Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menyebut pemain Liga 2 kondisinya memprihatinkan. Banyak dari mereka yang tak punya pendapatan.
Pernyataan APPI itu diutarakan setelah menggelar pertemuan virtual dengan para pemain profesional dari Liga 1 dan Liga 2, Jumat (23/7/2021). Dalam forum tersebut, pemain menceritakan kondisinya selama vakumnya kompetisi.
Dari situ pula diketahui bahwa pemain Liga 1 nasibnya lebih baik ketimbang Liga 2. Pemain Liga 1 kebanyakan sudah dikontrak dan bahkan sudah menerima gaji meski kompetisi belum digelar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan Liga 2 yang penyelenggaraannya saja membutuhkan kepastian Liga 1. Sebagai kompetisi yang kerap dianggap sebelah mata, nasib pemain Liga 2 pun terkena getahnya.
Sebagaimana laporan APPI, klub Liga 2 belum berani mengontrak pemain di tengah ketidakpastian kompetisi. Kondisi ini membuat pemain-pemain yang biasa main di kompetisi kasta kedua ini tak punya pemasukan.
Kini, Liga 1 nasibnya sedang menggantung karena situasi penyebaran COVID-19 di Indonesia. Kondisi ini akan memengaruhi nasib para pemain Liga 2 dimana klub makin enggan untuk mengambil resiko dengan mengontrak pemain.
"Banyak pemain yang belum dikontrak (masih free agent/ pra kontrak). Yang belum ada kontrak secara langsung bisa dibilang nggak ada pemasukan sama sekali," kata Pelaksana Tugas (Plt) General Manager APPI, M Hardika Aji kepada detikSport.
"Implikasi hanya mendapat gaji 25 persen (pemain Liga 2 yang sudah dikontrak). Gaji 100 persen pun tetap lebih kecil ketimbang gaji pada umumnya karena ada penurunan nominal gaji dari tahun sebelumnya," ujarnya.
![]() |
Asosiasi Pesepakbola Profesional Dunia (FIFPRO), pada Mei 2020, sempat mengecam penerapan pembatasan nilai gaji di Liga 2 sebesar 25 persen. Dalam laporannya, pemain Liga 2 yang bahkan gajinya di bawah upah minimum regional (UMR) sekalipun, tetap terkena aturan pemotongan gaji sampai 75 persen.
Nyaris satu setengah tahun kompetisi vakum, sepakbola Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bergulir. Kondisi ini dikhawatirkan makin membuat pemain Liga 2 kian merana.
"Kalau (pemain) Liga 1 masih lebih lumayan mereka ada pemasukan karena sudah ada Piala Menpora dan juga mayoritas sudah ada kontrak, jadi sudah digaji meskipun belum full," ucap Aji.
Sementara itu, kiper Sriwijaya FC, Rizky Darmawan menanggapi pernyataan APPI. Eks kiper Persija Jakarta itu sudah dua musim terakhir merasakan atmosfer Liga 2 sejak bergabung ke Mitra Kukar pada Maret 2019.
Setelah memperkuat Mitra Kukar, Rizky kerap berpindah-pindah klub. Ia pindah Sulut United untuk musim 2020, kini berlabuh di Palembang bersama Sriwijaya.
"Kalau dibilang begitu (memprihatinkan) mungkin benar karena nggak semua pemain (Liga 2) sudah dikontrak, begitu kan. Tetapi kalau di tim saya sudah dikontrak, karena sebetulnya masing-masing tim berbeda-beda," tutur Rizky kepada detikSport.
"Ada yang 100 persen (pemain Liga 2) cuma mencari nafkah di sepakbola. Karena kami juga sebagai pemain profesional juga menjaga untuk nggak main-main di luar. Makanya, itu pinter-pinteran pemain saja sih, tapi kan nggak semua pemain sama," ucapnya.
Rizky tak mau secara gamblang membicarakan masalah gaji. Ia hanya berharap mendapat bayaran sesuai nominal yang disepakati di awal dengan klub.
Kiper kelahiran Tangerang Selatan itu menyebut bahwa pemain tetap bekerja meski kompetisi vakum. Apalagi pelatih tetap memberikan program latihan buat dijalankan pemain selama di rumah.
"Gaji saya di Sriwijaya belum tahu bagaimana, tapi sekarang kan bukan kondisi force majeure. Liganya hanya ditunda saja, belum tahu apakah akan (digaji) 100 persen atau bagaimana," ucap Tompel.
"Jangan sampai sih liga nggak jalan lagi, karena kami pemain dan yang kerja di sepakbola mayoritas cari nafkah di sepakbola. Kami pesepakbola dan pekerja sepakbola sudah siap untuk main, kami sehat, kami sudah di vaksin kami taat prokes swabtest dan PCR," katanya menegaskan.
(aff/krs)