PSM Makassar baru saja menyegel gelar juara Liga 1 2022-23. Melihat performa tim di musim lalu, apa yang diraih Juku Eja saat ini seperti mengingatkan pada kisah heroik Leicester City saat memenangi Premier League.
Pada musim 2015-16, hanya 'orang gila' yang meyakini bahwa Leicester akan menjadi kampiun di sepak bola Inggris. Pasalnya, penampilan The Foxes terbilang buruk dalam urusan hasil di musim 2014-15.
Kasper Schmeichel dkk menempati posisi juru kunci mulai pekan ke-12 hingga 31. Mereka baru keluar dari zona merah pada pekan ke-33, dan akhirnya finis di urutan 14 dengan 41 poin, hasil 11 kemenangan dan delapan hasil imbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim berikutnya, mereka berganti pelatih. Nigel Pearson dilepas karena skandal video seks yang melibatkan anaknya sendiri, James, yang saat itu merupakan pemain muda Leicester. Ia pun turut terkena imbasnya dan digantikan Claudio Ranieri.
Pelatih Baru Hasilkan Racikan Tim yang Padu
Kedatangan Ranieri, yang citranya di Liga Inggris tak bagus-bagus amat karena pernah dipecat Chelsea, justru membuat publik ragu. Semakin ragu saat Leicester ditempatkan di bursa taruhan dengan peluang 5000-1 untuk menjadi juara Premier League.
Namun siapa sangka, perekrutan pemain yang ada ternyata tepat. Christian Fuchs, Robert Huth, Shinji Okazaki, hingga N'Golo Kante mampu bersatu padu dengan pemain lama seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, Danny Drinkwater, Wes Morgan, Danny Simpson, Marc Albrighton, dan Schmeichel sendiri.
Hasilnya jelas tak terduga. Leicester menang 23 kali dan di akhir musim, mereka finis teratas dengan 81 poin, mengangkangi tim-tim macam Arsenal, Tottenham Hotspur, Manchester City, Chelsea, Liverpool, dan Manchester United. Bak Dongeng.
![]() |
PSM pun Demikian
Di Liga 1, PSM bisa dibilang melalui hal serupa. Pada musim lalu, mereka nyaris turun ke Liga 2 karena hanya meraih delapan kemenangan. Mereka finis di urutan 14 dengan 38 poin, hanya unggul dua poin dari Persipura Jayapura yang terdegradasi.
Mereka juga dilatih tiga orang berbeda sepanjang musim tersebut. Namun di musim ini, PSM menunjuk Bernardo Tavares dan awet sampai sekarang. Performa Wiljan Pluim dkk juga mengejutkan, bahkan membuat suporter sendiri terpukau.
Seperti halnya Leicester, PSM juga memadukan pemain baru dan lama dengan baik. Everton, Kenzo Nambu, dan Yuran Fernandes yang baru datang musim ini betul-betul menghadirkan kontribusi nyata. Gol dan assist mengalir deras dari ketiganya.
Baca juga: PSM Juara Liga 1 2022, Akhiri Puasa 23 Tahun |
Yuran yang berposisi bek sudah mencetak lima gol. Kenzo mencatat sembilan gol dan dua assist sejauh ini. Sedangkan Everton mengemas delapan gol dan tiga assist. Kombinasi pemain asing PSM kian terasa berharga saat melihat torehan Pluim, kapten mereka yang musim ini mencetak 10 gol dan sembilan assist.
Pemain-pemain lokal juga tak bisa dikesampingkan. Ramadhan Sananta yang baru 20 tahun justru berhasil menjadi top skor klub dengan 11 gol. Kiper Reza Arya Pratama sukses memberikan rasa aman di lini belakang dan mencatat 13 cleansheet dalam 32 laga, padahal usianya baru 22 tahun.
Si kembar Sayuri, Yakob dan Yance juga ikut 'meledak' musim ini. Keduanya menari-nari di sektor sayap dan menyumbang total 10 gol dan 11 assist. Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong sampai kepincut untuk memanggil mereka sekaligus.
Juku Eja baru dua kali kalah sepanjang musim ini, dan berhasil mencatat 21 kemenangan. Mereka mengunci titel usai mengalahkan Madura United 3-1 di Pamekasan pada pekan ke-32, Jumat (31/3/2023). Penantian selama 23 tahun pun terbayar lunas.
(adp/mrp)