Ungkapan "Percaya Proses" bergema usai Timnas Indonesia babak belur 0-4 di tangan Vietnam dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G. Di satu sisi, ada proses-proses buruk yang harus dilalui Shin Tae-yong.
Hal tersebut diutarakan oleh mantan analis dari Timnas Indonesia, Rochmat Setiawan. Dia menyoroti ada beberapa proses buruk yang harus dilalui pelatih kepala Shin Tae-yong.
"Proses buruk pertama yang harus dilalui STY (Shin Tae-yong) adalah kegagalan federasi jalankan kompetisi setahun lebih. Sudah jelas ini akan sangat ganggu program TC (training center) STY, yang akhirnya hanya fokus ke fisik. Sedangkan umumnya timnas TC itu tinggal fokus ke organisasi main. Jadi banyak waktu terbuang." tulis Rochmat di akun Twitter pribadinya @dribble9, yang sudah memberi izin kepada detikSport untuk dikutip.
Rochmat juga menyorot kenapa Shin Tae-yong harus banyak melatih Timnas Indonesia di segala kelompok usia. Di satu sisi, Ratu Tisha selaku mantan Sekjen PSSI pernah menegaskan bahwa Shin Tae-yong menjabat manajer pelatih dari Timnas Indonesia Senior, U-23, U-20/U-19, dan U-16.
Di setiap Timnas Indonesia akan ada pelatih kepala. Shin Tae-yong nantinya memantau dan meminta laporan setiap pelatih kepala.
Hanya Timnas Indonesia U-16 yang sudah ada pelatih kepala, yakni Bima Sakti. Meski demikian, Shin Tae-yong bertanggung jawab penuh di Timnas Indonesia Senior dan U-20.
"Proses buruk kedua adalah dari desain besar program timnas semua kelompok usia. Jadi, STY ini pegang 3 KU (kelompok Usia). U-19, U-23, senior. Kira-kira ada tidak negara yang bagus sepakbolanya, terus pelatihnya ngerangkap gini?," Rochmat melanjutkan.
"Kalau pelatih rangkap buat U-23 dan senior mungkin masih banyak. Tapi kalo sama U-19 juga sudah gila. U-19 TC, senior terbengkalai. Senior TC. U-19 terbengkalai. Begitu seterusnya. Padahal di Eropa sekarang lagi sibuk senior mau Euro. U-19, U-23 mereka juga sibuk TC dan uji coba."
"Kalo prosesnya niat dan benar, seharusnya semua KU punya head coach. STY terserah mau pegang yang mana. Dia juga bisa bertugas supervisi head coach yang lain. Jadi semua KU timnas bisa TC bareng. Output masing-masing pun akan maksimal. Timnas kemarin kalah karena apa-apanya masih mentah."
Shin Tae-yong sejauh ini juga tidak memiliki kesempatan menjalani laga uji coba untuk Timnas Indonesia. Di saat ada kesempatan untuk uji coba, lawan-lawan yang dihadapi tidak sebanding bahkan sempat harus bermain melawan beberapa klub di Indonesia.
"Proses buruk ketiga adalah frekuensi TC dan uji coba yang serius. Sejak STY join, kalo tidak salah ada setidaknya 7x international break. Baru yg terakhir kemarin STY dapat kesempatan uji coba serius. Sedangkan 6 yang lain dia tidak bisa manfaatkan."
"Umumnya 1x international break, timnas tiap negara bisa TC plus 2x uji coba dengan negara lain. Kalo 7x, silakan kalikan sendiri. Momen inilah tiap negara lakukan seleksi, development team dll. sampai timnas matang."
"Sayangnya STY tidak dapat fasilitas uji coba yang sebenarnya sudah standar timnas semua negara ini. Saya sendiri sering banget angkat isu soal international break ini karena yakin timnas bakal kedodoran dari negara lain kalau tidak dimanfaatkan. Seperti sekarang."
"So, sebenarnya proses yang dilalui STY buruk. Jauh dari ideal. Semisal STY harus TC buat U23 karena mau SEA games, kira-kira nanti setelahnya kalo dia balik ke U-19, apa hasil yg didapat U-19 setelah lama tidak TC? Sampai di sini, apa masih percaya proses yang buruk ini?" Rochmat menegaskan.
Simak Video "Video: Timnas di Bawah Kluivert Vs STY, Siapa Lebih Oke?"
(ran/bay)