Moeldoko jadi salah satu bakal calon (balon) kandidat Ketum PSSI periode 2016-2020. Dia telah dinyatakan lolos oleh Komite Pemilihan bersama delapan balon lainnya dari total 18 calon yang mendaftarkan diri.
Moeldoko menilai PSSI memiliki masalah di dalam tubuh organisasinya yang perlu diperbaiki. Dia ingin menjadi sosok pemimpin yang bisa mengayomi seluruh pihak sehingga tak ada lagi kelompok-kelompok tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu siapapun yang menjadi Ketua Umum PSSI menurut saya dari konteks leadership, seorang pemimpin harus bisa mengayomi dengan sungguh-sungguh, tidak ada lagi kelompok-kelompok dan mengungkit kesalahan masa lalu."
Dengan leadership yang kuat, pria 59 tahun itu menilai tidak ada perpecahan yang mudah terjadi di organisasinya.
"Kalau ada kelompok mayoritas dan minoritas, wah kapan selesainya. Seorang pemimpin harus bisa mengayomi seluruhnya, menyejukkan semuanya."
Tak hanya itu, Moeldoko juga ingin membangun hubungan lebih baik dengan pemerintah. Sebab selama ini PSSI dianggap anti dengan pemerintah karena akan dianggap intervensi.
"PSSI dan pemerintah harus ada strategyst partnership antar keduanya karena dari situlah awal dari sebuah prestasi dimulai."
"Kedua, perlu dibenahi pula coorporate culture, karena saat saya jadi panglima TNI, coorporate culture kepada prajurit bisa saya benahi. Saya akan bisa benahi dengan baik coorporate culture yang ada di PSSI," ucapnya.
Moeldoko juga memandang selama ini PSSI selalu dijadikan alat politik dan itu tidak boleh terjadi di organisasi yang kelak akan dipimpinnya.
"Karena itu haram hukumnya. Hal itu pasti akan memunculkan masalah baru, itu menurut saya yg harus dibenahi. Saya ingin mengelola PSSI ingin menjadi organisasi yang terbaik di Indonesia dan Asia kalau perlu."
(ads/roz)