"Kamu yang tenang di sana, Ri. Kami semua mendoakan yang terbaik di sana. Kamu tak sendirian di sana. Banyak doa yang mengalir untuk kamu."
Doa itu terlontar dari mulut sang kakak, Mayrisa Sirawati, untuk adik semata wayangnya, Haringga Sirila.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut penuturan May, sapaan Mayrisa Sirawati, Haringga sempat meminta izin untuk pergi ke Bandung, tapi untuk main ke rumah temannya. Awalnya, dia sempat menolak untuk memberi izin tapi Hari terus membujuk dia. May pun luluh hingga mengizinkan.
"Dia tidak ada bilang mau nonton bola. Akhirnya Minggu pagi, saya mengirim pesan kepada dia. 'Hari kamu jadi ke Bandung, sudah jalan belum? dia jawab, 'Sudah Kak, lagi di jalan'. Saat itu saya cuma memberi pesan hati-hati. Tahu-tahu malamnya saya dapat kabar dari papah dan disuruh ke rumah, melihat mamah nangis, orang ramai kumpul. Saya tanya ada apa? Ternyata Hari sudah tidak ada," Mayrisa bercerita.
Tak ada di pikiran May bahwa adiknya bakal menjadi korban pengeroyokan. Apalagi sebelumnya fiirasat yang datang justru soal orang tuanya. Pada Minggu siang ibunya yang malah sempat meminta maaf kepadanya.
"Saya tidak ada perasaan apa-apa ke adik, tapi ke ibu. Ibu datang ke rumah hari Minggu kemudian minta maaf takut tidak ada umur. Nah, saat saya pulang ke rumah saya pikir ibu saya, ternyata Hari," tuturnya.
May begitu kehilangan. Di mata May, adiknya merupakan sosok yang menyenangkan dan doyan tersenyum. Maka tak heran kesan itu lah yang sering tersirat di pikiran May sampai sekarang.
"Dia orangnya tidak gampang marah, sering bercanda. Dia juga paling dekat dengan saya karena kalau ada apa-apa pasti ngomong ke saya. Dia tidak berani bicara kepada mamah langsung. Karena kalau saya yang ngomong pasti saya akan bela dia," katanya.
"Seperti contoh saat handphone Hari hilang dan dia tidak berani bilang ke mamah. Akhirnya saya yang bilang, tetap mamah marah, cuma saya bilang kalau HP hilang mau diapain. Nah, dia mungkin merasa dari kata itu dia terlindungi," lanjutnya dengan nada getir teringat adik semata wayangnya.
Hari Tak Pernah Absen Nonton Persija
Fanatisme Hari soal sepakbola secara khusus Persija Jakarta sudah diketahui oleh keluarganya. Namun, Hari bukan lah sosok yang menyusahkan. Dia hampir tak pernah meminta uang untuk menonton bola.
"Persija main di mana pun, dia (Hari) pasti usahakan datang. Selalu begitu. Dia tidak pernah merepotkan orang tua. Dia pakai uang sendiri karena dia bekerja sebagai mekanik di bengkel suami saya," ujar May.
Keluargan selalu melarang Hari untuk menonton Persija secara langsung. Mereka menyadari menonton di stadion risikonya lebih besar.
"Selalu dibilangin begitu. Apalagi mamah selalu melarang. 'Ngapain nonton langsung kan di televisi ada. Takutnya kita tidak tahu situasinya seperti apa. Tapi dia selalu bilang Hari sudah besar. Pokoknya dia selalu berusaha untuk nonton," kata dia.
Meski Hari merupakan fans berat Persija, kesukaannya tidak ditunjukkan di rumahnya. detikSport, yang berkesempatan ke rumahnya, dan melihat kamarnya, tidak ada tampak poster, syal, maupun barang yang berkaitan dengan Macan Kemayoran. Kamar tersebut juga hanya beralaskan kasur tipis yang di bagian sisi kiri dan kanannya terdapat kabinet, tempat penyimpanan baju.
"Memang tidak ada kalau di kamarnya. Dia tidak pasang poster apa dan lainnya," kata May saat menunjukkan dimana hari biasa beristirahat.
Jangan Ada Korban Lagi
May pun berharap adiknya menjadi korban terakhir dari rivalitas buta di sepakbola Indonesia. Ia juga berpesan agar ada solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah suporter Indonesia.
"Semoga dengan berhentinya kompetisi bukan hanya menjadi solusi tapi harus dipikirkan bersama bagaimana supaya tidak terjadi kejadian seperti ini dan benar-benar yang terkahir. Karena yang kali ini kejadiannya benar-benar brutal sekali menurut saya dibandingkan sebelumnya," harapnya.
"Mohon jika ada pertandingan itu ditingkatkan lagi keamanannya. Jangan hanya berada di sekitar dalam tapi di luar tidak ada keamanan. Karena setahu saya ada saksi yang katanya tidak ada pengamanan di luar stadion," dia mengimbau.
(mcy/fem)