Tak banyak yang bisa dilakukan Persela Lamongan untuk mengenang wafatnya kiper Choirul Huda pada tahun ini. Biasanya, seluruh orang di Persela pergi berziarah bersama.
Choirul Huda menghembuskan napas terakhirnya pada 15 Oktober 2017. Dia meninggal di usia 38 tahun di RSUD Dr Soegiri Lamongan, usai mengalami insiden benturan dengan rekan satu tim di laga melawan Semen Padang pada ajang Liga 1.
Kepergian Choirul Huda membuat seluruh pecinta sepakbola Indonesia berduka. Dia adalah salah satu kiper di Indonesia yang cuma mengabdi untuk satu klub, yakni Persela.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap tahunnya seluruh orang di Persela melakukan ziarah bersama ke makam kiper dengan tinggi 183 cm tersebut. Namun, pada tahun ini hal tersebut tak bisa diwujudkan, mengingat kondisi pandemi virus Corona dan para pemain yang sedang berada di kampung halaman masing-masing karena kompetisi sedang tidak bergulir.
![]() |
CEO Persela Lamongan, Yuhronur Efendi, menjadi perwakilan yang mendatangi makam Choirul Huda. Hal itu sebagai bukti legenda sepakbola Lamongan tersebut masih terus dikenang setiap tahunnya.
"Kita semua tahu bahwa Choirul Huda adalah ikon sekaligus legenda dari Persela maupun bagi masyarakat Lamongan," kata Yuhronur Efendi usai berziarah ke makam Choirul Huda, di Makam Islam Pagerwojo Lamongan, Kamis (15/10/2020).
Yuhronur menekankan bahwa meski sudah meninggal dunia, Choirul Huda selalu ada di hati. Pergi ziarah ke makam suami dari Lidya Anggraini itu bahkan selalu memberikan spirit kepahlawanan.
"Berziarah ke makam almarhum Choirul Huda selalu memberikan spirit kepahlawanan kepada para pemain Persela sekaligus kepada masyarakat Lamongan, karena beliau berjasa besar terhadap Persela Lamongan," tegasnya.
Choirul Huda memang sudah tiada, namun dia selalu hidup di hati. Demi mengenang jasa Choirul Huda, Persela mengabadikan jersey nomor punggung 1. Ada pula lapangan latihan Persela diberi nama Choirul Huda.
(ran/ran)