Empat kekalahan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia memantik munculnya desakan Simon Out. Skuat Garuda gagal memaksimalkan status kandang dari tiga laga lain, dikalahkan Malaysia dan Thailand, serta dikandaskan Vietnam 1-3 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (15/10).
Selain itu, Indonesia dihantam Uni Emirat Arab (UEA) di laga tandang. Rentetan hasil negatif itu pun berimbas langsung kepada Simon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Exco PSSI: Simon Sudah Tak Dipercaya Pemain |
"Pandangan saya, kita di level junior, pelatih, kami dikasih kesempatan itu banyak pegang pelatih yang lokal. Terbukti, di level U-16, U-19, U-23, toh PSSI berjaya dengan pelatih lokal," kata Doni, yang juga topskorer Piala Tiger 2000, kepada detikSport, Rabu (16/10/2019).
"Tapi, kenapa masuk ke senior, kan masih banyak pelatih lokal yang berkualitas, kenapa enggak dimanfaatkan? Bukankah federasi juga banyak memberi lisensi-lisensi dan kita sekarang sudah diakui," dia menjelaskan.
Gendut Doni sendiri adalah satu mantan pemain yang kini mengantongi sertifikat melatih. Ia sempat mengambil lisensi C AFC.
"Kenapa sudah masuk ke tim senior, federasi lebih memilih pelatih asing. Bukan berarti kualitas pelatih asing jelek, tapi paling enggak kan ada lokal yang lebih bagus kenapa enggak? Terbukti timnas saat ini, hasilnya ternyata seperti itu," kata Doni.
"Timnas senior main enggak ada polanya. Kalau boleh nyebut, sih, enakan lihat Timnas U-16, kelihatan bener. Kami kan sekarang sudah punya filosofi sepakbola sendiri, filanesia, sudah dari grassroot dikenalkan, tapi kenapa di ujung di timnas senior, kalau enggak salah formasi aja kok berbeda?" jelas pria yang sempat juara Divisi Satu bersama Persebaya Surabaya itu.
Simon menjadi pelatih asing kelima Timnas Indonesia sejak 2013. Sebelumnya ada Jacksen F Thiago (Brasil), Alfred Riedl (Austria), Pieter Huistra (Belanda) dan Luis Milla (Spanyol). Adapun Bima Sakti cuma sebentar melatih Indonesia karena berstatus caretaker.
(yna/fem)