Riset Wasit Indonesia: Beberapa Nama Cenderung Memimpin Klub Tertentu

Riset Wasit Indonesia: Beberapa Nama Cenderung Memimpin Klub Tertentu

Muhammad Robbani - Sepakbola
Senin, 26 Jun 2023 11:40 WIB
Football Institute
Foto: Muhammad Robbani/detikSport
Jakarta -

Football Institute merilis data riset terkait penugasan wasit sepakbola Indonesia musim kompetisi 2020-2023. Beberapa wasit cenderung memimpin laga tertentu.

Ada 719 pertandingan yang melibatkan klub Liga 1 dalam kurun periode tersebut yang datanya dijadikan sampling dalam penelitian ini. Pertandingan-pertandingan itu meliputi Liga 1 (638), Piala Presiden (42), dan Piala Menpora.

Nama Thoriq Alkatiri menjadi yang terbanyak dalam memimpin laga dalam periode tersebut sebanyak 34 laga. Di bawahnya ada Agus Fauzan Arifin yang memimpin 32 laga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada wasit dengan jumlah memimpin terbanyak, tentu ada yang paling sedikit. Predikat ini disandang Zetman Pangaribuan yang hanya sekali diberikan kepercayaan memimpin laga.

Variabel lain yang disajikan adalah beberapa wasit cenderung memimpin laga klub tertentu. Misalnya Ginanjar Rachman Latief yang delapan kali memimpin Arema FC.

ADVERTISEMENT

Nama Thoriq juga muncul sebagai wasit yang banyak memimpin laga-laga Bali United (7), Borneo FC (11), Persebaya Surabaya (9), PSM Makassar (7), hingga Persija Jakarta (6).

Begitu juga dengan Agus Fauzan yang 32 laganya terjadi ketika melibatkan Borneo FC (8), Madura United (8), Arema FC (6), Persebaya (5), dan Persib (5).

Oleh Football Institute, wasit-wasit ini dilabeli dedicated untuk klub-klub tertentu. Nama wasit lainnya yang juga masuk label ini adalah Steven Yubel Poli, Aprisman Aranda, Faulurs Rosy, Ruli, Fariq Hitaba, Yudi Nurcahya, Nusur Fadilah, Iwan Sukoco, Oki Dwi Putra, dan Ginanjar Latief.

Lalu variabel lainnya adalah distribusi memimpin pertandingan yang tidak merata. Faulur Rosy, Fariq Hitaba, dan Yudi Nurcahya misalnya yang masih banyak memimpin laga meski pernah diskors karena melakukan kesalahan. Faulur Rosy 30 kali memimpin laga, Farizq Hitaba, 27 laga, sedangkan Yudi Nurcahya 27 laga.

Disorot juga pemilihan Bambang Shamsudar menjadi wasit terbaik Liga 1 2022/2023. Ia yang merupakan seorang linesman terpilih menjadi wasit terbaik.

Pemilihan itu dianggap kurangnya kualitas wasit tengah Indonesia sampai-sampai harus memilih seorang asisten wasit menjadi yang terbaik. Selain itu dipertanyakan juga indikator/KPI penilaian dalam pemilihan tersebut.

Dan terakhir Football Institute menyoroti seleksi wasit yang dilakukan PSSI bersama Federasi Sepakbola Jepang (JFA) belum lama ini. Dari total 55 wasit Liga 1 yang ambil bagian, hanya 18 wasit yang lolos memenuhi kriteria.

Menariknya, beberapa nama-nama yang tidak lolos wasit-wasit yang selama ini banyak mendapatkan job. Sebut saja Faulur Rosy, Ruli, Fariq Hitana, Nusur Fadilah, Iwan Sukoco, Oki Dwi Putra. Sementara Setven Yubel Poli yang hanya memimpin 1 laga dari 2020-2022, menjadi salah satu dari total 18 wasit yang lolos dari seleksi PSSI dan JFA.

Di sini dipertanyakan lagi indikator apa yang selama ini dipakai PSSI untuk menugaskan wasit. Sementara wasit yang memenuhi kriteria berkat pengetahuan laws of the game dan fisiknya prima (dibuktikan dari test fitness level) seperti Steven Yubel malah jarang ditugaskan.

Di level bawahnya atau seleksi wasit Liga 2, hanya 54 yang lolos dari total 107 yang ikut seleksi. Sebanyak 40 wasit terdegradasi ke Liga 3 karena tidak lolos.

"Tujuan kami, hasil penelitian ini dijadikan sebuah referensi buat PSSI ke depan kalau penugasan wasit ya harus berpengangan pada data," kata Founder Football Institute Budi Setiawan dalam pernyataannya, Minggu (25/6/2023).

"Dan juga kepada Pak Papolri (Listyo Sigit), karena kan preskonnya (PSSI) bareng Pak Kapolri (soal match fixing). Data di sini menunjukkan ada 12 wasit yang memimpin klub itu-itu saja. Apakah mereka layak menjadi wasit? tapi kenapa wasitnya sebagian besar itu-itu saja? Siapa yang menugaskan mereka," ujarnya.

--baca juga

Data-data ini disajikan untuk menunjukkan bahwa kualitas wasit bisa berbanding lurus mutu kompetisi. Baik kepemimpinan wasitnya, semestinya kompetisinya ikut baik pula.

Tak mengherankan, kata Budi Setiawan, Liga 1 hanya menempati peringkat ke-6 di level ASEAN. Menurutnya hal ini tidak terlepas dari permasalahan wasit yang terus terjadi di sepakbola Indonesia.

"Wasit ini kan menjadikan wasit sebagai profesi, untuk mencari makan. Tapi kalau dari tiga tahun cuma ditugaskan sekali, mau makan apa? Jangan-jangan penghasilan utamanya bukan dari wasit," ucap Budi.

"Jangan sampai wasit tidak layak lalu promosi dari Asprov, lalu baru sebentar di Liga 2 sudah promosi lagi (ke Liga 1). Cuma memimpin 8 laga masak iya bisa promosi ke Liga 2? Itu pemikiran saya tidak sampai," tuturnya.

(aff/cas)

Hide Ads