Simon McMenemy Tak Selevel Milla, tapi Punya Nilai Plus

Simon McMenemy Tak Selevel Milla, tapi Punya Nilai Plus

Mercy Raya - Sepakbola
Jumat, 21 Des 2018 19:00 WIB
Foto: Randy Prasatya/detikSport
Jakarta - Pemerhati olahraga, Tommy Apriantono, menilai level Simon McMenemy tak sebanding dengan Luis Milla. Tapi, Simon memiliki modal plus dengan mengenal kateristik sepakbola Indonesia.

PSSI menunjuk Simon untuk menukangi Timnas senior sampai Piala AFF 2020. Federasi sepakbola tertinggi di Indonesia ini mengumumkan namanya pada Kamis (20/12/2018).

Pelatih berkebangsaan Skotlandia itu dipilih karena melihat rekam jejaknya di beberapa klub Indonesia cukup baik seperti di Mitra Kukar, Pelita Bandung Raya, dan terakhir Bhayangkara FC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Malah bersama The Guardian, Simon sukses mengantarkan timnya menjuarai Liga 1 2017 dan peringkat ketiga di musim berikutnya, cukup menjadi modal pelatih asal Skotlandia untuk mengenal para pemainnya.


"Ya kalau sekarang lihat pengalamannya karena sudah lama (di Indonesia), harusnya dia lebih memahami karakter pemain di Indonesia. Dia tahu persis karena dia sering bertanding, jadi kalau untuk pemain senior ya bagus-bagus saja menurut saya," kata Tommy kepada detikSport, Jumat (21/12/2018).

"Dan harusnya tidak masalah karena dia sudah paham karakteristik sepakbola Indonesia walaupun dia tidak selevel Luis Milla kemampuannya," dia menambahkan.

Gaya permainan Luis Milla memang tak bisa hilang begitu saja. Meski tak lagi menjadi pelatih Timnas, Luis Milla, nyata-nyata masih berperan dalam pembentukan Timnas Indonesia ke Piala AFF November lalu. Hal itu diakui langsung oleh pelatih pengganti, Bima Sakti, saat itu.

Tommy pun berharap Simon cepat memiliki karakternya sendiri. Sebab, apa yang diterapkan di timnas senior biasanya menjadi acuan untuk pemain pelapis di bawahnya.



"Memang kemarin harusnya Luis Milla belum tuntas. Paling bagus dia mempersiapkan yang U- 23 dan U-19 dalam satu sistem sehingga kiblat sepakbola Indonesia itu ke Spanyol. Tapi sekarang kiblatnya Skotlandia, dan Indonesia sejatinya saat ini belum ada pakem sehingga siapapun pelatihnya tidak masalah. Masalahnya bisa saja jadi tidak berprestasi karena setiap tahun itu pelatihnya ganti. Karena ganti pelatih jadi ganti sistem," ujar dia.

Untuk itu, saran ketua Asprov PSSI Jawa Barat ini, hal yang paling penting sejatinya bukan pada sosok pelatihnya tapi bagaimana program PSSI untuk mendukung latihan timnas itu sendiri. Terutama soal kemampuan finansial dalam membiayai pelatih.

"Sebetulnya Milla itu bagus cuma terkendala anggaran. Nah, makanya jika ingin kontrak pelatih dengan harga Rp 3 miliar beserta asisten pelatihnya bisa Rp 5 miliar, harusnya PSSI sudah menyiapkan anggaran itu Rp 120 miliar. Bisa dari liga, FIFa, pemerintah, itu diakumulasikan. Jadi kalau sekarang dikontrak putus ditengah jalan bukan karena prestasi tapi finansial. Walau Milla sendiri belum menunjukkan prestasi karena memang butuh waktu," ujar dia.

Hal lainnya soal kesiapan sumber daya pemain yang harus mulai disiapkan sejak sekarang. Terlebih PSSI sebelumnya menargetkan Olimpiade 2024.

"Jadi anak-anak U-16 yang kemarin harus sudah disiapkan. Mereka diwajibkan masuk klub profesional di liga 1 dan 2 minimal satu orang. Itu harus dipaksa. Kan PSSI maunya 2024 tampil di olimpiade. Jadi disiapkan sekarang untuk 6 tahun mendatang dan memang harus jangka panjang tak bisa instan," dia menegaskan.

(mcy/fem)

Hide Ads