'TGIPF Tragedi Kanjuruhan Jangan Buru-buru Bubar'

'TGIPF Tragedi Kanjuruhan Jangan Buru-buru Bubar'

Mercy Raya - Sepakbola
Minggu, 16 Okt 2022 17:00 WIB
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pimpinan Mahfud Md  memeriksa sejumlah pihak terkait tragedi Kanjuruhan. Hasilnya akan segera diserahkan ke Jokowi.
TGIPF Tragedi Kanjuruhan diminta jangan buru-buru bubar. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) telah menyelesaikan tugasnya pada 14 Oktober lalu. Meskipun begitu, mereka diminta untuk tak buru-buru membubarkan diri.

Saran itu disampaikan pengamat sepakbola, Mohamad Kusnaeni, yang menyebut TGIPF Tragedi Kanjuruhan masih perlu mengawal setiap poin-poin rekomendasi tersebut agar tercapai tujuan dari pembentukan tim demi perbaikan sepakbola Indonesia.

"Tim gabungan jangan berhenti sampai di situ (memberi rekomendasi). Tim gabungan harus mengomunikasikan rekomendasinya. Panggil PSSI, panggil pemerintah, dan yang paling efektif adalah panggil semua, duduk bersama, nih rekomendasi kami begini. Misalnya, sebaiknya pengurus PSSI berbesar hati untuk pengunduran diri, pemerintah begini, atur pertemuan, kemudian dicapai kompromi-kompromi atau kesepakatan," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, setidaknya ada sejumlah rekomendasi dan beberapa kesimpulan dari TGIPF untuk PSSI, PT Liga Indonesia Baru, Panitia Pelaksana (Panpel), Security Officer, aparat keamanan, dan suporter. Dari jumlah itu, TGIPF salah satunya meminta Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan dan seluruh anggota Komite Eksekutif mundur dengan alasan tanggung jawab moral dan hukum.

"Itu dia mbak, jadi nextnya kerja dulu. Hasil rekomendasinya selesai, panggil semua pihak yang dianggap terlibat, sampaikan rekomendasinya, lalu minta kesepakatan dari mereka. Begitu sudah tercapai kesepakatan, tim gabungan boleh meninggalkan gelanggang, meninggalkan pekerjaannya kepada tim transformasi karena tim ini beda dengan gabungan," tutur pria yang karib disapa Bung Kus ini.

ADVERTISEMENT

"Jika tim gabungan melempar begitu saja rekomendasinya, kata tim tranformasi, ini namanya ngasih PR (Pekerjaan Rumah) ke kita. PR yang belum tentu bisa kita laksanakan. Jadi jangan bikin rekomendasi terus selesai. Gunanya terus apa? rekomendasi itu yang harus bisa ditindaklanjuti."

"Makanya saran saya, Pak Mahfud dkk jangan membubarkan diri. Lanjutkan dengan cara mengomunikasikan dengan cara memaksa semua pihak duduk bersama, lalu bikin kesepakatan yang merupakan kompromi untuk perbaikan sepakbola Indonesia. Itu namanya baru tuntas," kata Kusnaeni.

"Kalau sekarang sih (berhenti) tim gabungan kerjanya jadi nanggung, sekadar bikin rekomendasi pun menurut saya, bahkan tak perlu turun ke lapangan pun 'bisa'," Kusnaeni mempertegas.

Setelah mendapat kesepakatan dan ada langkah-langkah kongkret dari pertemuan seluruh pihak itu, sebut Kusnaeni, baru lah pekerjaan bisa dilanjutkan kepada tim tranforasi sepakbola. Dengan demikian, akan kelihatan perubahan-perubahan sepakbola yang diinginkan bagaimana.

"Jadi sekali lagi jangan buru-buru bubar Pak Mahfud. Kumpulkan lagi tim gabungan, sedikit lagi kerjanya, kumpulkan pihak-pihak yang dapat rekomendasi itu, sampaikan rekomendasinya, minta komitmennya, apa komitmen dari rekomendasi ini yang bisa dilaksanakan, dan mana yang belum bisa. Lalu komprominya apa? Bikin kesepakatan, terjadi lah kompromi di situ, dan tercapailah solusi. Nah, solusi itu yang mengawal tim transformasi," kata Kusnaeni.




(mcy/cas)

Hide Ads