Wawancara Presiden Madura United: Dari Opsi Pembatalan Liga hingga Usul Klub

Wawancara Presiden Madura United: Dari Opsi Pembatalan Liga hingga Usul Klub

Muhammad Robbani - Sepakbola
Selasa, 27 Jul 2021 00:10 WIB
Anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI)
Achsanul Qosasih bicara soal kemungkinan Liga 1 ditunda lagi sampai opsi (detikINET/Achmad Rouzni Noor II)
Jakarta -

Nasib Liga 1 2021 menggantung akibat situasi COVID-19 di Indonesia. Dari awalnya bakal kick off mulai 9 Juli, kini terus tertunda hingga akhir Agustus 2021.

Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) tak memberi rekomendasi izin kompetisi di tengah memburuknya situasi COVID-19. Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak awal Juli membuat kepastian kompetisi semakin diragukan.

Bagaimana mungkin BNPB mengizinkan kompetisi sepakbola di tengah angka penularan COVID-19 yang berada di kisaran 30-50 ribu per hari. Kecuali kalau PSSI atau PT LIB punya rayuan sakti atau memasang badan bahwa Liga 1 tak akan menambah beban pemerintah dalam penanganan virus corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Madura United adalah salah satu klub yang pesimistis kompetisi Liga 1 bisa bergulir. Mereka meminta PSSI atau PT LIB kini fokus saja ke antisipasi peniadaan kompetisi.

Seperti apa pendapat dan unek-unek Madura United? Berikut wawancara detikSport dengan presiden klub Achsanul Qosasi:

ADVERTISEMENT

Kalau nggak salah, bapak menyarankan Liga 1 dihentikan saja karena sampai sekarang tak kunjung digelar?

Yang kami harapkan dari operator (PT LIB) dan regulator (PSSI) adalah membuat kepastian melalui beberapa skenario. Kita tahu ini tidak mudah, skenario yang dibutuhkan adalah resiko terburuk (peniadaan Liga 1) pun harus disiapkan. Sehingga klub tidak dalam posisi menunggu ketidakpastian.

Mereka bilang ini liga akan jalan kalau pandemi landai, itu kan semua tahu. PSSI seharusnya membuat penyampaian ke klub kalau sampai September liga tak bisa digulirkan dan PPKM tak dicabut, liga tak mungkin berputar, begitu juga tak apa. PSSI kan bisa berhitung. Liga itu 34 pekan, sementara kalau mulai September itu hanya tersisa 20 pekan sampai April. Kenapa 20 pekan? itu dikurangi libur lebaran, PON, hingga tahun baru. Hitungan saya 20 pekan, kan nggak mungkin memutar kompetisi. Nah kalau tidak berputar, PSSI menyiapkan perangkatnya dari skenario terburuk yakni melaporkan ke FIFA untuk menyampaikan kondisi terkini ke pemerintah, disampaikan ke klub-klub. Kalau skenario terburuk, ada antisipasi menghadapi pemain yang protes (ke FIFA) itu bagaimana.

Itu penting kalau liga nggak jalan. Pemain asing kan bisa melapor ke FIFA dan pengalamannya kalah semua klub. Begitu pemain asing melapor ke FIFA, nggak ada klub yang menang. Rata-rata bayar Rp 4-5 miliar per pemain. Bayangkan kalau klub punya 3-4 pemain asing. Itu kan berat. Jadi kalau sudah disampaikan ke FIFA, maka FIFA tahu dengan kondisinya. Kalau sebelumnya (musim 2020) kan pertimbangannya nggak ada karena PSSI yang dianggap tak bisa menjalankan kompetisi, makanya klub pasti kalah.

Kalau perlu, pekan depan sudah disampaikan ke klub kalau memang tak bisa menjalankan kompetisi. Agar menjadi acuan klub harus gaji pemain berapa persen. Sehingga klub bisa mencari cara buat cash flow, entah mencari pinjaman, menggadaikan rumah. Skenarionya begitu. Sekarang kami menunggu begini kan sambil negosiasi dengan pemain. Kalau liga nggak ada, diatur masalah gaji sama PSSI bahwa pemain cuma 25 persen kemudian klub minta pemain nggak protes. Karena FIFA sudah tahu kondisinya setelah PSSI melapor kondisi Indonesia. PSSI harus menyampaikan ke semua klub. Dan semua klub harus seragam, kecuali klub kaya raya silakan yang mau tetap membayar 100 persen. Ini menjadi pegangan buat klub menego ke pemain dan sponsor.

Penjelasan dari PSSI ini juga menjadi bahan buat negosiasi ke sponsor. Misal sponsor mencairkan 10-15 persen lalu negosiasi perpanjang sampai tahun depan. Banyak lah yang bisa dilakukan kalau ada kepastian dari PSSI.

Nah sekarang gaji pemain Madura United bagaimana?

