Tim nasional Indonesia U-22 menelan kekalahan telak 0-3 saat berhadapan dengan Malaysia pada pertandingan pertama Kualifikasi Piala Asia U-23 di Bangkok, Thailand, Rabu (19/7/2017).
Semua gol yang bersarang ke gawang Garuda Muda yang dikawal oleh Satria Tama terjadi di babak pertama. Di National Stadium, Syafiq Ahmad, Jafri Firdaus, dan Nadarajah Thanabalan,bergantian membobol gawang Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil tersebut memperpanjang catatan buruk timnas U-22 selama di bawah arahan Milla. Dari empat laga yang dilakoni, Indonesia cuma menang satu kali, seri satu kali, dan kalah dua kali.
Bagi Ricky Nelson, hasil buruk timnas U-22 tak lepas dari kesalahan dari akar rumput. Dia menilai seharusnya Indonesia jangan bermimpi tinggi terlebih dahulu sebelum ada kesamaan konsep bermain Milla dengan klub-klub.
"Target kita ini ketinggian. Harusnya ada yang dibuat dulu (kurikulum). Ini masa cuma enam bulan mau langsung aja, ya tidak akan bisa," kata Ricky kepada detikSport.
"Malaysia itu jangan dipikir liganya lagi jelek, tapi mereka itu punya diklat yang sudah jalan dari enam tahun lalu. Setiap kota, seperti Selangor dan Kuala Lumpur itu punya diklat masing-masing. Sehingga pemain selain main didiklat, mereka juga main di liga."
"Ketika dipanggil ke timnas mereka sudah siap, tidak butuh waktu lama persiapan. Skema mainnya juga sudah disesuaikan. Kalau Luis Milla ini 'kan masih cari-cari. Ini pemain kita kalau udah balik ke klub juga mainnya beda lagi," pelatih sementara Pusamania Borneo FC itu menambahkan.
Selain masalah keseragaman konsep bermain, Ricky juga menegaskan bahwa infrastruktur menjadi penting untuk memudahkan kerja pelatih seperti Milla.
"Milla juga pernah bilang, kan, tidak akan pernah bisa kalau lapangan bergelombang. Di sini lapangan latihan dan pertandingan yang mereka pakai berbeda. Kalo di luar sana 'kan, sama. Lapangan bagus dan rata."
"Sebelumnya yang saya tahu Milla juga pernah bilang, kalau pemain sebetulnya harus dibina di klub. Tapi, selama ini timnas dan klub sering tidak sejalan dalam permainan, makannya diperlukan TC jangka panjang. Jadi kurikulum harus segera disesuaikan," kata pelatih yang mengantarkan PBFC finis kedua di ajang Piala Presiden.
(cas/fem)