Pat Gulipat Posisi Manajer Timnas Indonesia U-19?

Pat Gulipat Posisi Manajer Timnas Indonesia U-19?

Tim detikcom - Sepakbola
Senin, 21 Des 2020 05:30 WIB
Pesepak bola Timnas U-19 berlatih di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa (17/11/2020). Sebanyak 38 pemain Timnas Indonesia U-19 menjalani pemusatan latihan di Stadion Madya, Jakarta pada 16 hingga 23 November 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Ilustrasi salah satu sesi dalam pemusatan timnas Indonesia U-19. (Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Jakarta -

Wartawan senior Joseph Erwiyantoro, yang terkenal kritis ke PSSI, melempar kabar jual-beli jabatan Manajer Timnas Indonesia U-19 untuk Piala Dunia U-20 2021. Hal itu bergulir bak bola salju dan kini viral.

Dalam penuturannya, ada tokoh politik dan sepakbola Sumatera Selatan Dodi Reza Alex Noerdin yang telah membayar uang sebesar 100 ribu dollar Singapura atau sekitar Rp 1 miliar. Dalam foto kwitansi yang beredar, tertera nama Djoko Purwoko selaku penerima dana sebesar 100 ribu Dollar Singapura atau sekitar Rp 1 miliar. Ada juga nama Achmad Haris selaku pihak yang menyerahkan dana. Achmad Haris merupakan orang dekat Dodi sekaligus mantan Sekretaris Sriwijaya FC.

Joseph Erwiyantoro juga menulis kronologi dugaan praktik jual-beli jabatan PSSI secara detail. Semua dimulai dari proses penawaran yang dilakukan oleh Djoko Purwoko kepada pihak Dodi. Pihak Dodi tertarik dan sampai empat kali menggelar pertemuan dengan PSSI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakannya, pertemuan pertama terjadi di Hotel Fairmont, Jakarta. Saat itu Dodi yang ditemani Haris membuka omongan dengan Rudy Kangdra dan Djoko Purwoko. Pertemuan kedua kembali terjadi di tempat yang sama dengan formasi yang juga sama. Namun masih belum ada kesepakatan untuk menunjuk Dodi sebagai Manajer Timnas.

Masih menurut laporan Joseph Erwiyantoro, baru pada pertemuan ketiga akhirnya Dodi dipertemukan dengan Mochamad Iriawan yang merupakan Ketua Umum PSSI. Pertemuan berlangsung di Restoran Hurricane's Grill, Jakarta.

ADVERTISEMENT

Joseph Erwiyantoro menyebut, pada pertemuan ketiga inilah disepakati dana sekitar Rp 1 miliar diberikan ke PSSI. Nilai itu merupakan hasil tawar-menawar antara pihak Dodi dan PSSI. Akan ada penyerahan dana lagi saat Dodi nanti ditunjuk menjadi Manajer Timnas Indonesia U-19. Ia menambahkan, pertemuan keempat berlangsung di Kantor PSSI, di Mall FX, Sudirman, Jakarta. Pada kesempatan ini transaksi penyerahan dana Rp 1 miliar itu terjadi.

Dalam tulisan Erwiyantoro, alias Toro atau Mbah Coco, PSSI ia klaim sudah menggunakan dana Rp 1 miliar itu. Padahal, Dodi hingga kini belum juga ditunjuk menjadi Manajer Timnas Indonesia untuk Piala Dunia U-20.

Terkait isu ini, detikSport sebelumnya sudah menghubungi pihak-pihak terkait. Salah satunya PSSI. Ada Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal (Plt Sekjen) PSSI, Yunus Nusi, yang menanggapi dengan santai isu jual-beli jabatan tersebut. Dia menganggap isu-isu seperti ini sudah biasa menerpa PSSI.

"Biasanya isunya sampai puluhan miliiar, tumben ini hanya Rp 1 miliar. Sudah puluhan tulisan tentang masalah seperti ini beredar. Kami tidak pernah menanggapinya. PSSI sudah biasa dengan isu seperti ini. Jadi tidak butuh ada penjelasan dari kami," kata Yunus Nusi.

Namun, bagaimana Toro bisa menuturkan rangkaian kejadian tersebut sampai kemudian menyimpulkan bahwa transaksi ini merupakan praktik jual-beli jabatan manajer Timnas Indonesia U-19? Dengan gaya khasnya, ia menjelaskan dengan terperinci dalam perbincangan dengan detikSport. Simak halaman selanjutnya.

Bisa diceritakan kenapa mengambil kesimpulan kalau uang itu adalah demi jabatan Manajer Timnas U-19?

Kalau saya bilang yang ngomong itu Haris langsung itu bagaimana? Jadi begini, dia bilang, 'saya biasa baca tulisan Mbah Coco, saya respect, salam kenal. Ada yang mau dibicarakan nih.'