Masih 100 persen, tapi kan nggak mungkin terus-terusan 100 persen kalau nggak ada liga begini. Karena kan nggak kerja, masa nggak kerja kami bayar. Nggak ada kompetisi kan nggak kerja berarti. Harus fair dong. Kita juga nggak ada latihan, susah klub Jawa itu latihan. Jangan kan latihan, main bola saja nggak bisa. Kalau gaji sampai bulan depan masih bisa 100 persen sampai Agustus. Tapi setelah itu pasti kami tak akan mampu.

Sekarang PPKM diperpanjang lagi, masih mungkin menurut bapak kompetisi dijalankan?

Nah itu, kalau PPKM sampai 2 Agustus liga pasti mulai September. Kenapa September? karena persiapan 1 Bulan, artinya liga baru bisa jalan September atau pertengahan. Nggak cukup waktunya buat Liga 1 sampai April (2022) untuk menggelar liga karena cuma 20 pekan. Klub nggak mungkin main 2 hari sekali, istirahat lalu main lagi. Nggak mungkin.

Kalau liat draft jadwal Liga 1 dengan sistem seri, antar seri itu kan jedanya lumayan panjang. Apa jedanya saja yang dipotong pak?

Silakan. Tapi bagaimana pengeluaran klub untuk pindah-pindah hotel. Itu berat juga loh. Kadang main sepekan, kadang pindah lagi. Itungannya menurut saya nggak mungkin. Nggak tahu kalau liga punya hitungan lain, silakan. Jangan lupa PON itu 2 pekan-satu bulan. Lebaran dua pekan, belum nanti ada Pra Piala Asia, SEA Games. Itu kan padat. Jadi PSSI harus berpacu dengan waktu.

Liga harus jalan idealnya, semua senang kalau bisa jalan. Cuma harus siapkan skenario terburuk. Karena ada kalimat begini dari PSSI. 'Urusan pemain kami serahkan ke klub'. Kan kita datangkan pemain karena dijanjikan mau ada liga. Kami mengontrak pemain kan karena PT LIB mau jalankan kompetisi. Jangan bilang masalah gaji urusan klub, loh nggak bisa begitu.

Liga Malaysia musim 2020 digelar cuma setengah musim karena menyesuaikan keadaan. Ada usul-usul dari Madura United untuk meringkas kompetisi nggak perlu 1 musim penuh?

Harus dicari alternatifnya. Misalnya ada Plan A kompetisi berjalan normal, tapi kan kalau September nggak jalan berarti nggak mungkin normal. Plan B kompetisi tak berjalan. Plan C turnamen, copy paste Piala Menpora yang sukses itu. Atau Plan D kompetisi dengan setengah musim, begitu saja. Tidak perlu home-away.

Kalau begitu kan klub sudah bisa mengira-ngira. Kami bisa membuat business plan, rencana kerja sudah disiapkan mengacu dari skenario yang disampaikan PSSI. Kalau plan B yang diambil, kontrak pemain 25 persen, dikompensasikan sisanya buat tahun depan, misalnya. Kalau begitu kan enak. Pemain yang bergaji Rp 1 miliar jadinya Rp 250 juta. Sisanya buat kompensasi tahun depan. Yang nggak mau silakan pergi, tapi jangan lapor. Jangan kondisinya nggak normal, pemain mintanya gaji normal. Saya rasa semua pemain mengerti. Pemain Madura United itu kemarin (2020) digaji 25 persen selama setahun oke saja. Semua pemain asing kami oke saja, nggak ada protes ke FIFA.

Dari PSSI atau PT LIB belum pernah menyiapkan plan-plan alternatif seperti itu?

Ada surat dari PT LIB yang bilang begini; 'Liga 1 akan tetap berjalan jika pandemi landai.' Semua orang kan tahu, jadinya menurut saya surat itu nggak penting. Yang kami harapkan, klub diminta menyiapkan Plan A/B/C/D. Kalau cuma setengah musim kompetisi, misalnya, kami negosiasi ke pemain untuk merevisi kontraknya.

Mungkin kah Madura United bersama klub lain membuat gerakan untuk menyatakan sikap jika situasi ini terus berlarut-larut?

Kami ikut PSSI, kami kan anggota PSSI. Kami ikut maunya liga (PT LIB). Kami bukannya mau marah, hanya menyarankan untuk diperbaiki kinerjanya. Jangan cuma disuruh menunggu saja. Kalau skenario terburuk, PSSI sampaikan itu ke FIFA. Yang bisa menyampaikan ke FIFA kan ya PSSI.

Kalau masih belum ada kepastian sampai September, plan Madura United bagaimana?

Dibubarkan sih nggak, cuma pemain kerja dari rumah saja. Kaya kantor saja. Training from home. Tapi kan mereka masih terikat dengan kontrak dan kami bayar, tapi jangan penuh dong.


Hide Ads