'Usai Tragedi Kanjuruhan, Sepakbola Indonesia Belum Ada Banyak Perubahan'

Muhammad Robbani - detikSepakbola
Kamis, 12 Jan 2023 19:03 WIB
Sepakbola Indonesia belum lebih baik usai Tragedi Kanjuruhan. (Foto: ARI BOWO SUCIPTO/ARI BOWO SUCIPTO)
Jakarta -

Momentum Tragedi Kanjuruhan semestinya menjadi titik balik perbaikan sepakbola Indonesia. Tapi belum ada perubahan signifikan dari wajah sepakbola dalam negeri.

Sempat vakum selama dua bulan, sepakbola Indonesia akhirnya jalan lagi mulai awal Desember. Kembalinya sepakbola Indonesia ini ditandai dengan lanjutan Liga 1 2022 pada awal Desember dan kehadiran penonton di laga Timnas Indonesia.

Sebelum sepakbola bisa jalan lagi, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk dilakukan evaluasi total. Utamanya soal standarisasi baru pengamanan laga sepakbola.

"Pertama tentu bersyukur liga bisa bergulir lagi, kompetisi penting dan menjadi salah satu pintu pembangunan sepakbola. Salah satu penyebab timnas kurang maksimal performanya ya antara lain faktor kompetisi juga," kata pengamat sepakbola Mohamad Kusnaeni saat membuka perbincangan dengan detikSport.

"Kalau berkaca timnas di Piala AFF itu juga karena vakumnya kompetisi membuat kinerja pemain menjadi tidak maksimal, walaupun bukan satu-satunya. Kedua, bergulirnya kompetisi ini penting untuk menjaga industri ini sustain bisa berkesinambungan dan berkelanjutan. Karena yang namanya industri sepakbola ya urat nadinya kompetisi," ujarnya.

"Kalau tak ada kompetisi ya tak ada industrinya. Jadi kalau bicara menjadikan sepakbola sebagai industri, sebagai olahraga profesional maka kompetisinya harus berjalan. Semakin baik dari masa ke masa, harus itu. Bukan cuma sekadar berjalan, tapi harus lebih baik," katanya lagi.

Masalah wasit masih kembali mewarnai kompetisi sepakbola Indonesia. Hal itu terlihat dalam berbagai laga-laga lanjutan Liga 1 yang sempat menggunakan format bubble.

Banyak keputusan keliru yang dampaknya sampai mengubah hasil pertandingan. Dari salah memutuskan offside, mengesahkan gol offside, memberikan penalti ke pelanggaran ringan, hingga tidak memberikan penalti terhadap pelanggaran berat.

Menurut Bung Kus, sapaan Kusnaeni, hal itu masih dalam tahap wajar. Kehilangan sentuhan setelah lama tak berkegiatan dinilai sebagai hal yang manusiawi.

"Semakin lama vakum dari kegiatan, itu bukan hanya pemain yang mengalami masalah. Bahkan pelatih juga. Tak cukup dengan sekadar refreshment (wasit), harus memimpin langsung untuk menguji kesiapan mental, fisik, akurasi keputusan, kesiapan menghadapi situasi tak terduga. Dan itu harus dipraktekkan langsung dari kompetisi. Ini belum bicara finansial, ini baru sisi teknisnya. Jadi merugikan banyak pihak dari kompetisi yang tertunda ini," tutur Bung Kus.

"Kalau mau sustain industri ini ya kompetisi harus jalan sambil diperbaiki kekurangannya sambil memperbaiki dari masa ke masa. Wasit terpengaruh, pemain, pelatih juga terpengaruh. Belum bicara soal kesejahteraan, termasuk industri televisi pasti terganggu. Karena olahraga ini juga membutuhkan industri yang lain. Kita bisa membangun industri kalau ada support dari industri hiburan, televisi, radio, OTT, dll. Mau tak mau harus saling support," ucapnya.

Secara keseluruhan, Bung Kus merasa tak ada perubahan berarti dari wajah sepakbola Indonesia. Baik itu secara mutu kompetisi, tata kelola, hingga standarisasi yang belum tinggi.

"Sepakbola kita akan tetap berjalan karena antusiasmenya sangat besar, tapi perbaikannya tidak signifikan. Seperti berjalan di tempat, kita tidak pintar memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan oleh Presiden untuk perbaikan total. Punya waktu untuk perbaikan SDM, tidak dilakukan," ucap Bung Kus.

"Saat kompetisi sekarang jalan, standingnya masih di posisi yang sama nih. Beda prosedurnya saja, misal sekarang harus 14 hari mengajukan izin keramaian. Masih di situ-situ saja. Polisinya sudah memperbaiki diri, kalau steward-nya bagaimana? Tanggung jawab steward semakin berat karena polisi di belakang, tapi tak ada upaya perbaikan," ucapnya.




(cas/rin)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork