PSSI mengistirahatkan 12 wasit dari Liga 1 2022 akibat keputusan kontroversial. Rinciannya 5 wasit, 3 asisten wasit, dan 4 Additional Assistant Referee (AAR).
Mereka diistirahatkan sebagai bentuk hukuman atas keputusan mereka yang merugikan tim tertentu. Selain itu, PSSI juga mau memberi kesempatan para wasit untuk mengevaluasi diri sebelum ditugaskan kembali.
"PSSI terus berkomitmen untuk membenahi wasit, baik itu wasit di Liga 1, 2, dan 3. Kami juga terus melakukan evaluasi dan pengawasan selama mereka memimpin," kata Ketua Komite Wasit Ahmad Riyadh, dalam pernyataan resmi PSSI.
Riyadh berharap ke depan semua wasit yang bertugas bisa menjalankan tugas dengan baik sekaligus meminimalisasi kesalahan di lapangan. Hanya saja tak disebutkan wasit mana saja yang dihukum atau keputusan kontroversi apa yang membuat hukuman dijatuhkan.
Baca juga: Regulasi-regulasi Baru Liga 1 2022 |
Adapun Liga 1 memang langsung diwarnai keputusan-keputusan kontroversial dari wasit sejak pekan pertama. Tim-tim yang dirugikan adalah RANS Nusantara FC dan Persija Jakarta terkait hadiah penalti.
Liga 1 dibuka dengan laga PSIS Semarang Vs RANS di Stadion Jatidiri, Semarang, Sabtu (23/7/2022). Dalam laga ini, wasit memberikan penalti kontroversial buat tuan rumah PSIS.
Pada menit ke-73 wasit menghadiahi PSIS tendangan penalti setelah David Laly divonis melanggar Oktafianus di kotak terlarang. Keputusan ini mendapat protes keras dari para pemain RANS.
Dalam tayangan ulang, Oktafianus memang nampak memanfaatkan situasi saat mendapat sentuhan dari David Laly. Ia dengan cerdik menjatuhkan diri di kotak penalti.
Jika RANS dirugikan wasit karena penalti, Persija punya nasib sebaliknya di hari yang sama. Dalam laga melawan tuan rumah Bali United, di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Persija tak mendapat hadiah penalti.
Kejadiannya adalah handball bek sayap Bali United Andika Wijaya di kotak terlarang. Itu terjadi saat ia mencoba menghalau umpan silang Firza Andika.
Bola tendangan Firza memantul keluar lapangan setelah menyentuh tangan Andika Wijaya. Jelas terlihat tangan Andika Wijaya dalam posisi aktif alias tak dalam posisi naturalnya sehingga Persija semestinya mendapat hadiah penalti.
Tapi wasit Fariq Hitaba bergeming dengan hanya memberikan tendangan sudut buat Persija. Sebelumnya ia mendapat protes keras dari pemain-pemain Macan Kemayoran.
Persija kembali menjadi korban kesalahan keputusan wasit pada pekan ke-3 Liga 1 saat dijamu PSM Makassar pada 5 Agustus lalu. Laga ini berakhir imbang 1-1 lewat gol-gol yang dicetak Kenzo Nambu (75') buat PSM dan Hanno Behrens untuk Persija (78').
Pada laga ini, wasit tambahan belakang gawang terindikasi membuat keputusan yang merugikan Persija menjelang bubaran. Persija seharusnya mendapat tendangan penjuru setelah sepakan Behrens keluar lapangan karena membentur bek PSM Yuran Fernandes.
Persija pun bersiap mengambil tendangan sudut, tetapi batal lantaran wasit tambahan justru memberikan tendangan gawang buat PSM. Wasit Iwan Sukoco yang memimpin laga kemudian memberikan tendangan gawang buat PSM setelah berkonsultasi dengan wasit tambahan.
Dalam tayangan ulang, terlihat jelas bola memang keluar setelah membentur Yuran Fernandes. Keputusan inilah yang dipertanyakan Thomas Doll ketika timnya mencari gol kedua dalam kondisi skor imbang 1-1.
"Kami tidak mendapatkan corner dalam dua sampai tiga kesempatan meski situasinya sangat jelas. Ketika kamu berbicara soal wasit, tanya ke wasit, bukan ke saya," kata Thomas Doll seusai laga, saat menjawab pertanyaan wartawan soal timnya dianggap diuntungkan pengadil lapangan.
Di laga ini keputusan-keputusan wasit memang menjadi sorotan. Dalam berbagai kesempatan, PSM dirugikan karena keputusan offside hingga pelanggaran keras Syahrian Abimanyu kepada Muhammad Arfan yang tak berbuah kartu.
Thomas Doll juga menilai Persija menjadi korban kesalahan keputusan wasit. Paling fatal adalah tak memberikan tendangan sudut menjelang akhir laga.
Saat itu Persija sedang mendapat momentum bagus untuk mencetak gol keduanya. Behrens dan Ginanjar Ramadhani berkali-kali mengancam gawang PSM lewat peluang-peluang emas yang mereka dapatkan.
"Pastinya kami tidak mendapat keuntungan dari wasit. Saya juga bicara dengan pelatih lawan setelah laga, tak ada yang senang dengan performa (wasit)," ujar Thomas Doll.
Pelatih RANS Rahmad Darmawan meminta kepada PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk bisa memecahkan masalah ini. Ia menyarankan kompetisi segera menggunakan Video Assistant Referee (VAR) atau teknologi sejenisnya.
"Sebetulnya saya sudah pernah bicarakan soal kapan kita menggunakan suatu teknologi menyerupai VAR, mungkin namanya bukan itu," kata Rahmad Darmawan kepada wartawan.
"Apakah boleh menciptakan sendiri atau apa? Saya pernah menyaksikan BPL (Bandung Premier League) pernah pakai, itu sangat sederhana, tapi sangat membantu. artinya hal seperti itu perlu dipikirkan," ujarnya menambahkan.
Menurut Rahmad Darmawan, teknologi sejenis VAR di BPL bisa menjadi referensi. Meski hal itu sebenarnya tak bisa digunakan di kompetisi resmi seperti Liga 1.
Penerapan teknologi VAR harus sesuai dengan aturan, wasit yang mengoperasikannya pun harus punya sertifikasi. Untuk mendapatkan sertifikasi itu, wasit harus menjalani kursus yang membutuhkan biaya besar dan waktu yang tak sebentar.
Masalahnya, Indonesia saja saat ini tak punya banyak wasit. Cuma lima wasit pula asal Indonesia dengan lisensi FIFA. Itulah yang menjadi kendala Indonesia, sehingga VAR tak kunjung hadir di sepakbola dalam negeri.
Terlepas dari itu, Rahmad Darmawan hanya menyampaikan aspirasi saja bahwa VAR memang sangat dibutuhkan. Maklum, baru pekan pertama saja timnya sudah menjadi korban kelalaian pengadil lapangan.
(aff/yna)