Satgas Anti Mafia Bola menangkap dua pengurus PSSI, anggota komite eksekutif (exco) Johar Lin Eng dan anggota Komisi Disiplin (komdis) Dwi Irianto alias Mbah Putih. Mereka diduga berperan dalam mengatur wasit yang bertugas di pertandingan-pertandingan Liga 3.
Selain itu, kepolisian juga menciduk dua sosok lain, mantan komisi wasit, Priyanto, dan wasit futsal, Anik yunni Artika Sari. Mereka diduga sebagai menjadi perantara pengaturan skor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim satunya lagi penyidik Bareskrim itu masih dalam penyelidikan berkaitan dengan PSS Sleman dengan Madura FC," kata Ketua Media Tim Satgas Antimafia Bola, Kombes Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (29/12/2018).
"Kami masih lidik untuk kasus PSS Sleman dan Madura FC memang ada kongkalikong di sana. Memang pada pertandingan itu Madura FC dari keterangan beberapa klarifikasi untuk kalah dengan PSS Sleman," Argo menambahkan.
Argo mengatakan sudah meminta keterangan dari sepuluh terkait laga itu. Pemeriksaan akan terus berlanjut.
"Nanti kita akan klarifikasi dari baik manajer, pelatih maupun pemain dari kedua kesebelasan ini, kita dalami. Sekarang masih penyelidikan tunggu saja," tutur Argo.
Dari keterangan manajer Madura FC, Januar Hermawan, Madura FC diminta untuk mengalah dari PSS Sleman. Anggota exco Hidayat yang menghubungi Madura FC.
Selain laga dengan Madura FC dengan PSS Sleman, Liga 2 juga menyuguhkan aksi konyol saat PS Mojokerto Putra menghadapi Aceh United. Dalam laga itu, penalti Krisna Adi Darma disorot. Salah satunya oleh mantan pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini. Dia menilai penalti yang dilakukan Krisna Adi tak ada satupun yang sesuai coaching point.
Oleh PSSI, Krisna Adi dihukum larangan bermain sepakbola seumur hidup. Sehari setelah hukuman itu diumumkan, Krisna Adi mengalami kecelakaan dengan menabrak bus yang tengah parkir hingga tak sadarkan diri selama 13 jam. Kini, dia dirawat di RS Sardjito, Yogyakarta.