Masalah tunggakan gaji 18 pemain Persis Solo masih tertahan di National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia. Belum ada keputusan diambil.
Persis digugat 18 pemainnya dari musim 2020 ke NDRC Indonesia, sebagaimana terungkap dalam laporan APPI pada 13 Agustus 2021. Masalah muncul, sebab cuma 7 pemain yang punya salinan kontrak dari Persis.
Meski begitu, Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) tetap mengupayakan 18 pemain Persis Solo untuk mendapatkan haknya. Sejak diajukan ke NDRC, masalah ini jalan di tempat karena masalah salinan kontrak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini berbeda dengan klub-klub lainnya, yang kasusnya sudah diputuskan NDRC. Sebut saja Kalteng Putra, PSPS Riau, hingga Persekat Kabupaten Tegal.
"Masih berjalan di NDRC, meski timnya (Persis) sudah bermain (di Liga 2 2021). Kami sudah berusaha dengan mengajukan NDRC," kata Presiden APPI Firman Utina di kawasan Kemang, Jakarta, Senin (4/10/2021).
Persis sudah memberikan keterangan terkait masalah ini. Mereka juga malah mengaku menunggu salinan kontrak dari 18 pemain yang mengajukan gugatan.
Padahal, selain pemain, klub juga seharusnya punya salinan kontrak para pemainnya. Terlebih, klub juga yang menerbitkan kontrak yang diberikan ke pemain.
"Tunggakan itu sudah terjadi sejak manajemennya dipegang pak Vijaya (Fitriyasa), bukan yang sekarang ini. Kata Pak Vijaya, semua permasalahan gaji sudah dibayarkan, jadi tidak ada tunggakan lagi," kata Bryan Barcelona, media officer Persis Solo, kepada detikcom, Rabu (29/9/2021).
"Makanya kami juga masih menunggu salinan kontrak itu. Salinan kontrak itu dari pemain belum diserahkan ke NDRC," tuturnya.
Firman Utina juga sudah menanggapi pernyataan Persis. Ia memastikan APPI tetap berusaha memperjuangkan gugatan 18 pemain eks Persis.
"Iya, makanya itu kami masih mempelajari bersama tim lawyer kita," ucap Firman soal sengkarut salinan kontrak 18 pemain eks Persis.
Selain klub dan pemain, salinan kontrak juga dipegang oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) karena menjadi salah satu syarat bagi klub saat mendaftarkan pemainnya. Hanya saja permintaan APPI soal salinan kontrak ini belum dipenuhi PT LIB.
Diharapkan Firman Utina, kontrak pemain tak akan menjadi masalah lagi di masa depan. Dalam kasus Persis, pemain dianggap teledor karena tak memegang dan menyimpan salinan kontraknya sendiri.
"Porsi kami (APPI) itu untuk mencerdaskan pemain, bukannya kami lebih pintar. Tapi kalian (pemain) itu sudah dilindungi oleh NDRC bahkan APPI. Kami menyiapkan lawyer," kata Firman Utina.
"Jadi pemain tinggal berlatih dan bermain. Kalau sudah menjadi anggota (APPI) maka segala hal menjadi urusan APPI. Kami menjembatani bukan menghalangi sepakbola Indonesia," tutur eks pemain Timnas Indonesia itu.
(yna/yna)