera bergulirnya kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) -- yang dikelola oleh PT Gelora Trisula Semesta, alias bukan Tim Transisi. Hanya saja ia belum memberi isyarat kapan akan mencabut SK pembekuan PSSI, sekalipun sudah ada putusan kasasi dari Mahkamah Agung (MA) mengenai hal itu.

(Baca juga: Imam Nahrawi: Kompetisi Akan Digelar, Pencabutan Pembekuan Nanti Dulu)

Menurut Hendri, jika Imam tak segera mewujudkan wacana "tata kelola sepakbola" yang sejak awal ia dengung-dengungkan, ia takkan terkejut kalau setiap kali muncul isu reshuffle, politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu akan selalu masuk bursa.

"Satu tahun dibekukannya PSSI sepertinya hanya berdampak pada makin mudahnya Presiden Jokowi menentukan siapa menteri yang akan di-reshuffle, bila memang Presiden memutuskan akan kembali merombak kabinetnya," ujar dia.

"Sebagai presiden yang sangat dekat dengan rakyatnya, wajar bila dicitrakan presiden kecewa dengan perkembangan sepakbola yang merupakan olahraga rakyat terbesar di Indonesia."

Selama disanksi FIFA, sepakbola Indonesia dikucilkan dari pentas internasional. Jika sanksi tersebut tak kunjung dicabut, bukan tidak mungkin Indonesia juga akan absen pada turnamen Piala AFF bulan November-Desember mendatang di Myanmar dan Filipina.

(Baca juga: Begini Rancangan Kompetisi dari Tim Transisi)

(a2s/mfi)

Hide Ads