JJ Rizal, sejarawan, mengusulkan agar pahlawan Indonesia M.H Thamrin dijadikan nama untuk Jakarta International Stadium.
Hal itu diungkapkan Rizal dalam diskusi virtual '127 tahun M.H Thamrin Dari stadion VIJ ke JIS, dari M.H Thamrin hingga Anies Baswedan: sepakbola dan semangat kebangsaan', Selasa (16/2/2021).
Diskusi yang bertepatan dengan memperingati hari ulang tahun Thamrin itu mengupas sejarah dan jasa salah satu pahlawan Indonesia itu dalam mengembangkan sepakbola dan stadion pertama di Jakarta yang disebut Voetbal Indonesia Jakarta (VIJ) pada tahun 1929 dan kini menjadi Persija.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Thamrin memiliki peran besar dalam berdirinya sebuah stadion pribumi di Jakarta. Ketika saat itu tidak ada lapangan sepakbola yang pantas, dan hanya Belanda yang punya, Thamrin hadir untuk memberikan solusi.
"Jadi sebenarnya ada kebakaran di Pasar Baru. Ini ada dua klub sepakbola mencoba bikin pertandingan amal untuk membantu korban kebakaran ini. Tapi hanya Belanda yang punya stadion yang pantas. Sementara Belanda melarang untuk pribumi masuk. Atas dasar itu, mereka akhirnya datang ke Thamrin," cerita JJ.
"Di sana lah, dia (Thamrin) mengeluarkan uang pribadinya sebesar 2000 gulden. Maka punyalah klub sepakbola punya stadion pribumi pertama dengan standar internasional. Stadion itu lah yang dinamakan VIJ (Voetbal Indonesia Jakarta) di Petojo," ujarnya.
"Jadi kalau ditanya bagaimana klub sepakbola pertama di Jakarta itu bisa tumbuh. Maka orang tersebut yang membawa pengaruh agar itu bisa ada, namanya Mohammad Husni Thamrin."
Sehubungan dengan itu, Jakarta yang kini tengah menanti proses pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), dan akan menjadi salah satu stadion kebanggaan Persija, JJ memberikan harapannya. Ia usul agar JIS bisa diusulkan namanya untuk M.H Thamrin.
"Tadi saya sudah terbayang bahwa Thamrin hadir di sini. Ini kan dinamakan #stadionkita. Kita itu apa sih? Kita itu keingat Thamrin. Jadi harusnya diganti stadion Mohammad Husni Thamrin," selorohnya.
Hal itu menurut JJ cukup beralasan karena stadion itu seharusnya menjadi ruang nilai.
"Dan kita ini di Jakarta, Indonesia, krisis yang kita alami itu krisis nilai. Jadi kalau bangun infrastruktur harus yang menjadi ruang pendidikan nilai. Melalui M.H Thamrin kita bisa suntik, implan, nilai. Hidup dalam nama dia, ada museumnya, maka kita bisa bawa orang ke sini. Bukan cuma rekreasi. Orang belanja dan bertukar nilai dan menjadi orang yang bernilai," dia menjelaskan.