PSSI saat ini sedang dalam kondisi sakit. Edy Rahmayadi mundur dari kursi kepemimpinan pada Januari 2019 dan beberapa pengurusnya ditangkap Satgas Antimafia Bola, yang merupakan buntut dari penyelidikan match fixing.
Pada 2 November 2019, Kongres PSSI untuk mencari pengurus baru dilangsungkan. Rahim Soekasah maju sebagai calo ketua umum PSSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus perbaiki organisasi dengan SDM yang baik. Punya integritas, kejujuran, kemampuan, dan profesional. Organisasi itu harus baik dan harus bisa dipercaya masyarakat, kalau tidak dipercaya ya sulit," kata Rahim kepada detikSport.
Rahim juga menyebut bahwa kompetisi liga dan jadwal tim nasional tidak boleh saling tumpang tindih. Sejauh ini dia merasa kalau liga lebih diutamakan daripada tim nasional.
"Setelah itu kita perbaiki kompetisi. Tidak boleh tumpang tindih dengan kegiatan tim nasional. Sekarang ini sepertinya yang nomor satu kompetisi, nomor dua tim nasional. Tim nasional kurang ada kesempatan untuk berlatih cukup waktu," Rahim melanjutkan.
"Kita bukan orang Eropa, kita butuh waktu untuk membina tim nasional. Kalau kompetisinya terlalu diperketat, sementara timnasnya cuma punya waktu satu atau dua hari, ya tidak bakal ngangkat timnasnya. Fisiknya sudah habis duluan. Indonesia ini jauh, dari Sabang sampai Merauke."
"Jadi, kita harus bersinergi antara kompetisi di liga dengan persiapan timnas. Sebelum liga dimulai, harus lihat dulu apa kegiatan timnas. Jadi keduanya bisa berjalan baik," tegasnya.
Rahim menjelaskan jika liga era dulu bisa berjalan sampai dua tahun. Meski sangat panjang, jadwal liga tak ganggu persiapan timnas.
"Kasihan klub-klub kalau kompetisi, pemainnya dipakai timnas. Kasihan klub itu. Tiga sampai empat pemain dipakai, ya roboh klub itu. Satu pemain saja susah diganti, apalagi tiga sampai empat pemain. Harusnya kalau timnas main, kompetisi setop."
"Kalau sekarang susah. Dulu kompetisi bisa sampai dua tahun, tapi timnasnya tidak buruk, kan? Karena saya pernah pegang klub, jadi saya tahu. Memang sulit, tapi kepentingan mana nih yang mau didahulukan? Kalau bisa sama-sama, tapi tetap timnas harus didahulukan."
"Misal, timnas persiapan lima hari dan pertandingan satu kali, berarti satu minggu. Nah, satu minggu setop dong kompetisi. Jadi pemain lagi main, yang ini jangan main. Kalau ini main ini main, kasihan klubnya. Bisa-bisa di bawah kalau dua minggu main tiga kali, poin nol semua, jadi kehilangan sembilan poin," Rahim menegaskan.
(ran/cas)