'Jangan Salahgunakan Identitas Suporter untuk Lakukan Kekerasan'

ADVERTISEMENT

'Jangan Salahgunakan Identitas Suporter untuk Lakukan Kekerasan'

Kris Fathoni W - Sepakbola
Selasa, 07 Feb 2023 22:20 WIB
kantor arema fc dirusak aremania
Kantor Arema FC. Foto: M Bagus Ibrahim
Jakarta -

Aksi anarkistis yang disebut melibatkan suporter masih saja terjadi di sepakbola Indonesia. Padahal suporter sejati tidaklah seperti itu.

Menurut Budi Setiawan, founder Football Institute, aksi-aksi rusuh sebagaimana yang terjadi baru-baru ini sebenarnya dilakukan segelintir suporter alias oknum yang sebenarnya tidak menjadi perwajahan para suporter sejati. Yang kemudian menjadi masalah, tindakan negatif semacam itu justru membuat suporter secara umum ikut terkena imbasnya.

"Baru-baru ini terjadi aksi anarkistis pengrusakan kantor klub Arema FC, pelemparan bis official Persis Solo, dan ancaman-ancaman di ruang publik. Masih maraknya tindak kekerasan yang dilakukan suporter atas nama kecintaan terhadap klubnya justru akan merugikan klub, suporter dan sepakbola itu sendiri," ujar Budi dalam pernyataannya.

Bus Persis Solo dilempari batu oleh sekelompok orang di Kelapa Dua, Tangerang. Ternyata, pelaku pelemparan merupakan suporter Persita Tangerang.Bus Persis Solo dilempari batu oleh sekelompok orang di Kelapa Dua, Tangerang. Foto: Istimewa

"Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum suporter ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Artinya segala perbuatan itu akan terkena kembali pada diri sendiri. Bukan hanya kelompok suporter yang terkena image buruknya, namun klub juga akan terdampak secara brand. Lebih jauh, persepsi publik terhadap suporter masih akan terstigma negatif, sepakbolanya yang kembali menjadi korban."

Dijelaskan lebih lanjut, ia mengatakan bahwa predikat suporter adalah identitas bagi suporter yang bernaung di dalam bendera sebuah klub sepakbola. Identitas ini adalah kebanggaan bagi suporter sendiri. Karena kesamaan identitas itu terciptalah social/community bond di antara sesamanya.

"Namun dalam perjalanannya terjadilah pemahaman keliru tentang social/community bond atau ikatan komunitas. Seolah-olah bila kita bertindak tegas dan benar dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sesama suporter dapat merusak ikatan sosial. Padahal itu adalah oknum suporter. Jangan sampai identitas suporter disalahgunakan untuk melakukan tindakan-tindakan anarkistis yang merugikan banyak pihak," tegas Budi.

Ia pun menegaskan bahwa kekerasan dari segelintir suporter, baik di dalam ataupun luar stadion, yang dilakukan atas nama protes kepada manajemen klub tidaklah dapat ditoleransi. Jika dilakukan pembiaran, ini akan menjadi kebanggaan yang keliru di kalangan suporter itu sendiri.

"Sehingga dalam kasus pengrusakan kantor Arema FC kita perlu mendukung aparat kepolisian Polresta Kota Malang sebagai penegak hukum, untuk dapat mengurai dan mengidentifikasi kasus ini agar suporter sepakbola tidak terstigma negatif. Bahwa yang bersalah harus dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku," ucapnya.

(krs/aff)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT