Broadcaster Liga 1 Jawab Keluhan Jadwal Kickoff Malam

Broadcaster Liga 1 Jawab Keluhan Jadwal Kickoff Malam

Muhammad Robbani - Sepakbola
Selasa, 26 Jul 2022 17:00 WIB
Persis Solo vs Dewa United di Stadion Moch Soebroto Magelang, Senin (25/7/2022).
Keluhan jadwal Liga 1 dijawab oleh broadcaster. (Foto: Pius Erlangga/detikJateng)
Jakarta -

Emtek Grup selaku broadcaster Liga 1 2022 menjawab keluhan soal kickoff pertandingan malam. Beda dari musim-musim sebelumnya, kini banyak laga pukul 20.30 WIB.

Di pekan 1 saja misalnya, sudah ada tiga laga yang dimainkan lebih dari pukul 20.00 WIB. Ada laga Bali United Vs Persija, pukul 20.00 WIB/21.00 WITA. Bhayangkara FC Vs Persib Bandung, pukul 20.45 WIB. Dan Persikabo 1973 Vs Persebaya Surabaya, pukul 20.30 WIB.

Situasi itu akan terus terjadi di sepanjang gelaran Liga 1 musim ini. Persija Jakarta menjadi klub paling banyak main malam dengan 27 kali, diikuti Persib dengan 25 kali sebagaimana tercantum di jadwal yang diterbitkan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak sedikit suara keluhan yang dialamatkan ke PT LIB perihal jadwal tersebut. Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) yang menyambangi kantor operator kompetisi pada 20 Juli lalu.

Meski sebenarnya keputusan memainkan kickoff malam ternyata merupakan keinginan dari broadcaster. Jam malam dinilai sebagai waktu paling ideal buat pemirsa di rumah yang mau menyaksikan laga lewat layar kaca.

ADVERTISEMENT

Direktur Programming Surya Citra Media (SCM) Harsiwi Achmad menilai keputusan kickoff malam laga Liga 1 sudah dihitung matang-matang. Pihaknya juga tak mengambil keputusan sendiri, melainkan bersama stakeholder lainnya.

"Kalau menurut saya dalam menayangkan sepakbola ada namanya diskusi bersama antara broadcaster dengan penyelenggara yaitu LIB atau PSSI. Apa yang kami melakukan tak menyalahi apapun dan makanya dalam hal ini PSSI dan PT LIB juga tak mempermasalahkan," kata Harsiwi kepada wartawan.

"Karena memang harus diskusi. Karena industri sepakbola harus maju bersama, saling menyesuaikan. Kami di TV juga harus menyesuaikan dengan aturan yang ada. Tapi, LIB dan PSSI harus bersama-sama. Saya ambil contoh World Cup (2022) kapan? Juni kan? Kenapa Sekarang jadi Desember?" ujarnya.

"Karena di Qatar itu Juni panas makanya Desember. Seluruh sistem sepakbola dunia harus melakukan perombakan. Karena Piala Dunia ini dibiayai oleh Qatar, negara penyelenggara. Jadi negara penyelenggara harus dapat benefit," katanya lagi.

Dijelaskan Harsiwi, dalam mengembangkan industri harus dilakukan bersama-sama. Memang harus ada penyesuaian seperti itu sebagaimana yang terjadi di Piala Dunia Qatar ataupun jam malam di Liga 1.

Ia mencontohkan sepakbola Eropa yang harus menyesuaikan waktu dengan China. Harsiwi menekankan, yang penting adalah tak menyalahi aturan jam orang olahraga.

"Jadi Liga 1 tayang 20.30 WIB, itu tak menyalahi apa-apa, masih oke, masih boleh secara kesehatan. Jadi apa yang dilakukan PSSI dan LIB tak apa apa. Kan boleh. Kecuali puasa main setelah buka puasa. Nanti bisa sakit perut. Itu gak boleh. Maka terjadi diskusi antara pihak broadcaster yang membeli right untuk itu ke PSSI dan LIB," ucap Harsiwi.

"Kenapa 20.30? Salah satunya harus menyesuaikan jadwal pertandingan. Yang kedua kita negara muslim, kami ingin memberikan waktu penonton sholat dulu. Lalu, jam 7 (pukul 19.00) dan 8 (pukul 20.00) di sekitar lapangan ada yang suara suara masjid atau azan. Nah itu merupakan pertimbangannya juga. Intinya kalau tidak menyalahi aturan kesehatan tak masalah. Saya rasa penonton paham yak," tuturnya.

Sebenarnya bukan hanya masalah kickoff saya yang menjadi keluhan. Kualitas tayangan Liga 1 maupun Liga 2 dinilai kurang baik, ada yang menilai belum high definition (HD).

Di media sosial, tak sedikit yang melakukan perbandingan kualitas tayangan sepakbola Indonesia saat masih dipegang oleh broadcaster lama. Kritikan ini sudah sering diutarakan, namun kualitasnya dianggap tak kunjung membaik.

"Saya mau tanya. Nah itu jangan termakan dulu, karena sosmed belum tentu real. Tolong dicek dulu. Jangan berburuk sangka dulu, tonton dulu," ujar Harsiwi menjawab kritikan kualitas tayangan Liga 1.

"Sekarang kami punya terobosan slow motion, yang baik akan kami lanjutkan. Hal yang kurang kami perbaiki dan tingkatkan terhadap diri sendiri, PSSI, LIB, dan yang produksi tayangan sepakbola. Bahkan, penerimaan gambar kami jadikan evaluasi terus agar kelihatan keren," ucapnya.


Hide Ads