Makanya saya bisa sampai menulis runtut soal empat pertemuan itu, plus kwitansi, karena ini kan bicara uang. Eh sekarang dia (Haris) bicara dimana-mana itu hoaks, oh kurang ajar kata saya.

Berani nggak konferensi pers mereka? Kalau berani bilang tulisan saya hoaks itu bagus, tapi berani nggak mereka melapor ke polisi bahwa tulisan saya hoaks?

Iwan Bule (Iriawan) suruh lapor, mana berani dia, boleh dia (jenderal) bintang tiga, suruh saja ketemu saya, mana berani. Siapapun di PSSI suruh ketemu, semua kenal sama saya. Nggak ada yang berani.

Baru saja Haris minta ampun minta (tulisan) dicabut. Rekaman semua yang diomongin Harris ke saya itu bisa diambil di polisi siber. Terus juga soal pertemuan Dodi di restoran di Hurricane's, kan ada cctv restoran. Di kamar hotel juga ada pasti semua. Dodi naik ke lantai 15 (Kantor PSSI di FX Jakarta) misalnya, itu semua kan direkam.

Kalau mereka konferensi pers dan menuntut saya, berani nggak? Kalau nggak berani jangan ngoceh dimana-mana bilang berita hoaks.

Kok bisa buat tulisan detail panjang begitu, bagaimana mengumpulkan informasinya?

Kalau nggak ditulis panjang bisa nggak tahu detailnya bagaimana (pembaca). Sebenarnya Haris nggak telepon langsung, tapi ada orang yang biasa sama saya, dia bilang ada yang mau ngomong mau minta kenalan. Itu di tempat saya itu ada lima orang dan semuanya wartawan. Wartawan lama PSSI yang hampir 35 tahun meliput. Saya sama teman-teman sudah tua banget. Nggak ada tendensi demi uang, supaya terkenal, kami cuma senang saja di sepakbola.

Melihat tulisan, berarti Dodi Alex kemungkinan batal menjadi manajer Timnas U-19?

Kalau itu tanyakan ke kedua belah pihak. Yang jelas, kalau dalam tulisan saya bilang Dodi nggak ketemu Iwan Bule, itu tulisan saya bisa dibilang hoaks. Tapi Iwan Bule ketemu Dodi dan sepakat membuat surat penunjukkan (menjadi Manajer Timnas Indonesia). Tapi diminta berhubungan kembali dengan Rudy Kangdra dan Djoko Purwoko.

Itu Joko Purwoko boleh tentara, jenderal kek, mau pakai hukum ayo, mana berani mereka. Sudah jelas-jelas namanya tercemar, tapi nggak bakal berani mereka. Jadi kalau detikcom mau membuat polemik ini seharusnya menyudutkan PSSI selamanya.

Apa tujuan tulisan yang dibuat?

Tulisan ini sudah diterjemahkan dan dikirim ke FIFA dan AFC. Saya nggak minta diterjemahkan, tapi teman saya yang melakukan. Ada dalam kasus Iwan Bule karena udah pasti Iwan Bule ada di situ.

Itu harus non-aktif sesuai Pasal 20 Kode Etik FIFA, kalau dari kode etik dia harus non-aktif sampai kasusnya terbukti atau tidak. Kalau itu terjadi, dia nggak boleh punya kegiatan sepakbola nasional. Seperti Sepp Blatter atau Michel Platini.

PSSI memanfaatkan situasi?

PSSI ini memang bobrok dan negara harus ikut campur karena ini masalah jual-beli di Timnas U-20. PSSI nggak punya duit, makanya ngemis ke negara. Indonesia tuan rumah Piala Dunia, itu sudah ada anggarannya. Karena PSSI nggak punya anggaran timnas, sekarang (negara) menganggarkan.

Jadi kalau Djoko atau Yunus Nusi ditagih sama Haris, uangnya itu sudah dipakai untuk membayar sewa mobil Shin Tae-yong (Pelatih Timnas Indonesia). Uang yang Rp 50,6 miliar (anggaran yang dikucurkan negara buat persiapan Timnas U-19) itu kurang.

Makanya sekarang (PSSI) cari receh-receh. Bisa juga memanfaatkan kesempatan. Keppres (Keputusan Presiden) No 19 Tahun 2020 kan disebutkan Iwan Bule bertanggung jawab ke prestasi Timnas. Berarti Menpora harus tahu, itu harus dikejar.

Kalau kemenpora nggak mau bicara berarti mereka kongkalikong. Dana Rp 50,6 miliar itu berarti ada fee buat oknum-oknum di Kemenpora. Kalau Menpora (Zainudin Amali) nggak mau ngomong, ini harus diinvestigasi bahwa mereka nggak mau ikut campur, berarti ada oknum yang ikut menikmati fee.

Kita bakal punya gerakan demonstrasi ke Kemenpora, DPR, Istana Negara, Semanggi. Kami akan pasang poster besar dan bilang kalau Kemenpora itu banci.


Hide Ads