Dituduh Terima Suap Jelang Kongres PSSI, Haruna Membantah

Dituduh Terima Suap Jelang Kongres PSSI, Haruna Membantah

Deni Prastyo Utomo - Sepakbola
Minggu, 27 Jan 2019 01:02 WIB
Manajer Madura United, Haruna Soemitro. (Foto: Deni Prastyo Utomo/detikcom)
Surabaya - Manajer Madura United Haruna Soemitro membantah dirinya menerima suap menjelang Kongres PSSI. Uang itu berkaitan dengan mosi tidak percaya untuk Edy Rahmayadi.

Menjelang Kongres tahunan PSSI di Nusa Dua, Bali, pekan lalu, ada rumor mengenai mosi tidak percaya kepada Edy yang menjabat sebagai Ketua Umum. Sebuah pertemuan dikabarkan terjadi di sebuah hotel di Jakarta Selatan, untuk menggalang dukungan dari voters PSSI.

Salah satunya menyebutkan ada mosi tidak percaya. Uang sebesar 1.000 dollar Singapura menjadi imbalan bagi pemilik suara yang mau membubuhkan tanda tangan pada mosi tidak percaya itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam talkshow Mata Najwa di Trans7, Rabu tengah pekan lalu, nama Haruna disebut menjadi salah satu penerimanya.

Haruna pin memberikan bantahan saat ditemui di kediamannya di kawasan Pagesangan, Surabaya, Sabtu (26/1) malam. Haruna menegaskan jika tudingan suap tidak benar. Bahkan pria berkepala plontos tersebut meminta untuk dibuktikan.

"Itu tidak masuk akal, di dalam orang menyudutkan saya. Dari pemberitaan di salah satu acara televisi. Di situ saya menerima suap 1.000 dollar Singapura. Itu saya pastikan bahwa kalau ada orang bisa membuktikan hari itu saya menerima uang 1.000 dollar itu uang terlalu kecil bagi saya," kata Haruna.




Bagi Haruna, uang 1.000 dollar Singapura, tidaklah signifikan dalam acara sebesar kongres yang notabene untuk mengambil keputusan.

"Uang itu terlalu kecil bagi saya, itu tidaklah worth it, tidak signifikan untuk gelaran pengambilan keputusan atau kongres seperti itu," kata Haruna.

Haruna mengungkapkan dalam progam acara yang disiarkan di televisi, ingin mengkonfirmsi jika ia menjadi inisiator dalam proses mosi tidak percaya terhadap Eddy Rahmayadi.

"Faktanya sebetulnya, yang harus kita garis bawahi adalah tujuan dari stasiun televisi itu, maupun acara itu kalau boleh saya sebut adalah Mata Najwa, tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi saya termasuk inisiator di dalam mosi tidak percaya itu," ungkap Haruna.

Dijelaskan oleh Haruna, dalam pertemuan disebuah hotel di Jakarta tersebut adalah forum kongkow-kongkow.

"Kalau pun saya dikatakan inisiator dan bagaimana proses pertemuan dalam Hotel Royal Kuningan itu, itu lebih-lebih sebetulnya itu adalah forum kongkow-kongkow ataupun curah pendapat dari sebagian besar voters yang datang dari berbagai daerah, menanyakan kepada saya tentang bagaimana perkembangan Kongres PSSI yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari kemarin," ungkap Haruna.

Kenapa para voter menanyakan perkembangan Kongres PSSI kepada Haruna? Manajer Madura United tersebut mengaku jika dirinya adalah salah satu pelamar Edy Rahmayadi sebagai Ketua PSSI.

"Kenapa mereka menanyakan kepada saya. Karena mereka yang memiliki moral obligation menuntut kepada saya. Bagaimana komitmen ke depannya. Saya waktu itu memberikan ilustrasi, bahwa sebetulnya kita masih membutuhkan sosok pak Edy Rahmayadi itu untuk memimpin PSSI. Sehingga saya lebih mendorong bagaimana kalau kita usulkan Pak Edy mundur sebagai Gubernur Sumatera Utara bukan sebagai Ketua Umum PSSI," jelas Haruna.

Haruna juga menjelaskan alasan menuntut Eddy Rahmayadi sebagai Gubernur Sumatera Utara, sebab menurutnya awalnya Edy Rahmayadi lebih dulu menjabat sebagai Ketua PSSI.

"Bukan kami lamar dari gubernur menjadi Ketua PSSI, dia lebih dulu menjadi Ketua PSSI dibandingkan menjadi Gubernur Sumatera Utara. Sehingga fair dong kalau kita ini ibaratnya pemilik aset Pak Edy Rahmayadi menuntut bahwa Pak Eddy mundur saja sebagai Gubernur Sumatera Utara. Kemudian daripada mengorbankan lebih besar yakni kepentingan bangsa ini, faktanya Pak Eddy lebih mundur menjadi Ketua PSSI, itu hak beliau. Jadi kita tidak bisa menghalang-halangi. Jadi seperti itu perkembangan yang real," jelas Haruna.




(cas/yna)

Hide Ads