Yogyakarta - Pemain
PSIM Yogyakarta,
Achmad Hisyam Tolle, dilaporkan ke Polisi karena menghalangi tugas wartawan. Hisyam Tolle mengintimidasi untuk menghapus foto.
Pelapor Hiysam Tolle ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan jurnalis Goal, Lucas Budi Cahyono. Selain Budi, pewarta foto Radar Jogja, Guntur Aga juga membuat laporan serupa saat mengambil foto kericuhan laga Liga 2 antara PSIM dengan Persis Solo di Stadion Mandala Krida.
Saat membuat laporan polisi, keduanya didampingi Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO), Janu Riyanto. Budi menjelaskan, laporan tersebut ia buat karena mendapat intimidasi usai mengabadikan momen tendangan 'kungfu' Tolle ke arah pemain Persis Solo, yakni Shulton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, intimidasi itu adalah memaksa Budi menghapus foto Tolle saat menendang Shulton dengan nada tinggi dan terkesan mengancam.
"Jadi saat itu Tolle lihat saya, lalu dia lari mengejar sambil memaksa saya menghapus file foto, saya sempat didorong sampai tersungkur juga. Tapi saya tetap mendekap kamera karena itu alat kerja pribadi saya, saya juga sempat bilang 'jangan di sini ayo kita bareng ke ruang ganti, kamu kan tahu saya, saya sudah foto sejak kamu di Sleman juga," katanya saat ditemui wartawan di Polda DIY, Rabu (23/10/2019).
"Tapi dia jawab 'saya tidak mau tahu yang penting hapus sekarang' dengan nada emosi itu," imbuh Budi.
Lanjut Budi, akhirnya ia bersama Tolle dan beberapa pemain masuk ke ruang ganti. Namun, di dalam ruang ganti tersebut Budi kembali mendapat intimidasi dari Tolle untuk menghapus hasil jepretannya.
"Masih ada intimidasi saat itu, saya tetap pegang kamera tapi Tolle memilih file foto yang minta dihapus. Arga Permana juga menunjuk foto-foto mana yang harus dihapus," katanya.
"Karena dalam tekanan akhirnya saya hapus, baru akhirnya saya boleh keluar dan saya masuk ke ruang media (di Stadion Mandala Krida)," ucap Budi.
Sementara itu, Guntur Aga menjelaskan, bahwa laporan itu ia buat karena mendapat intimidasi dan penganiayaan oleh beberapa oknum suporter. Intimidasi dan penganiayaan itu terjadi saat ia mengabadikan momen evakuasi anak-anak kecil oleh petugas pemadam kebakaran di dalam Stadion.
"Awalnya saya diintimidasi tidak boleh memotret dan diminta menghapus foto. Kemudian saya dari belakang dicekik dan dipukuli ramai-ramai, ada sekitar 5 kali pukulan lah, ini juga memar sedikit di kepala bagian belakang," ucapnya.
Janu Riyanto yang mendampingi Budi dan Guntur membuat laporan polisi mengatakan, intimidasi dan pemaksaan untuk menghapus file foto oleh pemain profesional sepakbola sangat tidak dibenarkan. Maka, pelaporan ini, ia berharap kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari.
"Kami prihatin, kebebasan pers kita ternyata masih tidak berjalan dengan baik, terlebih kejadian intimidasi dan upaya paksa menghapus file pekerjaan seperti ini dilakukan oknum pemain profesional. Kami berharap langkah ini membuat kasus-kasus serupa tak lagi terjadi kedepan," katanya.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol. Yuliyanto membenarkan adanya 2 laporan polisi tersebut. Ia juga menyebut Polda DIY telah menerima laporan Budi dan Guntur.
"Diterima (laporan Budi dan Guntur), tapi ditindaklanjuti atau tidak menjadi kewenangan tim penyidik dari Krimsus (Ditreskrimsus) atau Krimum (Ditreskrimum)," kata Yuliyanto.