Presiden Persiraja Banda Aceh Nazaruddin Dek Gam punya unek-unek terkait bergulirnya Liga 1 2021. Ia mengaku banyak mengeluarkan uang sendiri alias nombok.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) tak sepenuhnya menanggung biaya operasional klub selama kompetisi. Hanya biaya tes PCR, akomodasi transportasi pada H-2 sebelum pertandingan.
Di luar H-2, klub harus bayar segala pengeluaran sendiri. Di sisi lain, Persiraja terpaksa menetap di sekitaran Jakarta karena biaya transportasi pulang tidak murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman pahit ini sudah dirasakan Persiraja sejak pekan awal Liga 1. Kebetulan Persiraja terpilih sebagai salah satu dari total enam klub yang memainkan tiga laga awal di Liga 1.
Laskar Rencong jumpa Bhayangkara FC pada 29 Agustus lalu dan kalah 1-2. Laga itu merupakan salah satu dari tiga laga uji coba pemerintah terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di Liga 1.
Setelah dianggap sukses, pemerintah baru mengizinkan Liga 1 bisa terus berjalan. Dampaknya, Paulo Henrique Cs harus menunggu sekitar dua pekan untuk memainkan laga keduanya.
Nah di saat rehat kompetisi sambil menunggu restu pemerintah buat kompetisi, Persiraja stay di sekitaran Jakarta. Di saat itu pula tak ada biaya operasional yang ditanggung PT LIB maupun PSSI.
"Dengan kondisi sekarang, Persiraja dirugikan karena kami tim luar Pulau Jawa. Kami dikasih waktu istirahat 10 hari di sini. Kami hotel tak dikasih hanya uang tak seberapa. itu tak adil bagi kami," kata Dek Gam saat ditemui detikSport di Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (16/9/2021).
"Kami tak tahu harus latihan dimana, harus balik kemana. Berbeda dengan tim Pulau Jawa yang bisa pulang ke rumah saat kompetisi libur 10 hari. Mereka bisa pulang ke homebase-nya. Kalau kami kan tak punya apa-apa di sini (Jakarta). PSSI dan PT LIB harus mengkaji ulang sistem ini buat tim dari luar Pulau Jawa, seperti Barito Putera atau Persipura Jayapura," ujarnya.
"Jadi saat libur 10 hari seperti saat ini, pulang ke Aceh kan nggak mungkin. Berapa uang yang sudah kami keluarkan? Berapa PCR? belum lagi kalau positif kalau tertular di pesawat. Harusnya PSSI atau PT LIB memikirkan untuk meringankan kami, jangan disamakan dengan tim-tim Pulau Jawa," katanya lagi.
Adapun Persiraja memanfaatkan waktu libur panjang dengan menggelar laga uji coba melawan PSG Pati pada 8 September lalu. Laga yang berakhir ricuh itu karena aksi kasar pemain lawan dipilih sebagai salah satu kegiatan mengisi waktu libur agar pemain tetap panas.
Dijelaskan Dek Gam, ia merugi selama kompetisi libur karena harus merogoh kocek pribadi. Ia memperkirakan akan terus nombok sampai kompetisi selesai dengan penerapan sistem kompetisi saat ini.
Sebagaimana diketahui, Liga 1 digelar dengan sistem bubble to bubble yang dipusatkan di Pulau Jawa. Selain itu, kompetisi juga digelar dengan format enam seri di tiga klaster.
"Cukup banyak pengeluaran, paling terasa itu keluar uang makan. Makan siang dan makan malam itu kami tanggung sendiri. Bisa setahun kami keluar uang makan kalau liga berjalan satu tahun begini. Lapangan latihan ini di Jakarta susah, harganya gila," tutur Dek Gam.
"Tapi kan nggak mungkin tim nggak latihan. Seharusnya didukung dengan lapangan latihan sampai makan siang-makan malam. Jangan tanggung-tanggung. Kami siap di Jakarta 2 tahun sekalipun, tapi kasih kami lapangan dan tanggung biaya makan pemain," ucap anggota Komisi III DPR RI itu.
(Muhammad Robbani/pur)