Ayo Jangan Lagi Buyar Ditekan Lawan, Skuad Garuda!

Ayo Jangan Lagi Buyar Ditekan Lawan, Skuad Garuda!

Bayu Baskoro - Sepakbola
Senin, 27 Des 2021 13:01 WIB
SINGAPORE, SINGAPORE - DECEMBER 25: Singaporean and Indonesian players argue over a play during the first half of the second leg of their AFF Suzuki Cup semifinal at the National Stadium on December 25, 2021 in Singapore. (Photo by Yong Teck Lim/Getty Images)
Timnas Indonesia mesti tenang menghadapi pressing lawan. (Foto: Getty Images/Yong Teck Lim)
Jakarta -

Timnas Indonesia kerap keteteran saat di bawah tekanan lawan. Masalah itu menjadi pekerjaan rumah yang mesti dibenahi Garuda menatap final Piala AFF 2020.

Indonesia melaju ke partai puncak Piala AFF 2020 setelah mengandaskan Singapura di babak semifinal. Skuad asuhan Shin Tae-yong menang agregat 5-3 dalam laga dua leg kontra The Lions.

Di partai final, Indonesia bertemu dengan jawara lima kali Piala AFF, Thailand. Sang Gajah Perang lolos dengan menyingkirkan juara bertahan, Vietnam, lewat kemenangan agregat 2-0.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di atas kertas, Indonesia bisa dibilang menjadi tim underdog ketimbang Thailand. Statistik pertemuan kedua tim di Piala AFF menunjukkan, Garuda tumbang 9 kali dan hanya menang 3 kali dalam 12 duel menghadapi Negeri Gajah Putih.

Skuad Indonesia saat ini juga banyak diisi pemain-pemain muda, dengan separuh di antaranya di bawah usia 25 tahun. Hal ini berbanding terbalik dengan Thailand yang menurunkan tim matang dan diisi bintang-bintang semisal Chanatip Songkrasin (28 tahun), Theerathon Bunmathan (31 tahun), hingga Teerasil Dangda (33 tahun).

ADVERTISEMENT

Di satu sisi, skuad Indonesia saat ini masih bisa terus berkembang menghadapi lawannya yang lebih berpengalaman. Salah satunya pekerjaan rumah yang harus dibenahi yakni bagaimana tim bisa tetap tenang meladeni gempuran dan tekanan lawan.

Indonesia boleh jadi kerap mengandalkan permainan cepat nan agresif. Namun, Garuda juga seringkali kewalahan menghadapi pressing dan serangan balik lawan, hingga membuat kesalahan-kesalahan tidak perlu.

Kondisi itu terlihat dalam dua leg semifinal menghadapi Singapura. Indonesia agak lamban mengantisipasi counter-attack The Lions di leg pertama, hingga berujung gol Ikhsan Fandi, serta banyak melakukan pelanggaran di area sendiri pada leg kedua, yang dimaksimalkan dengan baik oleh Singapura.

Shin Tae-yong mengakui permainan Indonesia menjadi berantakan ketika berada di dalam tekanan. Hal itu jelas amat berbahaya kala menghadapi Thailand yang memainkan pressing tinggi, serta gesit dalam serangan balik.

"Bagian itu harus diperbaiki, khususnya para pemain masih muda untuk kontrol pertandingan sedikit berkurang. Jadi untuk ke depannya lebih menunjukkan lagi perkembangan," kata Shin Tae-yong dalam laman resmi PSSI.

(bay/aff)

Hide Ads