Simon McMenemy tak pernah membayangkan bakal singgah lama di Filipina dan Indonesia. Pada awal kariernya, ia sempat bekerja dengan Carlos Tevez dan Ronaldinho.
Kiprahnya di Asia Tenggara dimulai dengan melatih Timnas Filipina saat diresmikan pada Agustus 2010. Kehadirannya cukup memberikan dampak instan dengan langsung mengantar The Azkals menembus semifinal Piala AFF 2010.
Sebelumnya, Filipina cuma menjadi bulan-bulanan dalam ajang Piala Tiger (nama lama Piala AFF). Bahkan mereka pernah mencatat kalah memalukan dari Timnas Indonesia dengan skor 13-1 di Piala Tiger 2002.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria asal Skotlandia ini sebelumnya pernah bekerja di Brighton sebagai staf pengembangan. Di sana ia juga pernah mendapatkan kesempatan bekerja untuk Nike bersama dengan Carlos Tevez dan Ronaldinho.
Worthing FC, klub amatir di Inggris adalah awal mula karier Simon di dunia kepelatihan. Ia menjabat sebagai asisten pelatih untuk klub yang bermarkas di Woodside Road itu.
Suatu waktu saat sudah gabung Brighton, ia berbalas pesan di Facebook dengan Chris Greatwich, mantan anak asuhnya di Worthing FC. Chris Greatwich menyarankan Simon untuk mengirim email lamaran untuk menjadi pelatih Timnas Filipina.
"Saat itu mereka (Filipina) cuma punya pemain-pemain semi-profesional dan kualitasnya tidak bagus-bagus amat. Saya (kirim email lamaran) cuma karena mau bikin dia (Chris Greatwich) senang," kata Simon McMenemy dikutip dari pressandjournal.
"Enam pekan kemudian, saya duduk di meja kerja saya, menatapi jendela dengan secangkir kopi di tangan. 'Saya menjadi pelatih Timnas Filipina. Seharusnya orang tak mendapatkan pekerjaan dengan cara seperti ini'," ujarnya mengenang momen itu.
Meski sukses, kebersamaannya dengan Timnas Filipina cuma berlangsung sampai 2011. Setelahnya, ia banyak menghabiskan waktu nomaden dengan berpindah-pindah ke Vietnam, Indonesia, Maladewa, dan kembali ke Filipina dengan melatih Loyola Meralco Sparks.
Di Indonesia Simon mendapatkan kesempatan melatih Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya. Namun tak bertahan lama lalu pindah ke Maladewa dengan melatih New Radiant.
Dari sana ia kemudian pindah ke Loyola Meralco Sparks dan akhirnya kembali ke Indonesia dengan menjadi pelatih Bhayangkara FC. Bersama The Guardian, ia mempersembahkan gelar juara Liga 1 2017.
"Anda harus beradaptasi soal attitude di sini (Asia). Jika mengeluh terhadap setiap hal kecil, Anda akan cepat dipecat. Karena orang tak mau bekerja dengan Anda. Memahami budaya setempat adalah hal paling penting di dunia ini dan ini yang biasanya selalu menjadi pelatih-pelatih asal Eropa," tuturnya.
"Saya pernah menangis karena dipecat dan berpindah-pindah negara sebelum akhirnya kembali- tidak ada yang perlu ditutupi (terhadap kecintaan saya) ke sepakbola Indonesia. Saya bukan pelatih menonjol sesuai kriteria Anda. Pelatih muda bertato asal Inggris ini kembali ke Liga (Indonesia)," ucap Simon McMenemy soal gabung ke Bhayangkara.
Baca juga: Pecat Simon McMenemy, Gebrakan PSSI yang Pas |
(Kisah Simon McMenemy di Indonesia)