Pengamat sepakbola Supriyono Prima menyayangkan aksi unjuk rasa yang dilakukan bobotoh di Kantor Persib Bandung, Kota Bandung pada hari Minggu (10/10/2021). Pasalnya, peserta aksi yang ditaksir berjumlah ratusan orang itu berkerumun di tengah pandemi COVID-19 dan dikhawatirkan berimbas ke penyelenggaraan Liga 1.
Kritikan datang dari bobotoh yang kecewa dengan performa Maung Bandung yang tak memuaskan. Dari enam laga, Persib meraih dua kemenangan dan empat hasil imbang beruntun pada seri pertama Liga 1 2021.
"Kritik wajar disampaikan, tapi juga perlu dilihat secara objektif konteksnya dan masih ada cara yang lebih elegan lagi sebetulnya. Kita juga harus sama-sama paham bahwa saat ini masih pandemi sehingga kerumunan seperti itu bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi Persib juga," ujar Supriyono saat dihubungi, Senin (11/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini baru enam pertandingan dari total 34 pertandingan. Permainan Persib juga sebetulnya tidak jelek-jelek amat, justru belum pernah kalah sekalipun," ucap Supriyono melanjutkan.
Ia mengatakan, jangan sampai aksi yang dilakukan bobotoh ini malah menjadi bumerang. Tak hanya bagi Persib, tetapi juga bagi Liga 1 secara keseluruhan. "Jangan sampai Liga 1 malah dibatalkan karena insiden-insiden seperti ini, kita tidak mau nasibnya seperti liga tahun lalu yang vakum satu tahun," katanya.
Sebelumnya, ratusan bobotoh datang ke Sulanjana sekitar pukul 15.00 WIB. Mereka menyalakan suar hingga membakar ban sambil menyatakan tuntutannya. Arus lalu lintas pun sempat dialihkan karena Bobotoh bertahan di pinggir jalan.
Bobotoh baru membubarkan diri sekitar pukul 23.30 WIB, tepatnya setelah Komisaris Persib Kuswara S Taryono mendengarkan dan menjawab aspirasi bobotoh.
Beberapa hari sebelumnya, Bobotoh menyampaikan petisi yang berisi beberapa poin di antaranya meminta manajemen meminta maaf secara terbuka terkait performa Persib, menendang Robert Alberts dari kursi pelatih, hingga mengganti tagar #MenangBersama menjadi #PersibJuara.