Jakarta -
Kepolisian menyebut hanya tiga jenis gas air mata yang dipakai dalam tragedi Kanjuruhan. Namun foto-foto usai kejadian, yang diinvestigasi tim detikX, mengindikasikan adanya delapan jenis gas air mata.
Tragedi Kanjuruhan selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 pada 1 Oktober lalu menewaskan 132 orang --bertambah 1 orang pada Selasa (11/10) hari ini. Kekacauan terjadi setelah rentetan tembakan gas air mata memicu kepanikan suporter.
Tembakan yang diarahkan ke tribune memaksa para suporter Arema FC--pertandingan hanya dihadiri pendukung tuan rumah-- berhamburan berupaya mengamankan diri. Tapi nahas, ribuan suporter mesti berjejalan keluar dari akses yang minimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pintu 13 menjadi saksi bisu pemandangan paling mematikan dalam tragedi itu, ketika para suporter yang berjejal berteriak-teriak agar diselamatkan dalam posisi pintu tertutup. Dinding sebelah pintu yang dijebol menjadi bukti betapa putus asanya mereka untuk keluar.
Polisi mengklaim ada tiga jenis gas air mata yang dipakai tim keamanan malam itu. Analisis berbagai bukti video oleh tim detikX mengungkap penembak gas bukan hanya dari Satuan Brimob, melainkan juga dari Sabhara.
Jenis gas air mata yang digunakan Sabhara adalah MU53-AR. Peluru ini memiliki berat sekitar 115 gram dengan bahan utamanya adalah serbuk 2-chlorobenzalmalononitrile (CS powder). Ini terkonfirmasi juga dari foto selongsong gas air mata yang didapatkan kepolisian pada saat Tragedi Kanjuruhan.
"Yang merah ini untuk mengurai massa dalam jumlah besar," ungkap Dedi Prasetyo kepada media pada Senin, 10 Oktober 2022. "Bahwa gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan."
(simak jumlah jenis gas air mata di tragedi Kanjuruhan di halaman berikutnya)
Tim detikX juga mendapatkan data foto bahwa ada delapan jenis gas air mata yang diduga dipakai kepolisian. Gas air mata ini masing-masing berwarna hijau, biru, merah, kuning, abu-abu, dan silver. Abu-abu memiliki setidaknya tiga varian: dua berkaliber 38 mm dan satu berkaliber 44 mm.
Satu peluru berwarna silver teridentifikasi merupakan jenis MU24-AR berkaliber 38 mm, produksi PT Pindad (Persero). Peluru ini diduga paling beracun lantaran tidak hanya dapat diisi dengan zat CS saja, tapi juga zat 1-chloroacetophenone (CN).
Dalam jurnal berjudul 'The Comparative Acute Mammalian Toxicity of 1-chloroacetophenone (CN) and 2-chlorobenzylidene malononitrile (CS)' disebutkan bahwa CN jauh lebih berbahaya daripada CS. Sekali hirupan gas CN tidak hanya dapat membuat sesak napas, tapi juga menyebabkan terjadinya kerusakan organ.
"CS tidak lebih beracun saat terhirup dan melalui jaringan inhalasi dibandingkan dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan kematian oleh CN," begitu keterangan dari jurnal tersebut.
Dari rekaman video yang tim detikX dapatkan, ada setidaknya dua kali peluru MU24-AR ini digunakan. Peluru ini dapat terdeteksi dengan mudah lantaran karakternya sangat berbeda dengan gas air mata lainnya.
MU24-AR memiliki ciri khusus, yakni tidak langsung mengeluarkan asap saat ditembakkan. Ada jeda 2-5 detik setelah ditembakkan sebelum akhirnya peluru ini meledak atau mengeluarkan asap.
Satu peluru jenis MU24-AR ini jatuh di tribun 13 pada pukul 22.12 WIB lewat 3 detik. Itu terlihat dari rekaman berdurasi 8 menit 13 detik yang didapatkan tim detik dan telah dikomparasikan dengan satu video lainnya dari sudut berbeda. Peluru MU24-AR ini meledak dan mengeluarkan asap persis setelah jatuh di tribun 13.
Dua saksi suporter yang menonton di tribun 13 dan 12 mengaku tembakan yang jatuh di tribun inilah yang paling membuat mata perih dan sesak napas. "Jadi kayaknya ada tiga tahap gitu. Satu masih biasa saja. Dua juga masih biasa. Tapi yang ketiga ini perih banget, langsung kabur semuanya," tutur seorang Aremania kepada reporter detikX pekan lalu.
Asap dari peluru inilah yang membuat kepanikan di tribun 13. Sedikitnya 6.000 Aremania berdesakan keluar melalui pintu 13. Mereka berjejal keluar melalui pintu yang saat itu sebetulnya sempat terbuka, meski hanya 1,5 meter saja.
Simak artikel selengkapnya: [INVESTIGASI] Gas Beracun Pengepung Aremania.