Kekalahan telak Timnas Indonesia 0-4 dari Vietnam memudarkan harapan publik sepakbola nasional lagi. Tapi, kinerja Shin Tae-yong jangan buru-buru dinilai.
Sebelumnya, Timnas Indonesia sempat memperlihatkan semangat perubahan saat berjumpa Thailand di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pasukan Garuda berhasil menahan imbang Thailand 2-2 meski sempat tertinggal dua kali pada 3 Juni lalu.
Evan Dimas cs memperlihatkan fighting spirit yang layak diapresiasi. Pemain mau berlari sepanjang laga. Masalah fisik yang kerap menghantui, seolah sudah tak berlaku lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada harapan bahwa Timnas Indonesia sedang dalam progres ke arah yang lebih baik di bawah asuhan Shin Tae-yong. Gaya keras pelatih asal Korea tersebut terlihat mulai membuahkan hasil dilihat dari skor imbang 2-2 kontra Thailand.
Antusiasme publik sepakbola pun naik lagi terhadap Timnas Indonesia. Sayang, hal itu cuma berlangsung singkat. Timnas Indonesia akhirnya takluk dengan skor besar 0-4 dari Vietnam.
Nama Luis Milla yang sudah kadung menjadi favorit pun muncul lagi. Pelatih asal Spanyol tersebut dianggap sebagai sosok yang pas untuk membangun Timnas Indonesia.
Menanggapi hal itu, pengamat sepakbola Tommy Welly menyampaikan pandangannya. Terlalu terburu-buru kalau menilai Shin Tae-yong berdasarkan kekalahan dari Vietnam saja.
"Timnas sekarang menurut saya belum selesai dibangun. Ada situasi kontras antara Thailand dan Vietnam dimana kita bisa main imbang lalu kalah. Soal intensitas, pressing Vietnam lebih menyulitkan. Secara overall saat melawan Thailand dan Vietnam, timnas kita bermain reaktif dengan counter, karena kontrol dipegang Thailand dan Vietnam," kata Tommy Welly membuka perbincangan dengan detikSport.
"Di luar itu, ada yang patut diapresiasi sepertinya solidnya pertahanan kita. Ada, determinasi fighting spirit ada, dan daya juang itu ada peningkatan. Tetapi memang secara organisasi belum selesai dibangun," ujarnya.
"Banyak momen kalau berhasil merebut bola lalu membangun serangan balik, itu belum berjalan dengan baik. Satu-dua sentuhan hilang, lalu hilang bola. Overall dari dua penampilan itu, satu pertandingan memberi harapan tetapi anjlok lagi. Tetapi itu normal. Menyikapinya harus tetap jernih," katanya lagi.
Satu hal yang menjadi sorotan adalah pemilihan pemain muda di skuad Timnas Indonesia saat ini. Dari 30 pemain yang dibawa ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), cuma Evan Dimas yang berpengalaman di level senior Timnas Indonesia.
Dua pemain senior lainnya adalah Adam Alis atau Kushedya Yudo. Adam sebelumnya jarang mendapat panggilan Timnas Indonesia level senior. Sementara Kushedya Yudo baru pertama kali merasakan panggilan Timnas Indonesia era Shin Tae-yong.
Di luar Evan, Adam, dan Kushedya, sisanya adalah pemain-pemain muda yang minim pengalaman. Bahkan mayoritas masih minim bermain level senior di klubnya masing-masing.
Misalnya Pratama Arhan yang belum pernah main di kompetisi domestik bersama PSIS Semarang. Egy Maulana Vikri atau Witan Sulaeman adalah contoh lainnya pemain muda yang bahkan belum baru mencatat 100-an menit di level klub senior.
detikSport mencatat, ada 13 pemain di skuad Timnas Indonesia saat ini yang masih minim menit bermain. Dengan fakta itu, Witan hingga Egy tetap menjadi andalan Shin Tae-yong di timnya.
Tommy Welly menilai, Shin Tae-yong sedang menjalankan proyeksi jangka panjang bersama Timnas Indonesia. Dengan memberikan menit bermain, Timnas Indonesia diharapkan ikut menerima keuntungannya di masa depan.
Kebetulan PSSI memang memberikan kontrak jangka panjang buat eks Pelatih Timnas Korea di Piala Dunia 2018 itu. Saat diperkenalkan pada akhir 2019 lalu, federasi mengumumkan mengontrak sang pelatih dengan durasi 4 tahun.
"Itu pilihan Coach Shin Tae-yong, kondisinya kan kalau peluang lolos dari kualifikasi Piala Dunia sudah tertutup. Jadinya dia memilih generasi Timnas yang sesuai dengan pendekatan dia. Ini bisa jadi skuad proyeksi SEA Games dengan materi seperti ini," ucap pria yang biasa disapa Bung Towel itu soal pemilihan pemain muda.
"Kalau mau menilai kinerjanya (Shin Tae-yong) dengan materi ini, SEA Games layak dijadikan ukuran untuk menilai. Kalau sekarang (kekalahan dari) Vietnam yang menjadi tolak ukur itu bisa menjadi fatal. Tetapi kalau SEA Games, maka cukup objektif dengan sisa waktu yang ada," ucap Bung Towel.
Butuh waktu yang tidak sebentar buat Shin Tae-yong membangun Timnas Indonesia. Keberhasilan Park Hang-seo bersama Vietnam terjadi dalam kondisi yang berbeda.
Vietnam saat ini sedang menikmati masa-masa kesuksesan di level ASEAN dan Asia. Contohnya saat mereka berhasil menjadi runner-up Piala Asia U-23 2018 dan semifinalis Asian Games 2018 di Indonesia.
Fondasinya sudah dibangun bertahun-tahun. Park Hang-seo yang ditunjuk Federasi Sepakbola Vietnam (VFF) pada 2017 tinggal menyempurnakannya saja dengan metode yang ia bawa dari Korea.
"Kalau Vietnam timnya sudah dibangun sejak lama, berbeda dengan Timnas Indonesia yang diisi mayoritas pemain baru. Tanpa Shin Tae-yong mungkin kita tak akan melihat pemain-pemain seperti Pratama Arhan atau Kushedya Hari Yudo di Timnas Indonesia," ucap Bung Towel.
"Di mata Shin Tae-yong, semua pemain punya persentase yang sama untuk dipilih. Menurut saya ada banyak hal yang bisa disikapi kalau kita tenang. Kalau tanpa Shin Tae-yong, tak ada itu Kushedya. Atau Pratama Arhan yang ternyata punya potensi di bek kiri. Shin Tae-yong juga membantu eksplor potensi pemain muda kita," tuturnya.
"Shin Tae-yong ini proyeksinya ke depan dengan mematangkan para pemain muda bermain level A Match. Nah sikap terkait kekalahan 0-4 dari Vietnam bakal seperti apa. Kalau mau bersikap fatalis, skor itu jangan buat judge. Generasi timnas sekarang, pemain berpengalaman ini hanya Evan," ucapnya berpesan.