Presidium Nasional Suporter Indonesia: Cita-citakan Suporter Berdaya

ADVERTISEMENT

Presidium Nasional Suporter Indonesia: Cita-citakan Suporter Berdaya

Muhammad Robbani - Sepakbola
Minggu, 05 Feb 2023 17:30 WIB
Presidium Nasional Suporter Indonesi
Foto: Muhammad Robbani/detikSport
Jakarta -

Diskusi pemberdayaan suporter sepakbola nasional digelar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ada cita-cita pemberdayaan suporter sepakbola dalam negeri.

Lewat tema 'Presidium Nasional Suporter Indonesia: Saatnya Suporter Berdaya', disorot kondisi terkini suporter, Minggu (5/2/2023). Saat ini posisi suporter masih terabaikan, hanya dianggap konsumen semata.

Dalam konteks bisnis sepakbola, suporter adalah konsumen yang semestinya mendapat pelayanan-pelayanan. Tapi apa yang terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan, suporter hanya dianggap bagai kelompok onar sehingga mendapat perlakuan-perlakuan represif.

Hadir dalam kesempatan ini Kepala Departemen Pemberdayaan Suporter Budiman Dalimunthe, Manajer Fans Relations Persebaya Shiddiq Maulana Tualeka, hingga Direktur Non-Eksekutif Ganesport Dzulfian Syafrian.

Dalam kesempatan ini, Budiman Dalimunthe menjabarkan program-program kerjanya berkaitan dengan suporter. Mulai dari pemberdayaan suporter lewat UKM-UKM, edukasi behavior, hingga pendekatan ala Indonesia ke level grassroot ala Indonesia.

"Bayangkan ratusan ribu pemuda diedukasi dengan pemberdayaan yang lebih baik, akan seperti apa negara ini jadinya," kata Budiman Dalimunthe dalam diskusi tersebut.

Sementara Shiddiq Maulana Tualeka mengapresiasi FH UI atas terselenggaranya acara ini. Ia berharap diskusi dalam ranah akademik seperti ini bisa dipraktikkan di dunia nyata.

Menurutnya suporter membutuhkan masukan-masukan dari penelitian akademisi. Sejauh ini ia melihat masalah ini belum masuk ke komunitas pendukung sepakbola.

"Terima kasih suporter telah menjadi bahasan di ranah akademik. Sepakbola sudah menggunakan sport science, kami berharap di ruang-ruang diskusi seperti ini akan ada pendekatan ilmu yang menyentuh kelompok suporter," ujar Tualeka.

"Suporter kan termasuk aspek penting dalam ekosistem olahraga. Kalau suporter dengan massa besar kalau tidak di-manage dengan baik, maka akan menjadi batu sandungan sehingga sepakbola tersendat," ucapnya.

Dijelaskan Tualeka, Persebaya merupakan salah satu klub Indonesia dengan basis massa yang besar. Menurut data yang ia ketahui, ada sekitar 400 ribu pendukung yang biasa mendukung Persebaya secara langsung dalam satu musim kompetisi.

"Dengan jumlah 400 ribu, itu berarti ada minimal 28 ribu suporter di setiap laga yang mendukung laga home Persebaya. Mereka beli tiket, itu ada kantong-kantong bisnis yang terbuka untuk klub bertahan hidup dan berkelanjutan," tutur Tualeka.

"Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengkapitalisasi atau mengkomersialisasikan olahraga ini. Gaji Cristiano Ronaldo itu ratusan juta dollar, per detik bisa mendapat Rp 6 juta," ucap Dzulfian.

"Itu gambaran paling mudah ketika industri olahraga sudah terbangun. Sepakbola paling mudah karena paling populer dan sistemnya sudah terbangun. Meski cabang olahraga lain seperti tenis dan golf itu atletnya itu lebih tinggi lagi kapitalisasinya," katanya lagi.

Apa yang dicita-citakan dalam diskusi ini sebenarnya sudah mulai dilirik pemerintah. Misalnya Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan (SKN) yang ikut membahas masalah sepakbola.

Kemenpora belum lama ini pun mensosialisasikan UU SKN ini agar diterapkan seluruh football family, sehingga nasib suporter Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan begitu tak terlepas kemungkinan terciptanya iklim sepakbola yang lebih sehat.

(aff/adp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT